Sapardi dan Kepekaan Rasa Dalam Derap Kata Bernada

Sapardi dan Kepekaan Rasa Dalam Derap Kata Bernada

Ilustrasi : Muhammad Senna

Musik dan puisi kemudian menjadi satu hal menarik dan banyak diadaptasi seperti halnya yang dilakukan Ari Reda lewat musikalisasi puisi dari karya Sapardi Djoko Damono.

Jason Ranti. Satu nama yang beberapa waktu lalu mencuri perhatian banyak penikmat musik berkat lagu-lagunya yang dinilai ‘punya nyali’ lebih untuk mengutarakan lirik-lirik nyentrik, dan bahkan mungkin kontroversial bagi sebagian orang. Salah satu lagunya yang dianggap ‘nyeleneh’ mungkin ada dalam lagu berjudul “Lagunya Begini Nadanya Begitu”, dimana Jason memasukan lirik seperti ini “Oh Pak Sapardi...Lihat Ari Reda jualan tiket di Cikini. Bikin konser mini merayakan puisi....”.

Nama yang disebut Jason Ranti di lagu tersebut kemudian menjadi semacam keharusan bagi generasi ‘hari ini’ agar dilabeli ‘anak literasi’. Ya, sebagaimana Pramoedya Ananta Toer yang dijadikan rujukan bagi anak muda untuk mengenal literasi, nama Sapardi Djoko Damono pun menjadi pilihan bagi mereka. Pujangga yang lahir di Surakarta pada 20 Maret 1940 ini terkenal berkat puisi-puisinya, yang diantaranya banyak dijadikan musikalisasi puisi oleh banyak musisi, dan banyak menerima penghargaan, dari mulai Anugerah SEA Write Award (1986), hingga penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003.

Beberapa puisinya sangat populer dan banyak orang yang mengenalinya, seperti "Aku Ingin" (sering kali dituliskan bait pertamanya pada undangan perkawinan), "Hujan Bulan Juni", "Pada Suatu Hari Nanti", "Akulah si Telaga", dan "Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari". Kepopuleran puisi-puisi ini sebagian disebabkan musikalisasi oleh mantan-mantan mahasiswanya di FIB UI, yaitu Ags Arya Dipayana, Umar Muslim, Tatyana Soebianto, Reda Gaudiamo, dan Ari Malibu. Tentang musikalisasi puisi karya Sapardi ini sendiri, dilansir dari laman wikipedia Indonesia dimulai pada tahun 1987 ketika beberapa mahasiswanya membantu program Pusat Bahasa yang membuat musikalisasi puisi karya beberapa penyair Indonesia.

Kegiatan tersebut sebagai upaya mengapresiasikan sastra kepada siswa SLTA. Saat itulah tercipta musikalisasi “Aku Ingin” oleh Ags Arya Dipayana dan “Hujan Bulan Juni” oleh Umar Muslim. Menariknya, puisi “Aku Ingin” kemudian diaransemen ulang oleh Dwiki Dharmawan dan menjadi bagian dari soundtrack dalam film "Cinta dalam Sepotong Roti” (1991), yang dibawakan oleh Ratna Octaviani.

Selain itu, puisi-puisi Sapardi Djoko Damono kemudian bermuara pada sebuah album berjudul Hujan Bulan Juni (1990) yang seluruhnya merupakan musikalisasi dari sajak-sajak Sapardi Djoko Damono. Duet Reda Gaudiamo dan Ari Malibu adalah bagian dari sejumlah penyanyi, yang merupakan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia, yang melestarikan karya-karya Sapardi Djoko Darmono, sampai kemudian album Hujan Dalam Komposisi menyusul dirilis pada tahun 1996 dari komunitas yang sama.

Sepuluh tahun sejak dirilisnya album Hujan Dalam Komposisi, kemudian karena banyaknya permintaan, album Gadis Kecil (2006) dirilis dengan diprakarsai oleh duet Dua Ibu, yang terdiri atas Reda Gaudiamo dan Tatyana. Setahun setelahnya, dilanjutkan oleh album Becoming Dew (2007) dari duet Reda dan Ari Malibu. Duo Ari Reda kemudian menjadi identik dengan nama Sapardi Djoko Damono, mengingat karya dari Sapardi ini menjadi bagian dari identitas karya dari Ari Reda.

Musik dan puisi kemudian menjadi satu hal menarik, yang kemudian banyak diadaptasi seperti halnya yang dilakukan Ari Reda. Namun tidak hanya berhenti di Ari Reda saja, kolektif musik asal Kotamobagu, Sulawesi Utara bernama Beranda Rumah Mangga (Selanjutnya ditulis BRAGA) pun punya ketertarikan yang sama dengan literasi, yang dalam hal ini mereka mengadaptasi salah satu kutipan paling terkenal dari Pramoedya Ananta Toer yang berbunyi ‘Adil sejak dalam pikiran’. Kutipan itu diambil dari buku “Bumi Manusia”, novel pertama dari Tetralogi Buru yang melegenda. Karya Pram menjadi sejalan dengan apa yang ingin disajikan oleh BRAGA, dimana menurut mereka karya Pram banyak mengangkat tema-tema humanis yang menjadi benang merah mini album BRAGA, Samudera Ingatan.

Musik kemudian menjadi sesuatu yang berperan sebagai alat menyampaikan pesan, dengan isian lirik-lirik yang tidak hanya menarik, namun secara isian mampu berbicara lebih, dan tidak hanya bertumpu pada olahan melodi sebuah lagu saja. Baik itu Pram atau Sapardi keduanya merupakan penulis dengan kepekaan rasa yang berhasil diterjemahkan dalam bentuk bait kata-kata menarik, dan makin lengkap ketika musik membalutnya menjadi sebuah estetika karya yang membekas di hati para penikmat karyanya.

BACA JUGA - Merayakan Hari Puisi Sedunia Bersama Bung Fiersa

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner