Pola Repetitif Menarik Lagu

Pola Repetitif Menarik Lagu "Be Found" Milik Atsea

Sumber foto : Diambil dari video klip Atsea - Be Found

Pola repetitif lagu ini menarik, meskipun notasi lagu ini tidak punya banyak pengembangan, dari mulai awal lagu sampai reff nya. Mereka seakan enggan membuang durasi lagu pada pilihan notasi yang kurang enak dinyanyikan.

Ada satu persamaan antara sambel di rumah makan sunda dengan sebuah lagu dari band Atsea berjudul “Be Found”. Keduanya mempunyai satu kesamaan dimana kenikmatannya langsung terasa pada “gigitan” pertama. Keduanya juga tidak memerlukan “bumbu” yang rumit, namun punya satu bumbu spesifik, yang bisa membuat penikmatnya ketagihan. Lagu “Be Found”, tidak memerlukan rentetan lirik puitis atau metafor rumit untuk bisa mengantarkan reff lagunya. Dengan hanya bermodalkan lirik yang berbunyi “To be found, to feel fine”, Atsea cukup berhasil menempelkan potongan lirik itu di telinga pendengarnya, dan melekat karena notasi lagu yang catchy.  

Pola repetitif lagu ini cukup bagi Atsea menawarkan suguhan menarik, meskipun notasi lagu ini tidak punya banyak pengembangan, dari mulai awal lagu sampai reff nya. Mereka seakan enggan membuang durasi lagu pada pilihan notasi yang kurang enak dinyanyikan. Maka ketika mereka menemukan notasi lagu yang punya punch menarik, hal itu kemudian dijadikan sajian appetizer, main course, dan dessert sekaligus. Untungnya sajian itu bisa dinikmati dan langsung terasa dalam “gigitan” pertama itu tadi. Tentang arti lagunya itu sendiri? menjadi tidak penting, karena notasi lagu ini menjawab semuanya, jika ketika sebuah lagu enak didengarkan, maka isian lagunya menjadi nomor dua, karena waktu kita habis untuk larut dalam irama lagu ini, ketimbang memikirkan esensi lagunya itu sendiri.

Sedangkan secara teknis, lagu semacam ini punya kesamaan dengan typical musik shoegaze, jika dilihat dari olah tata suara reverb yang cukup tebal di setiap sudut lagunya. Hanya saja disajikan dengan tempo yang lebih cepat. Band-band semisal Beach Fossils dan DIIV mungkin akan terlintas begitu mendengarkan lagu-lagu sejenis ini. Pola gitar crunch yang khas membuat kerenyahan lagu ini makin melengkapi pola repetitif itu tadi. Harmonisasi dua gitar dan pecahan suara pada vokalnya juga berimbas pada perasaan adiktif kala mendengarnya. Seperti halnya sambel itu tadi. Taruhan dengan nominal berapapun sepertinya saya berani, untuk bersaksi jika tidak ada orang yang makan dengan sambel kurang dari dua piring nasi. Pun begitu dengan lagu ini. Durasi tiga menit lagu ini mungkin akan bertambah menjadi 10 sampai 15 menit, karena pengulangan lagu sebanyak tiga sampai lima kali.

Sedikit menyoroti permainan drumnya yang ditingkahi teknik singkup pada permainan hi-hat nya. Cukup provokatif membuat anggukan kepala tanda setuju, jika lagu ini punya nada yang catchy pada tiap notasinya. Permainan drum di lagu ini berhasil menuntun aransemen lainnya untuk bersatu mengantarkan sang vokalis melantunkan lagu ini. Sampai akhirnya senandung tanpa lirik di akhir lagu menutupnya. Namun tidak selesai sampai disana, karena kita masih punya waktu setidaknya 10 menit lagi untuk mengulangi lagunya, dan begitu seterusnya, sampai band ini punya single lainnya, yang semoga punya daya “pukul” kuat seperti lagu ini.  

BACA JUGA - Song Review : Harlan - Tak Baik Maruk

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner