Refleksi, Diksi, dan Pola Kreasi Hindia di Ranah Musik Tanah Air

Refleksi, Diksi, dan Pola Kreasi Hindia di Ranah Musik Tanah Air

Sumber foto : Diambil dari rilisan pers Hindia

Diantara kubu pecinta senja dan kubu pembenci orang yang mencintai senja, Hindia sedang berjalan di atas bukit melihat hidup yang lebih luas dan kompleks, tidak hanya saat senja tiba, tapi sejak pagi hingga malam.

Hindia cari gara-gara lagi. Kalimat itu langsung terlintas di pikiran saya kala solois yang juga membidani band .Feast ini kembali melahirkan single terbarunya, bahkan ketika single sebelumnya, “Belum Tidur” baru berusia satu minggu, sejak diperkenalkan ke khalayak luas. Melibatkan nama musisi cantik, Rara Sekar, keduanya seakan membawa ruh Banda Neira ke dalam lagu berjudul "Membasuh" ini. Rara yang kerap mengidentikan suaranya dengan istilah pop nelangsa ini nampaknya masuk ke dalam radar Hindia, dalam pencariannya mencari tandem bernyanyi, setelah sebelumnya menjadi manusia malam bersama Sal Priadi.

Diakui atau tidak kehadiran Hindia menjadi satu hal menyenangkan bagi ranah musik tanah air, dengan semua kejeliannya menghadirkan lagu dengan isian lirik yang begitu dekat dengan pendengarnya. Hal tersebut menjadi sejalan dengannya yang pernah berujar jika dirinya tidak mungkin menulis sesuatu yang tidak dia ucapkan di kesehariannya. “Gua ga mungkin nulis kata senja, soalnya sehari-hari gua bilangnya sore. Jadi gua selalu nulis apa yang gua omongin setiap harinya”, ujarnya dalam sebuah kesempatan wawancara.

Menulis lirik dalam pilihan diksi yang diucapkan sehari-hari bisa jadi pertaruhan tersendiri, antara menjadi terkesan cringe atau -maaf- norak (mungkin diantara kalian ada yang ingat lirik ini “hey jangan bikin keki, bikin suasana happy), atau bahkan menjadi terasa ‘dalam’, karena disuguhkan tidak berjarak terlalu lebar, seperti halnya curahan hati seorang karib dekat. Untungnya Hindia mampu menjawab tantangan itu, dengan semua pilihan diksi sehari-harinya, yang punya kedekatan personal dengan pendengarnya. Tengok lirik ini : “sempatkan pulang ke beranda tuk mencatat hidup dan harganya” di lagu “Membasuh”. Rasanya bohong jika saya tidak bergetar mendengar lirik itu. Dari semua lagu-lagu folk dengan tema ‘pulang’ dalam lagunya, Hindia mampu menohok dengan lirik tersebut.

Pernah begitu mencuri perhatian dengan bandnya pada tahun 2018 lalu, tahun ini Baskara Putra, orang dibalik nama alias Hindia rupanya juga punya nyali ‘berperang’ sendirian di medan musik tanah air. Dia datang dengan alat perang komplit, dari mulai musik, lirik, gimmick, serta apa-apa saja yang ingin dia tampar. Kadang dia begitu galak, kadang begitu meneduhkan, kadang merespon banyak hal di luar dirinya, kadang merefleksikan yang ada di dalam dirinya. Kadang menghabiskan waktu dengan lamunan di jam makan siang, kadang bergelut dengan kegelisahan pikiran kala dia belum tidur. Sampai kemudian Rara Sekar menyambut tangannya, untuk sama-sama membasuh hidup dengan mengkaji waktu-waktu yang telah lalu, dan memoar manis yang menyertainya.

Diantara kubu pecinta senja dan kubu pembenci orang yang mencintai senja, Hindia sedang berjalan di atas bukit melihat hidup yang lebih luas dan kompleks, tidak hanya saat senja tiba, tapi sejak pagi hingga malam. Bahkan malam, ketika banyak diantaranya sudah terlelap, Hindia masih gelisah dihantui inspirasi yang terus mengajaknya membuat pola kreasi seru, baik ketika dia bersama bandnya, .Feast atau proyek solonya.

BACA JUGA - Resensi Lagu Hindia - "Jam Makan Siang"

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner