RITMEKOTA: Ketika Geliat Musik Kota Malang Diabadikan Lewat Selusin Cerita

RITMEKOTA: Ketika Geliat Musik Kota Malang Diabadikan Lewat Selusin Cerita

"RITMEKOTA berisi berbagai catatan, rekam jejak, serta esai personal seputar scene musik di kota Malang. Buku ini melibatkan 12 penulis yang (pernah) hidup dan menghidupi kancah musik di kota itu. Mereka berbagi soal denyut dan dentum ekosistem musik di kota Malang. Menuturkan kisah personal di balik proses kreatif dalam berkarya, serta keputusan untuk menantang takdir hidup lewat bermusik atau memilih bahagia saat "bertemu" dengan keseruan khazanah musik di sekitarnya. Di sini mereka menulis tentang kancah rock alternatif, emo revival, hardcore, label rekaman, geliat gigs dan pertunjukan, profil fanbase band yang militan, serta gagasan musikalisasi puisi dan titian rima hip hop. Dari kampung Glintung, Pulosari, hingga sudut kampus di Veteran. Dari atmosfir Legipait, Srawung, hingga Houtenhand. Dari dedikasi komunitas seperti MCHC, MH2C, hingga Malang Sub Pop. Berbalut taburan romantika dan bumbu sentimentalia, buku ini memang nyaris tanpa narasi pencapaian yang hebat atau success story seperti kebanyakan kisah-kisah "from zero to hero" yang klise. Lagipula, bukankah kebanyakan perjalanan hidup juga seperti itu. Jadi, Malang, kenapa kita tidak berdansa saja!..."

Samack sendiri tidak menjadi satu dari 12 penulis, melainkan menjadi penyunting untuk RITMEKOTA. Lewat seksi Catatan Editor, Samack bercerita bahwa gagasan pembuatan RITMEKOTA muncul pertama kali dari Denny Mizhar yang menangani penerbitan Pelangi Sastra, yang kemudian menjadi penerbit RITMEKOTA. Obrolan mereka terjadi di akhir tahun 2017 dan lalu melahirkan kesepakatan untuk menggarap buku antologi atau kumpulan tulisan bertema musik. Tugas pertama Samack adalah mengumpulkan naskah dan penulis, baik blogger, zine maker maupun pegiat media. Terpilih lah 12 nama yang kemudian mewakili bagiannya masing-masing di RITMEKOTA.

Selusin penulis yang menyumbang tulisannya adalah Radinang Hilman ("Geliat Rock Alternatif Kota Malang dalam Tiga Babak"), Alfan Rahadi (Gelombang Pasang Emo Revival di Malang"), Prana Okta ("Malang City Hardcore dalam Dua Warsa"), Fajar Adhityo ("Perjalanan Industri Record Label di Kota Malang"), Dewi Ratna ("Malang Sub Pop: Hidupkan Tempat Wisata Mangkrak"), Didid Haryadi ("Munir Said Thalib: Epos "Di Udara" Hingga Militansi untuk Para Los Desaparecidos"), Zidni R. Chaniago ("Dare to Art, Dare to Win: Attend Gigs Dead or Alive"), KMPL ("Romantika Jogeder: Menulis Tani Maju dari Bawah Panggung"), Nova Ruth ("Lahir di Kampung Glintung untuk Menantang Perbatasan"), Han Farhani ("Mengapa Saya Menyanyikan Puisi?"), Alessia Wyneini ("Kolase Kerinduan dalam Bingkai Houtenhand") dan Agung Rahmadsyah ("Musik, Malang, dan Dunia yang Penuh Kejutan"). Pemilihan 12 nama ini tentunya terkait dengan pengalaman mereka di divisinya masing-masing, yang menurut Samack cocok untuk dilibatkan sebagai bagian dari RITMEKOTA.

Samack juga menggandeng Muhammad Hilmi, sosok yang tak asing dengan hingar-bingar musik kota Malang, sempat menggarap Sintetik Zine ketika kuliah di sana dan kini menulis untuk Whiteboard Journal. Untuk urusan visual, ada nama Aldymavl yang mengeksekusi bagian ilustrasi sampul, Ali Topan (Redbiter Photoworks) yang meminjamkan foto-fotonya di beberapa halaman buku, juga M. Dandy yang mengurusi bagian tata letak dan sampul.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner