Riandy Karuniawan : “Ilustrasi dalam Bidang Musik itu Mentransformasi Suara menjadi Visual”

Riandy Karuniawan : “Ilustrasi dalam Bidang Musik itu Mentransformasi Suara menjadi Visual”

Seniman cum Ilustrator berbakat Riandy Karuniawan memaparkan tentang hal ihwal dunia ilustrasi dan irisannya dengan skena musik lokal

Masa lalu bagi sebagian orang menyimpan kenangan yang diingat sepanjang masa, salah satunya seperti ingatan kita akan masa kecil. Pengalaman dikelilingi oleh berbagai dunia fantasy, tontonan kartun, bermain di hamparan tanaman luas bersama rekan sepermainan, hingga gelak tawa lepas tanpa memikirkan berlebih beban hidup, ternyata menjadi acuan bagi seorang seniman Riandy Karuniawan dalam beberapa karyanya.

Riandy Karuniawan adalah sosok seniman/ilustrator kelahiran Aceh dan memilih Bandung sebagai kota untuk mengembangkan potensinya dalam arsitektur dan seni. Sosok yang kerap dipanggil Andy ini merupakan mahasiswa lulusan Arsitek Unpar Bandung dan memilih teknik ilustrasi lukis. Karya lukisannya telah menjadi kebutuhan para musisi lokal seperti Suri, Ghaust, Homicide, Komunal, Rajasinga, dll. Karyanya itu telah menghiasi berbagai artwork album hingga kaus band. Kini, Riandy menciptakan sosok bernamakan ‘Sathar’ yang berlandaskan sebuah kesadaran. Konsep secara keseluruhan dalam beberapa karyanya sangat kental dengan berbagai fenomena masa kecilnya hingga saat ini. Karya-karyanya dikemas sedemikian rupa melalui objek, warna  dan lain sebagainya dengan penekanan penuh pada aliran surealisme.

Riandy selalu mengeksplorasi berbagai media dan medium pada setiap karyanya, salah satunya dengan teknik cetak tinggi sablon yang diaplikasikannya pada permukaan kaos dan kertas. Setelah menempuh berbagai perjalanan karir dalam bidang seni, Riandy bekerjasama dengan pihak World’s End Gallery untuk menggelar sebuah pameran tunggalnya bertajuk Solo Exhibition RIANDY KARUNIAWAN, SATHAR Vol.1 : PAST. Pameran tunggal perdananya ini, nantinya akan dibagi tiga bagian penyelenggaraannya terhadap publik, dan ini merupakan bagian pertama yang terbuka bagi siapapun untuk berkunjung di acara tersebut. Acara ini dimulai pada tanggal 26 November dan berakhir pada tanggal 31 Januari 2017.

Bisa diceritakan nggak perjalanan karya Riandy hingga ekspekstasi orang-orang menganggap Riandy adalah seorang seniman sekaligus illustrator untuk para musisi?
Saya gemar menggambar sedari kecil, semasa sekolah dan kuliah di Bandung saya mulai menikmati geliat skena musik di Bandung. Banyak dari teman-teman saya memutuskan untuk menjadi musisi, dari pertemanan itulah saya dengan semangat gotong royong, saya mulai memberikan sumbangsih kepada skena musik di Bandung.

Biasanya dalam membuat sebuah karya untuk musisi contohnya sampul album, itu konsepnya lebih menekankan kepada siapa, pihak illustrator atau si musisi dan atau digabungkan sedemikian rupa antara keduanya?
Berbeda-beda, ada band yang menyerahkan sepenuhnya konsep visual kepada saya, ada pula yang mendahululan brainstorming untuk menyamakan visi untuk konsep visualnya. Keduanya memiliki rasa yang berbeda buat saya. Memang apabila saya diberikan kekuasaan penuh akan konsep visual sebuah album, prosesnya akan lebih singkat, namun bila melewati proses brainstorming terlebih dahulu saya memberikan input bagi saya dan memperkaya ide saya dalam memvisualkan karya musiknya.

Tapi, kalau untuk membuat artwork untuk band, kriteria Riandy dalam pemilihannya seperti apa sih?
Saya harus dapat menikmati musiknya terlebih dahulu, karena saya harus mampu menyinkronkan diri saya dengan musik untuk dapat memvisualisasikannya.

Menurut Riandy sendiri, kehadiran ilustrasi dari karya seniman dalam musik itu sendiri untuk apa sih, dan sepenting apa?
Itu penting, karena ilustrasi dalam bidang musik itu mentransformasi suara menjadi visual. Yang awalnya musik untuk merangsang indera pendengaran telinga dengan ilustrasi, musik dapat dinikmati dengan indera penglihatan (mata). Kolaborasi dua indera tersebut membuat karya musik menjadi lebih kaya makna menurut saya.

Beberapa penggunaan aspek dalam karya Riandy (warna, objek, dll) dapat mencerminkan suatu genre musik si band nggak sih, atau nggak lebih dari penataan semata?
Tentu saja, saya harus menggunakan elemen-elemen visual yang dapat menggambarkan pengalaman yang disajikan oleh musisi. Karena menurut saya itulah intinya menjadi ilustrator musik, saya harus mampu memvisualkan karya musik itu sendiri.

Mungkin eksplorasi dalam berbagai medium Riandy juga sering lakukan, salah satunya dengan screenprint, apakah masih relevan menggunakan screenprint khususnya poster di zaman sekarang, kenapa?
Menurut saya segala bentuk eksplorasi harus dilakukan terlebih di era digital ini. Termasuk screen print poster, memang screen print poster merupakan budaya yang tidak baru dalam dunia seni, namun screen print poster dapat menjadi alternatif dalam bidang seni terapan selain t-shirt dan digital artprint. Selain itu Bandung adalah tempat di mana screen print atau sablon menjadi hal yang lumrah dan Bandung memiliki teknik yang khas, sablon lekat dengan skena musik di mana band-band mengaplikasikan artworknya di atas kaos, karena itu pula saya ingin lebih mengeksplorasi teknik screen print di atas kertas.

Aliran yang Riandy gunakan dalam setiap karya, lebih mengacu pada aliran apa dan siapa saja yang menginfluence Riandy hingga mampu menciptakan karya seperti ini?
Dalam berkarya saya sangat terpengaruh oleh karya-karya fantasi dan surreal. Sedari kecil saya terbiasa dan sangat menggemari karya-karya fantasi dari dongeng agama, film serial kepahlawanan Jepang, animasi dan komik sampai saya mengenal surrealisme dari karya-karya Salvador Dali. Saya sadar elemen-elemen tersebut sangat mempengaruhi kekaryaan saya saat ini. Seniman yang menginfluens saya banyak sekali seperti Arik Roper, Moebius, Roger Dean, Salvador Dali, Akira Toriyama, Amenkcoy, dan Morrg.

Beberapa hari lalu Kamu baru saja menyelenggarakan pameran tunggal. Pameran ini mungkin berbeda dibandingkan dengan pameran lainnya, yaitu salah satunya terdapat kacamata 3D, apa tujuan Riandy membuat inovasi seperti ini ?
Dari tataran konsep, penggunaan kacamata 3D pada karya saya adalah bentuk respon akan fenomena penggunaan psychedellic drugs seperti ganja, magic mushroom dan LSD. Saya menyimbolkan kacamata 3D sebagai psychedellic drugs tersebut, yang mampu memberikan pengalaman trip menuju alam psikedelia.  Sedangkan di tataran teknis, saya menggunakan kacamata 3D sebagai bentuk eksplorasi kemungkinan-kemungkinan medium kekaryaan saya.

Dalam pameran solo perdana ini, apa sih yang ingin Riandy tonjolkan untuk para audiens yang datang?
Karya-karya pada pameran tunggal saya Sathar Vol.1: Past ini adalah respon dari kegelisahan saya akan pertanyaan-pertanyan eksistensial dari diri saya. Saya mencoba mengumpulkan potongan potongan memori sedari kecil yang saya eksplorasi ke dalam karya. Saya ingin karya-karya saya mampu menjadi arena bermain untuk pikiran-pikiran audiens yang hadir dan melihat karya saya.

Images: Wolrd's End Archives (by Bibier) & Arif Danun 

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner