Paket Komplit Tashoora dan Piknik Alam Bawah Sadar Menyenangkan

Paket Komplit Tashoora dan Piknik Alam Bawah Sadar Menyenangkan

Sumber foto : Diambil dari official Facebook Tashoora

Tashoora punya banyak ‘jurus’ untuk memunculkan namanya ke permukaan. Musik yang solid, konsep visual yang ciamik, tata busana yang mereka kenakan, hingga aksen pada nada-nada yang mereka ciptakan.

Jurnalis musik senior, Wendy Putranto pernah menuturkan jika sehebat apapun musik sebuah band, tidak akan ada artinya jika ketika di atas panggung tampil jelek. Dengan kemajuan teknologi, membuat musik bukan lagi perkara susah, mengingat banyaknya alat yang mendukung untuk memoles musik tersebut menjadi punya daya pikat. Tapi apa jadinya ketika di atas panggung, penonton dikecewakan dengan penampilan yang jauh dari versi rekaman?

Satu hal yang mungkin perlu digaris bawahi dari pernyataan Wendy di atas adalah tentang sebuah panggung yang menjadi arena bertarung bagi sebuah band. Layaknya sebuah pertarungan, tentunya sang petarung harus punya banyak ‘jurus’ untuk bisa menjadi pemenang di arena tersebut. Tashoora, sebuah grup musik asal Yogyakarta mencoba menjawab tantangan tersebut.

Mungkin bukan yang pertama sebagai sebuah grup musik konseptual, dengan musik dan tampilan visual yang memukau, tapi kehadirannya memberi angin segar bagi belantika musik tanah air, yang diakui atau tidak menyisakan kekosongan untuk sebuah grup musik yang ingin ‘bermain’ musik, dan tidak hanya berkutat pada urusan menjual musik saja. Tidak ada salahnya memang dengan menjual musik, tapi apa yang dijual, itu yang kemudian menjadi tanda tanya besar. Apakah dengan lirik yang kontroversi? Dengan vokalis yang tampan/cantik? atau dengan sejumlah sensasi yang justru tidak ada hubungannya dengan musik?

Tashoora punya banyak ‘jurus’ untuk memunculkan namanya ke permukaan. Musik yang solid, konsep visual yang ciamik, tata busana yang mereka kenakan, hingga aksen pada nada-nada yang mereka ciptakan terdengar otentik dan kuat secara karakter. Dengan vokal keroyokan, mereka seakan bahu membahu menyuguhkan barisan lirik puitis, yang kadang terdengar lirih, namun tidak jarang pula begitu bertenaga.

Jika beberapa band ada yang memang mengetengahkan nuansa chaos untuk mengamini apa yang pernah dilontarkan Shahida Manzoor lewat kutipan berbunyi “before ocean was, or earth or heaven, nature was all a like, a shapeless chaos”, yang menjelaskan tentang adanya keadaan tertib diawali dengan ketidaktertiban, maka Tashoora adalah akumulasi dari hal-hal chaotic tersebut, hingga akhirnya melahirkan musik yang terdengar matang dan tergambar jelas.

Kepingan-kepingan nada yang mereka buat seperti dipetik dari banyaknya suara yang tanpa disadari hadir dalam alam bawah sadar kita. Dan mungkin itu sebabnya, apa yang disuguhkan Tashoora menjadi terdengar tidak asing, dan mudah melekat di kepala. Terlebih dengan gaya teatrikal mereka di atas panggung, hingga di video musik terbaru mereka, “Hitam”.

Masing-masing personil Tashoora punya karakter yang kuat (tengok sang basis dan sang gitaris) dengan peran yang diemban masing-masing. Dari yang menjaga ritmis, membawa tema cerita dalam melodi lagu, hingga hal-hal kecil yang cukup detail disampaikan dengan kejelian mereka mengkombinasikan itu dengan tampilan visualnya. Singkatnya, Tashoora punya paket komplit untuk ‘berperang’. Lepas dari warna musiknya yang dipenuhi berbagai jenis musik yang berlapis, Tashoora punya ciri khas vokal keroyokan yang sama-sama bersuara dengan lantang. Patahan-patahan notasi vokalnya menarik untuk disimak.

Musik atmosferik yang mereka buat dilontarkan dengan gaya vokal yang tegas dan ‘bernyawa’, jauh meninggalkan tipikal musik shoegaze dengan nuansa yang mengawang. Tashoora mengajak pendengar untuk menginjak bumi, dengan pikiran yang mengudara. Cara mereka mengajak pendengar/penonton masuk ke ‘dunia’ mereka terasa begitu memikat, dengan proses kreatif yang rasanya tidak mungkin lahir tanpa pemikiran yang matang.

Tashoora mungkin sedikit mengingatkan pada grup musik Soneta, yang secara komposisi musik dan personil sama-sama tampil solid dan keroyokan. Bedanya, Tashoora hadir tanpa pretensi apapun, selain dari keinginan mereka untuk menarik pedengarnya pada alam bawah sadar masing-masing, dan menemukan gegap gempita musik dalam ruang hati yang sebelumnya kosong. Tashoora memantik itu, dan pendengarnya menyikapinya dengan anggukan kepala yang mengamini musiknya. Mendengarkan Tashoora seperti sedang berada dalam piknik alam bawah sadar menyenangkan, lewat paket komplit yang mereka punya. 

BACA JUGA - Irama Pantai Selatan Mengharu Biru dalam Pancaran Rona "Matahari Selatan"

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner