Sir Dandy dan Semua Kesenangan Versinya

Sir Dandy dan Semua Kesenangan Versinya

Sumber Foto :Diambil dari akun instagram @sir_dandy (foto merupakan karya dari @fotoaflah)

“Karena menurut saya semua orang berhak untuk berkarya, dan karya seni (apapun) itu ga ada yang jelek, karya seni yang jelek itu adalah karya yang ga dibuat”

Berbicara seputar dunia seni maka akan banyak aspek yang dapat terkait, dan salah satunya adalah skill. Menguasai skill yang mumpuni maka seni yang dihasilkan juga akan memiliki komposisi sempurna, atau bisa dikatakan juga bahwa skill adalah kunci dari seni itu sendiri. Menanggapi hal tersebut, nampaknya skill bukan menjadi acuan utama bagi seorang Sir Dandy dalam berkesenian, khususnya dalam bermusik. Ia mengakui bahwa setiap karya seni yang diciptakanya hanya sebatas untuk bersenang-senang, dan

Ditemui di sela-sela syuting DCDC D’Podcast, Sir Dandy bercerita banyak seputar perjalanan berkeseniannya. Memiki nama asli Dandi Ahmad Ramdhani, ia tergabung dalam sebuah band punk, Teenage Death Star, sebagai vokalis yang tampil sesuka hatinya. Maksudnya ketika tampil di atas panggung ia jarang sekali bernyanyi penuh, malahan ia sering memberikan mic-nya kepada penonton, dan apa yang ia lakukan? Melakukan ‘kegilaan’ dan bersenang-senang. Sebuah ciri khas lain yang sering dilakukan oleh Sir Dandy ketika di atas panggung adalah membagikan uang 2000an kepada para fansnya.

“Saya kalo di atas panggung sering bagiin uang 2000an ke penonton, mungkin itu adalah hal yang sepele, tapi seenggaknya ngebantu mereka buat bayar parkir hahaha,” ucap Sir Dandy seraya tertawa. “Kekurangan kemampuan bermusik tuh kalah sama niat untuk tampil, jadi tidak ada masalah yang penting semua terlaksana,” lanjutnya.

Jadi saya tuh banyak keterbatasan tapi juga banyak keinginan, jadi saya ga ingin stres karena keinginan saya tidak terlaksana karena keterbatasan. Jadi kalo misalnya punya niat untuk melakukan sesuatu, dari pada overthinking, ya lakuin aja apa yang ingin dilakuin.

Diketahui juga bahwa Sir Dandy pernah melakukan sebuah showcase karya-karyanya di luar negeri. Pada tahun 2016 ia pernah tinggal di Skotlandia menemani sang istri berkuliah selama satu tahun. Dalam mengisi waktu luang selama di sana, ia kemudian melakukan residensi karya-karyanya di sebuah studio desain, yang secara kebetulan di tempat tersebut terdapat pameran rutin dan ia memanfaatkan kesempatan itu.

Berbicara seputar bandnya, Teenage Death Star, Sir Dandy mengakui bahwa logo ikonik band itu ia temukan ketika ia mencari font dan terdapat logo macan. Tanpa pikir panjang, dan tidak ingin ribet, ia kemudian menggunakan gambar macan itu sebagai logo resmi band Teenage Death Star. Dari segi penamaan, ia mengakui pemilihan nama band sudah ada sebelum logo. Nama awal band ini sebenarnya adalah Teenage Slayers, namun karena terlalu pendek dan terlalu mudah diingat orang, akhirnya Sir Dandy menggantinya menjadi Teenage Death Star (TDS).

Karena kependekan dan terlalu mudah diingat orang, jadi namanya saya ganti sama yang lebih susah, Teenage Death Star. Karena kalau yang susah udah dilalui, orang suka susah ngelupainnya,” jelas Sir Dandy.

Menyinggung soal nama Sir Dandy, pria yang sering disebut Aconk ini menjelaskan bahwa Sir Dandy itu adalah nickname ketika dirinya membentuk band TDS. Seiring berjalannya waktu nama tersebut jadi sebuah brand, akhirnya ia putuskan untuk menggunakan nama Sir Dandy sebagai signature dalam karya-karyanya – digunakan sebagai tanda tangan di lukisan, karya grafis, karya ilustrasi dan musik yang dibuatnya. Dan menjadi sebuah kebetulan ketika karya-karyanya cocok dengan beberapa kolabolator di berbagai bidang (clothing, ilustrasi majalah, brand fashion, brand otomotif).

Membahas seputar proyek solonya, Sir Dandy mengakui bahwa proyek tersebut ia lakukan karena dirinya ingin bermusik sambil bermain gitar. Meskipun hanya menguasi kunci gitar yang alakadarnya, dan ia juga tidak bisa menulis lirik yang puitis, tapi bukan Sir Dandy namanya kalau terhenti karena keterbatasan, ia kemudian membuat lagu yang liriknya diambil dari pengalaman pribadi hidupnya dengan kunci gitar sederhana. Meskipun seadanya, lagu-lagu solo dirinya tentunya semakin memperlihatkan sisi ‘seniman sejati’ dari seorang Sir Dandy.

Setelah menulis beberapa lagu, akhirnya Sir Dandy memutuskan untuk membuat album solonya, Lesson #1. Ia bercerita bahwa perilisan album itu bisa terlaksana karena dirinya pernah menjual karyanya kepada Widi (drummer Maliq & D’essential), yang kemudian ia memperdengarkan lagu-lagunya dan akhirnya dirilis menjadi album yang direkam di studio milik Widi.

Sepanjang karier bermusiknya bersama TDS, band tersebut hanya merilis satu album, Long Way To Nowhere. Ternyata Sir Dandy mengakui bahwa hal tersebut dilakukan bukan tanpa alasan. Ia mengakui jika membuat banyak album maka akan banyak pula waktu dan latihan yang harus dilakukan. Sedangkan semua personil TDS hanya ingin bersenang-senang, bukan ingin ribet dan menghabiskan waktu hanya untuk band. Akhirnya TDS hanya merilis satu album yang dikemas sedemikian rupa agar kesannya seperti The Best Album.

Kita semua itu (TDS) sebenernya visioner, bahwa dikemudian hari kalo bikin banyak album, berjalannya usia itu stamina ga akan sekuat kayak sebelumnya, karena kalo kita manggung lagunya banyak itu diperlukan latihan, jaga stamina, pokoknya hidup lu abis cuma buat ngeband, nah kita udah tau kalo itu ga mungkin, dan kita ngeband bukan untuk ribet dong, kita ngeband hanya untuk senang-senang. Akhirnya satu album aja dan udah tau ga akan bikin album lagi, jadi kita kemas album itu sedemikian rupa supaya kayak The Best Album hahaha,” jelas Sir Dandy dengan penuh gelak tawa.

Membahas soal fokus dirinya dalam berkesenian, Sir Dandy berucap bahwa semua yang dilakukanya dalam membuat karya seni adalah kesenangannya. Ia tidak peduli dengan omongan orang-orang, yang terpenting dirinya bisa melakukan apa yang disukainya. Bahkan dirinya berfilosofi bahwa kehidupannya itu ibaratkan sebuah kanvas kosong yang diwarnai tinta, dan tinta tersebut berasal dari semua yang dilakukannya sekarang.

“Karena menurut saya semua orang berhak untuk berkarya, dan karya seni (apapun) itu ga ada yang jelek, karya seni yang jelek itu adalah karya yang ga dibuat. Jadi ketika orang bertanya kemana fokus lo atau apa yang lo suka, ya ga ada yang lebih suka, karena itu semua adalah bagian dari signature saya. Jadi kehidupan saya itu kaya kanvas kosong diisi tinta yang tintanya itu semua apa yang saya lakuin sekarang.” Pungkas Sir Dandy.

Semua yang dilakukan oleh Sir Dandy, entah itu karya-karyanya, idealisnya, ataupun kegilaannya, tentunya menjadi sebuah inspirasi bagi saya dalam menjalankan kehidupan. Tetap berkarya dan melakukan apa yang kita inginkan meskipun SKILL IS DEATH! Let’s gooooo.

BACA JUGA - Lebih Jauh Tentang Sosok Manajer dan Bandnya

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner