Siapa Solois Pria yang Akan Bersinar Tahun 2019?

Siapa Solois Pria yang Akan Bersinar Tahun 2019?

Tahun 2018 kemarin agaknya menjadi pembuktian banyak solois pria untuk bicara lebih banyak dengan musiknya. Sebut saja Kunto Aji, Pamungkas, Harlan Boer, Krowbar, sampai Jason Ranti. 

Sekitar tahun 1999 Sheila On 7 mencatatkan namanya sebagai band dengan penjualan album paling laris untuk album pertama mereka, Sheila On 7 S/t, dengan torehan lebih dari 1 juta copy album. Satu pencapaian yang diteruskan oleh Peterpan beberapa tahun setelahnya, dengan menorehkan penjualan album Bintang Di Surga, di atas 2 juta copy. Tren ini terus berlangsung dengan maraknya band-band yang membawakan musik serupa dengan Sheila On 7 dan Peterpan. Selain itu banyak juga band-band dengan format musik pop melayu menginvasi belantika musik tanah air, hingga menjamurnya boyband ala-ala Korean Pop atau K-Pop yang menjadi pusat perhatian penikmat musik arus utama.

Lalu bagaimana dengan musik-musik dari musisi Indie? Mereka juga pernah mencatatkan fenomena tersendiri dengan hadirnya MTV yang diputar 24 jam selama 7 hari berturut-turut, hingga hal ini menarik banyak peminat, dan terbukti lewat band Mocca dan Koil dengan penayangan video klip mereka yang menjadi heavy rotation di MTV Indonesia kala itu. Karena banyak peminatnya, band-band so called ‘indie’ ini juga banyak dilirik oleh label-label yang terbilang besar, seperti misalnya Superman Is Dead, Rocket Rockers, sampai Burgerkill yang ditarik oleh Sony Music Indonesia, hingga Koil yang dilirik Nagaswara Record untuk merilis album Black Light Shine On.

Tren musik yang kerap berganti, dari mulai era band alternatif, berlanjut ke band pop melayu, sampai tren musik K-Pop, yang ketika disimpulkan mengarah pada satu persamaan, yakni setiap tren itu berlangsung rata-rata diisi oleh band atau sebuah grup. Meski ada juga beberapa solois pria dan wanita di ranah musik arus utama, namun kebanyakan tidak menawarkan sesuatu yang baru, dengan penjualan album yang tidak begitu signifikan seperti halnya Sheila On 7 atau Peterpan tadi. Secara materi juga, baik dari musik atau pun penulisan lagunya kebanyakan masih berkutat soal cinta yang banal, dan mungkin agak membosankan bagi banyak pendengar.

Sampai akhirnya Tulus datang menyajikan lagu-lagu yang sebenarnya masih bermain ‘aman’ di jalur pop, namun menjadi berbeda karena penulisan lagunya, yang menawarkan tema-tema menarik, meski beberapa diantaranya masih seputaran cinta, akan tetapi disajikan dari sudut pandang unik, seperti misalnya lagu “Sepatu”, yang mengisahkan cinta yang tak mungkin bersatu dengan analogi sepasang sepatu. Hal seperti ini belum pernah ada sebelumnya di etalase musik tanah air, dan karena keunikannya tersebut Tulus terbilang cukup cepat muncul ke permukaan, dan menjadi ‘pop darling’, tidak hanya bagi pecinta musik arus utama, tapi juga pecinta musik arus pinggir, mengingat Tulus juga berangkat di jalur independen pada awalnya.

Kehadiran Tulus sebagai solois pria yang punya isian musik yang menarik, rupanya menjadi trigger bagi solois-solois lainnya untuk memunculkan namanya ke permukaan, dan tahun 2018 kemarin agaknya menjadi pembuktian banyak solois pria untuk bicara lebih banyak dengan musiknya. Sebut saja Kunto Aji, Pamungkas, Harlan Boer, Krowbar, sampai Jason Ranti, yang punya materi lagu berisikan bahan diskusi seru perihal olahan aransemen musiknya, atau pun angle yang mereka pakai dalam penulisan lagu.

Tahun 2019 deretan nama-nama solois pria tersebut sepertinya masih akan muncul ke permukaan, dengan Kunto Aji yang mengajak pendengarnya menelisik lebih dalam perihal kesehatan mental, Harlan Boer yang mengajak melukis kala lapar, Krowbar yang mengobral sumpah serapah, kala dirinya menyentuh batas norma ketimuran dengan bahasa sompral, hingga Jason Ranti yang meski diriingi musik yang mengalun pelan, tapi sejatinya dia bersuara lantang dengan isian lirik yang dalam. Jika saja dia berujar ngasal saat ditanya tentang proses penulisan lagunya, maka janganlah kamu percaya, karena dibalik gestur males-malesannya, dia adalah seorang pemikir, yang mungkin belum tidur ketika banyak orang sudah menyudahi harinya.

Satu hal yang mungkin dilakukan juga oleh Bob Dylan kala dia menyuruh si Mr Tamborine bernyanyi, saat dia sulit tidur, dan merasa jika tempatnya bukanlah yang dia inginkan. Apapun itu, berterima kasihlah pada deretan para solois pria di atas, karena diakui atau tidak, lewat lagunya mereka telah menyelamatkan saya, kamu, atau pria manapun, yang mukanya merasa tercoreng dengan lirik-lirik lagu melankolis perihal kehilangan pacar oleh penyanyi-penyanyi arus utama.  

BACA JUGA - Laki-Laki Minggir! Saatnya Perempuan Tampil!

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner