Ray Viera Laxmana, Musik, dan Alam Berpikirnya

Ray Viera Laxmana, Musik, dan Alam Berpikirnya

Ray merupakan tipikal pribadi yang ‘terlalu banyak berpikir’, sehingga menjadikannya sedikit berbeda dari orang kebanyakan. Namun melalui musiklah kemudian Ray mencoba untuk menerjemahkan alam berpikirnya

Tahun 2018 silam menjadi tahun yang punya makna khusus bagis Ray Viera Laxmana, kala penyanyi dan penulis lagu asal Bandung ini pertama kali memijakan kakinya di ranah musik tanah air lewat debut singlenya yang berjudul “Aphordite”, hingga hal tersebut direspon positif oleh banyak orang dan kembali melahirkan single berikutnya, “Lunar Rhapsody” satu tahun setelahnya.

Selang dua tahun berkarya di ranah musik tanah air, penyanyi yang mengaku banyak dipengaruhi oleh musisi seperti Bee Gees, The Beach Boys, Weezer, Arctic Monkeys, hingga Inner Wave ini kemudian jatuh cinta dengan melodi otentik dan irama soulful yang turut mengilhami Ray dalam proses cipta karya mandiri. Hingga akhirnya hal tersebut kemudian bermuara pada sebuah EP yang dirilisnya pada 20 Maret tahun 2020 ini berjudul The Noir Scene and The White Sheep Before I Sleep.

Menginjak usia ke 22 tahun, Ray dengan sederet pencapaiannya sebagai seorang musisi mengaku jika dalam EP nya ini dirinya mengetengahkan ragam pola kreasi seru dengan musik Alternative/Indie-Pop sebagai identitas karyanya. Menariknya, kekhasan musiknya tersebut kemudian dipadukan dengan nuansa Metro Pop awal tahun 80-an, yang bisa pendengar rasakan nuansanya dalam EP berisikan 5 Track ini. Menariknya lagi, EP ini juga merupakan debut produser baru Jauza Muhammad, putra dari produser senior Noey Jeje yang yang juga bassist Java Jive.

Ditemui disela-sela syuting DCDC Musikkita Ray menuturkan jika hampir semua lagu yang ditulis Ray di EP ini banyak mengetengahkan perihal dirinya yang mengalami masalah akut pada pola tidur selama 4 tahun, serta tentang dinamika kehidupan anak muda pada umur 20an. Diproduksi dalam jangka waktu kurang lebih 1 tahun, EP ini merupakan epsiode lanjutan dari apa yang telah dia buat lewat single terdahulunya, juga kolaborasi pertamanya dengan musisi pendatang baru Karina Nasywa dalam lagu berjudul “Cupid”, satu kolaborator lainya akan ikut berkontribusi di project ini adalah Monsdim (Vocalist Dream Coterie) berfeaturing dalam lagu “Hunky Dory” yang akan dijadikan single pada EP yang dirilis pada 20 Maret ini.

Satu lagu baru lainya, berjudul “The Noir Scene and The White Sheep Before I Sleep” yang dijadikan sebagai judul debut EP berisikan pengalaman personal Ray melawan masalah pola tidur yang menyebabkan “anxiety” dan perilaku “overthinking” dalam dirinya yang sempat menghambat untuk bersosialasi dan berkembang. Kepribadian Ray yang canggung sedikit menyulitkan dirinya berkomunikasi dengan orang lain. Tipikal pribadi yang ‘terlalu banyak berpikir’, sehingga menjadikannya sedikit berbeda dari orang kebanyakan. Namun melalui musiklah kemudian Ray mencoba untuk menerjemahkan alam berpikirnya. Perspektif dirinya dalam memaknai kehidupan dan kejadian sehari-hari. Baik tentang pribadinya sendiri, maupun orang lain melalui medium lagu.

BACA JUGA - Lebih Jauh Mengenal Oscar Lolang : Dari Bob Dylan, Papua, Hingga Ancaman Teror

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner