Sawung Jabo dan Segala Bentuk Ekspresinya Dalam Dunia Seni

Sawung Jabo dan Segala Bentuk Ekspresinya Dalam Dunia Seni

Sumber Foto : https://magelangekspres.disway.id/

Perkembangan zaman dengan semakin canggihnya teknologi tidak menghentikan Sawung Jabo, bahkan ia bisa berkompromi dan mampu beradaptasi atau malah semakin menjadi-jadi dalam menciptakan karya seni

Indonesia adalah negara yang kaya akan budayanya dengan tersebarnya suku-suku di setiap wilayahnya. Namun menjadi catatan penting, bahwa dengan banyaknya budaya tanpa adanya pelestarian akan terasa sia-sia, dan bahkan perlahan hilang. Semua bentuk pelestarian itu tentunya tak bisa dilakukan jika tak ada sosok yang mendorong budaya tersebut untuk selalu eksis, dan salah satu yang berperan penting dalam pelestarian budaya itu muncul dari para seniman. Sawung Jabo adalah salah satu dari sekian banyak seniman yang dalam proses berkaryanya selalu erat dengan budaya Jawa – sebagai sosok tulen asal Surabaya – yang kiprahnya sudah malang-melintang baik itu dalam negri maupun luar negri. Segala bentuk pertunjukkan seni yang dilakukan Jabo tentunya menjadi salah satu bentuk pelestarian budaya Jawa.

Memiliki nama asli Mochamad Djohansyah, Jabo lahir pada pada 4 Mei 1951 di daerah Ampel, Surabaya dengan latar belakang keluarga yang sarat akan nilai agama. Selain dididik soal agama, ia juga sangat dekat dan mendalami nilai-nilai seni tradisi yang hingga kini terus melekat dengan dirinya. Lanjut beranjak remaja, Jabo hijrah ke Ibu Kota dan bersekolah di STM Poncol yang pada saat itu ia gemar bermain musik, dan ia juga giat berpetualang menjelajahi hutan dan gunung. Dari serangkaian perjalanan di alam liarnya itu kelak menjadi inspirasi bagi lagu-lagu ciptaanya seperti “Bromo dan Surat dari Taman di Desa” dan “Perjalanan Awan”.

Beberapa tahun kemudian, Jabo memutuskan pindah ke Yogyakarta demi mendalami keahliannya dalam meramu komposisi dan mempelajari cello di Akademi Musik Indonesia. Dari sini lah julukan ‘Sawung Jabo’ diberikan oleh kakak tingkatnya yang hingga kini terus melekat. Berbekal kemampuan meramu musik yang didapatnya di sekolah musik formal, ia kemudian mengembangkan bakatnya tersebut dengan menciptakan musik dengan berbagai macam gaya; mulai dari musik pop, klasik, hingga avant-garde (karya eksperimental).

Di tahun 1976, Jabo bertemu dengan beberapa kawannya yang diantaranya Inninsiri dan Suzan Piper (kelak menjadi istrinya) kemudian bersama-sama membentuk kelompok seni Baroque – setelah berselang beberapa waktu berubah nama menjadi Sirkus Barock. Kelompok seni yang didirikan di Yogyakarta ini dibentuk sebagai realitas konsep mengenalkan lingkungan kreatif yang multimedia (gabungan antara teks, audio dan visual). Berkat konsepnya tersebut setiap pertunjukkan Sirkus Barock tidak hanya diisi oleh penampil musik, aneka ragam bentuk seni lainnya turut mewarnai pagelaran Sirkus Barock.

Pada rentang waktu 13 tahun dari 1970-1983, Jabo juga sering bolak-balik Indonesia-Australia dan di tahun-tahun akhir ia menetap di sana dalam rangka menimba pengalaman hidup yang lebih luas. Dan terbukti, pengalamannya semakin melebar ketika ikut andil sebagai pendukung film “The Year of Living Dangerously” bersama Mel Gibson. Bukan hanya itu, ia juga sempat menyutradarai teater Kisah Perjuangan Suku Naga bersama istrinya selama di Australia.

Setelah beberapa tahun menetap di Negeri Kangguru, Jabo pulang ke Indonesia dan segera memperjuangkan mutu dari konsep lingkungan kreatif Sirkus Barock. Dari perjuangannya tersebut, Sirkus Barock kemudian menjadi lebih menunjukkan hasrat berkeseniannya dengan melahirkan empat album, diantaranya Sirkus Barock, Bukan Debu Jalanan, Kanvas Putih, dan Fatamorgana. Dari keseluruhan album tersebut, Jabo menjadi peran penting atau dengan gamblang bisa dikatakan sebagai nyawa dari segala proses penggarapan album-album itu.

Selain makin intens dengan Sirkus Barock, nampaknya gairah seni Jabo semakin membara yang terjun terlibat dengan kelompok lainnya, seperti Swami, Dalbo, Bengkel Teater Rendra, Kantata Takwa, dan Kantata Samsara. Hal tersebut tentunya menjadikan Jabo dapat melebarkan pemikiran seninya dengan berinteraksi dan berkolaborasi dengan seniman-seniman ternama seperti Setiawan Djody, WS Rendra, Jockie Suryoprayogo hingga Iwan Fals. Yang membedakan peran Jabo di Sirkus Barock dan perannya di kelompok-kelompok ini adalah porsinya yang tidak terlalu dominan seperti ketika ia berada di kelompok seni ciptaanya. Mengingat kelompok yang tadi disebutkan lebih mengedepankan ekspresi komunal dari pada ekspresi personal.

Selama berekspresi bersama kelompoknya, nampaknya hasrat berkesenian Jabo masih belum mencapai titik klimaks. Meskipun tengah sibuk dengan kegiatan di kelompoknya, ia masih sempat mengorbitkan album solo pribadinya dengan tajuk Badut. Tak hanya sampai disitu, ia juga bahkan membuatkan lagu untuk Nicky Astria, “Matahari dan Rembulan”, dan tembang milik God Bless dengan titel "Sang Jagoan" dan "Anak Kehidupan". Di samping itu, ia juga gemar menciptakan koreografi, sajak, dan esai.

Dari segi pemulisan lirik di setiap lagu-lagunya, Jabo lebih fokus terhadap persoalan-persoalan kritis yang kadang dilontarkan dengan keras dan lugas, atau dibalut dengan sarkas dalam gaya yang lebih kontemplatif dan simbolis. Tak lupa, di setiap penampilannya, Jabo juga sering menggunakan unsur budaya – bahkan tak hanya satu budaya saja – yang ia tampilkan dengan beragam cara, entah itu dari cara berpakaian, instrumen-instrumen, atau elemen-elemen lainnya.

Selama perjalanan berkeseniannya bahkan hingga hari ini, Sawung Jabo masih mempertahankan ideologinya dan tidak lepas dari gaya berkeseniannya. Tentunya bukan menjadi perjalanan mudah bagi Sawung Jabo. Perkembangan zaman dengan semakin canggihnya teknologi tidak menghentikan Sawung Jabo, bahkan ia bisa berkompromi dan mampu beradaptasi atau malah semakin menjadi-jadi dalam menciptakan karya seni. Sawung Jabo memang bisa dikatakan sebagai masterpiece-nya musik Indonesia. Respect!

BACA JUGA - Harry Roesli Sang Masterpiece Seni Kontemporer

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner