"Rubato Prolog", Sajian untuk Siapapun yang Siap "Dihanyutkan"

Menurut pandangan mereka, mayoritas musik saat ini begitu monoton dan terkesan konvensional. Berjalan di tempat yang sama, begitu kaku ingin dibebaskan. Berontak untuk kemudian berevolusi. Bentuk metamorfosis menjadi lebih leluasa, tanpa batas, sekat, juga paradigma dan menabrak sembarang segala tatanan yang tertata.

Dalam garis besar warna rock, Larung Barung tetap berjalan dalam segala hal dari perbedaan yang terkombinasikan. Meski secara tradisional ditinggal sedari awal. Hal tersebut menjadi cara dan kekhasan sendiri untuk Larung Barung dalam membaurkan dan membenturkan ide ataupun gagasan yang disajikan dalam musik-musik Larung Barung. Salah satunya "Rubato Prolog" yang sudah bisa dinikmati saat ini.

Mengacak-acak dan mengacaukan yang sudah ada, reruntuhan itu lalu diwujudkan menjadi bentuk yang lain. Sampai saat ini, Larung Barung masih mempersiapkan diri untuk bangun dan konsisten hidup dari ruang gerak yang terbatas. Memberikan jalan terang bagi avant funk yang menjelma menjadi punk jazz, ciri art punk, anti new wave yang kebablasan dikomersialkan atau jika tidak terlalu berlebihan; avant-punk pada musik yang mereka buat. Kebosanan yang diselaraskan dengan disonansi. Musik atonal nan berisik yang membuat senyum tersungging dari mendiang komposer Arnold Schoenberg, Anton Webern, Albarn Berg, serta kolega-koleganya, karena mereka berhasil membuat musik tanpa memperhatikan setiap kunci tertentu. Musik yang tidak memiliki nada spesifik di awal abad 20. Musik yang tidak enak didengar jika dimainkan oleh orang yang bukan ahlinya.

Atau, katakanlah Larung Barung sedang melakukan abreviasi; sikap konfrontasi terhadap apa yang didengar, dilihat dan direkam. Sebuah pandangan nihilistik akan bentuk atau tatanan yang ada (dalam hal ini musik) dan belakangan ini – sadar atau tidak – anda sedang kerajingan menikmatinya. Karya-karya berikutnya dari Larung Barung siap untuk "dihanyutkan" di arus yang bebas ke mana akan mengalir dan kepada siapa saja yang mendengar.

BACA JUGA - Resistensi Musik Bejat: Sebuah Ironi Ketika Makna Kemerdekaan adalah Nasi Dimakan Jadi T*i!

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner