Resensi Buku

Resensi Buku "Jurnalisme Musik dan Selingkar Wilayahnya"

Foto di atas merupakan dokumentasi pribadi Idhar Resmadi, diambil oleh Sandi Jaya Saputra. Latar foto menggunakan sampul depan buku "Jurnalisme Musik dan Selingkar Wilayahnya".

Apapun itu kiblat media yang kau akan pilih: arus utamakah? Atau lebih “bebas” di jalur alternatif? Buku ini semacam “kitab suci” bagaimana kiat-kiat menulis tentang musik yang baik dan benar.

Walaupun untuk saat ini terlalu klise, sejatinya jargon sex, drugs and rock ‘n roll akan tetap menjadi jalur mulia dalam menulis musik. Bagi sebagian kaum yang masih mengamininya, tentu saja.

Sebuah buku bagus berjudul “Jurnalisme Musik dan Selingkar Wilayahnya” resmi terbit. Buku dengan muatan vitamin tinggi, sungguh sangat cocok bagi siapa saja yang akan, sudah, atau baru saja memulai perjalanan berliku berkarir sebagai jurnalis musik.

Bekerja sama dengan penerbit Kepustakaan Populer Gramedia, penulis asal Bandung yang sudah malang melintang di dunia literasi dan seorang akademisi – Idhar Resmadi menerbitkan buku “Jurnalisme Musik dan Selingkar Wilayahnya”. Buku ini menjadi buku ketiga Idhar Resmadi, setelah sebelumnya menerbitkan “Music Records Indie Label” dirilis penerbit Mizan dan buku biografi Pure Saturday “Based on a True Story” yang diterbitkan bersama clothing legendaris UNKL347.

Buku ini semacam tips dan trik, tidak ada “bualan” khas ngalor-ngidul tak berguna seperti saya dan beberapa (mungkin) jurnalis lain sering lakukan.

Ditambah lagi, cakupan teori-teori tentang jurnalis musik yang ideal membuat buku ini menjadi lebih lengkap lagi, dengan adanya tambahan ekstra porsi sejarah, falsafah, analisa, hingga prediksi. Idhar membedah begitu dalam mengenai jurnalisme musik dari berbagai perspektif atau sudut pandang. Semakin informatif dengan studi kasus serta wacana, agar membuka kacamata perihal khazanah dalam jurnalisme musik sebagai salah satu bentuk ekosistem industri yang hadir di Indonesia.

Meski kenyataannya, beberapa jurnalis lebih menitikberatkan pada eksperimen soal selera, rasa dan pengalaman inderawi tentunya ketika ia menulis tentang musik. Adapula sebagian kalangan yang memandang bahwa jurnalis musik adalah para barisan fans yang tercerahkan. Mungkin saja iya, mungkin juga tidak, kembali ke asumsi dan opini masing-masing, bebas.

Judul buku ini menjadi gambaran besar akan apa isi di dalamnya. Dengan bahasan mendalam tetapi dikemas begitu ringkas, padat dan (masih) enak dibaca. Segala tetek bengek perihal jurnalisme musik, sejarah dan media musik semua terunut. Lalu, juga hadir pembahasan tentang perkembangan kritikus musik sampai gaya menulis serta tata bahasa. Tak ketinggalan peranan kembang kempisnya media alternatif yang menjadi dapur pacu penggerak jurnalisme musik itu sendiri. Sebagian besar tetap bertahan dengan kolektivitasnya, beriringan bersama idealisme yang mengakar. Namun banyak kasus lain, meski disokong kucuran dana dan nama besar, berumur hanya beberapa tahun saja berjaya berakhir menggulung tikar.

Ke depannya, diharapkan buku “Jurnalisme Musik dan Selingkar Wilayahnya” yang resmi terbit pada 17 Desember 2018 lalu dapat menjadi buku rujukan. Atau, mengutip dari rilis pers yang kami terima, “Pegangan awal bagai siapa saja yang ingin menjajal karir sebagai jurnalis musik”.

Untuk berkorespondensi bisa menghubungi: www.idhar-resmadi.net dan Instagram: @idharrez atau Twitter: @idharrez

Untuk informasi lebih lanjut untuk acara ini atau tentang perolehan buku "Jurnalisme Musik dan Selingkar Wilayahnya", hubungi Shuliya Ratanavara (shuliyairatanavara@gmail.com).

BACA JUGA - Music Video Review : Muschos Libre - "U La La"

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner