Pencarian Pusat Khayalan dan Dilema Glaskaca

Pencarian Pusat Khayalan dan Dilema Glaskaca

Sumber foto : Diambil dari video klip Glaskaca - "Atom"

Lirik yang berbunyi “Pusat pusaran adalah khayalan”  dalam lagu ini, tidak hanya terasa pas pada rimanya saja, namun juga punya tafsir menarik jika merunut pada kata pusaran dan khayalan.

Memulainya dengan olah suara drive pada settingan efek gitar yang dijadikan jembatan untuk membungkus lagu ini, hal itu kemudian jadi satu hal yang pas dengan nafas yang ingin lagu ini sampaikan, yaitu tentang pergolakan batin kehidupan personal manusia. Lagu berjudul “Atom” dari Glaskaca ini terdengar catchy dengan ketukan drum yang sedikit mengingatkan pada typical lagu-lagu post hardcore semisal Saosin atau Sunrise, namun band ini mengecoh sangkaan itu, karena toh tidak ada teriakan sang vokalis sambil menangis disini, dan dengan segera balutan gitar crunch dan sedikit distorsi tipis serta delay sebagai pemanisnya, makin menguatkan sanggahan itu, terutama di bagian bridge saat mereka menunjukan permainan gitar bersahutan yang terasa enak didengarkan melalui earphone, ketika hal itu bersahutan di kanan dan kiri telinga yang mendengar.

Untuk teknis vokal, gabungan beberapa layer dari segi produksi rekamannya menambahkan reverb agar menambah kesan mengawang, hingga hal ini sejalan dengan musiknya yang memang sengaja dibuat seperti ada sentuhan jungly nya, namun dengan menitikberatkan pada bunyi distorsi didalamnya. Selain itu aksen-aksen kecil yang dihasilkan suara gitar di lagu ini cukup menarik pendengaran, dan terasa efektif juga sesuai jika dibanding dengan permainan gitar akrobatik ala lagu progresif rock misalnya. Meskipun secara jujur, aksen gitar seperti ini sedikit mengingatkan pada lagu “Mars Penyembah Berhala” milik Melancolic Bitch.

Lagu ini punya lirik yang pintar memancing pendengarnya berasumsi lebih tentang lirik lagu ini. Misalnya saja lirik yang berbunyi “Pusat pusaran adalah khayalan”, yang tidak hanya terasa pas pada rimanya saja, namun juga punya tafsir menarik jika merunut pada kata pusaran dan khayalan. Dua kata itu seperti dua hal yang tidak ada batasnya, dengan pusaran yang adalah seperti gerbang menuju dunia baru, dan khayalan yang jadi dunia baru tersebut. Namun jika hal ini dihubungkan dengan pernyataan mereka akan lagu ini yang bercerita tentang pergolakan batin kehidupan personal manusia, pusaran dan khayalan tadi jadi semacam kegamangan tentang berperang melawan diri sendiri, ketika terkadang saat kita masuk dalam pusaran khayalan kita dan menemukan diri kita terbagi dua didalamnya, maka disitulah perang itu dimulai, antara asumsi-asumsi kiri dan kanan, hitam dan putih, yang semuanya meminta untuk jadi pilihan utama.

Segala macam pergolakan batin tersebut kemudian makin dikuatkan dengan suara latar yang bersahutan dengan vokal utama. Hal ini jika didengarkan lebih dalam lagi seperti halnya suara hati yang sering bersahutan dengan apa yang terucap secara verbal. Kadang sejalan namun kadang berlawanan. Sampai menuju klimaks lagu, intensitas terus naik dari sisi musiknya, sampai akhirnya coda lagu menyudahinya tanpa fade out.

Gantung? Bisa dibilang seperti itu. Namun dengan hal ini, Glaskaca seakan tidak menemukan “Pusat Pusaran” itu sendiri, hingga memutuskan untuk melanjutkannya nanti. Kapan? Tidak ada yang tahu pasti, tapi yang jelas mereka masih dalam perjalanan sama seperti saya, kita, dan siapapun yang belum bisa menyimpulkan apapun tentang hidup, atau bahkan dirinya sendiri, hingga apa yang terucap hanya sebuah sangkaan dan asumsi saja, bukan satu kebenaran yang mutlak. Lagu ini juga tidak memberi jawaban pasti, namun untungnya punya melodi dan ritmis yang nyaman didengar, untuk menemani pikiran mengudara bersama tiap notasi yang dibunyikan di lagu ini.   

BACA JUGA - Polka Wars Mengumpulkan Kepingan Orang Hilang Lewat "Rekam Jejak"

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner