Otong Koil : Penyair Depresif yang Kontroversional

Otong Koil : Penyair Depresif yang Kontroversional

Sumber foto : Diambil dari akun facebook Midiahn Ux

Lepas dari segala kontroversinya, nyatanya Otong merupakan sosok yang punya sensivitas berkarya yang patut diapresiasi. Meski kadang menampilkan citra sebagai ‘badut’ dalam akun sosial medianya

Dari berbagai catatan tentang musik independen di Indonesia, ada nama-nama band yang dianggap pionir di scene musik ‘indie’ ini, dari mulai Pas Band, Puppen, hingga Pure Saturday. Namun lepas dari tiga band berawalan huruf P tersebut, ada satu band yang rasanya pantas juga dimasukan dalam katalog tersebut. Adalah Koil yang menjadi salah satu band dengan kekhasan yang begitu menarik perhatian. Tidak hanya perkara musik yang melampaui zamannya, secara visual juga band ini terlihat eye catchy dan mencolok dengan image gothic yang mereka tampilkan, terlebih sang vokalis, J. A. Verdijantoro, atau lebih dikenal dengan nama Otong Koil yang punya persona kuat di atas panggung.  

Bicara Otong maka kita akan bicara tentang sesuatu yang kontroversional, terlebih dengan pembawaan dia di atas panggung. Bahkan seorang teman pernah berujar jika sebenarnya dia tidak terlalu menyukai musik Koil, namun tidak pernah absen menonton pertunjukan Koil, karena katanya dia kerap terhibur dengan penampilan (lebih tepatnya celotehan) Otong di atas panggung. Dari mulai menghancurkan gitar hingga konsep stage act Otong yang kerap mencuri perhatian. Kebiasaan tersebut rupanya sudah dia lakukan sejak awal karir Koil bermusik, khususnya pada era GOR Saparua. Dikutip dari wawancara Leon bersama Lorong Zine, drummer yang juga jago masak ini menuturkan jika Otong pernah merusak set drumnya, bahkan ketika Leon masih memainkan lagu-lagu Koil. Tak pelak Leon harus menghentikan permainannya karena drumnya rusak oleh Otong.

Atau mungkin yang paling diingat banyak orang adalah ketika Koil tampil di gelaran MTV Music Award, di mana Otong muncul dengan dua orang (model) yang dijadikan menyerupai anjing (lengkap dengan rantai/tali yang melingkar di leher, lalu sesekali Otong (seolah) mencambuk ‘si anjing’, sebagai bagian dari stage act dia di atas panggung. Penampilannya banyak dipuji dan menarik perhatian ‘arus utama’ saat itu, yang kaget sekaligus kagum dengan kehadiran Koil di layar kaca. Sstt, konon setelah penampilannya itu, di beberapa panggung Koil berikutnya banyak ditonton para model cantik asal ibu kota yang naksir berat sama Otong.

Otong bersama Koil juga mencatatkan sejarah tersendiri ketika video klip “Mendekati Surga” menjadi heavy rotation di MTV. Menyaksikan adegan stage diving dalam sebuah video klip yang ditayangkan secara nasional jadi sesuatu yang tidak biasa (baca : mengagetkan), bahkan ketika itu diputar hari ini. Namun berkat hal itu publik jadi tahu dan diberi pilihan lain selain lagu-lagu melenakan dari band-band pop di tanah air, bahwa ada Koil, band dengan estetika karya menarik yang rasanya perlu untuk disimak lebih jauh lagi.

Dibalik segala kontroversinya Otong juga merupakan sosok penting, sebagai seorang musisi dengan kemampuan menulis lirik yang baik. Namanya sering masuk dalam jajaran penulis lirik terbaik di Indonesia. Otong bicara banyak hal dalam lagunya, dari mulai dogma hingga negara dan sejarah kebohongannya. Album Megaloblast dan Black Light Shine On jadi saksi betapa Otong jeli menangkap fenomena yang terjadi. Otong seakan mengajak berpikir dengan sudut pandang yang menghardik semua hal yang kadung tercitrakan benar oleh paradigma banyak orang. Ketika kalimat badai pasti berlalu yang adalah sebagai gambaran dari hal buruk pasti berlalu, Otong menggantinya dengan “badai pasti datang kita tak akan menang kenapa harus bimbang”.

Otong ada dalam satu sudut pandang dari arah berlawanan, ketika dia bertanya sampai kapan akan menunggu dan mengeluh meratapi nasib buruk yang menimpa, untuk kemudian bersenandung “tidakah kau bosan menyanyikan keluhan”, dalam lagu “Nyanyikan Lagu Perang”. Atau ketika dia berujar tentang nasionalisme untuk negara ini adalah pertanyaan dalam lagu “Kenyataan Dalam Dunia Fantasi”. Kesinisan Otong menjadi masuk akal untuk ada sebagai kontradiksi sebuah harapan yang muluk. Realita memang nyatanya tak seindah dalam cerita dongeng sebelum tidur, namun juga tak seburuk serial drama televisi yang mengharu biru. Otong hanya berujar jalani dan hadapi. Tidur, terbangun dan jangan kalah bagaimanapun hari akan berjalan.

Menggaris bawahi cara Otong menulis lirik, dalam beberapa karya yang dia buat baru-baru ini seperti misalnya single “Sorak Bergembira” Otong seakan menguatkan dugaan hal-hal mistis yang dideritanya. Konon Otong sering mendapat ‘kiriman’ yang menyebabkan dirinya sering sakit, hingga berimbas pada proses kreatif di tubuh Koil. Otong bahkan mengaku pernah tidak bisa berbicara dan lumpuh dalam waktu yang lama. Sebagai catatan, perlu waktu 10 tahun lebih bagi Koil sampai akhirnya mereka bisa melahirkan dua seri album/proyek Installment yang rilis beberapa waktu lalu.

Lepas dari segala kontroversinya, nyatanya Otong merupakan sosok yang punya sensivitas berkarya yang patut diapresiasi. Meski kadang menampilkan citra sebagai ‘badut’ dalam akun sosial medianya, namun sosoknya akan selalu menjadi catatan penting bagi sejarah musik tanah air. Arus utama atau pun arus pinggir, penikmat musik pagi atau malam, dari pensi sampai ke bar, rasanya kita yang pernah menonton pertunjukan Koil akan setuju jika band ini selalu mampu maju beberapa langkah dari zamannya. Pun sang vokalis, Otong yang dengan semua pembawaannya mampu mencatatkan namanya sebagai sosok berpengaruh pula penting di ‘ehm’ scene musik ‘indie’ ini.

Mungkin tidak berlebihan pula jika menjulukinya sebagai penyair depresif yang kontroversional, mengingat sosoknya yang kerap menjadi antitesis dari pola yang biasa terjadi di ranah musik tanah air. Meski terkadang sinis bahkan depresif, namun Otong mampu menjadi penerang bagi penikmat karyanya, meski cahayanya kadang tak selalu terang, bahkan hitam dan gelap. Namun bukankah gelap adalah teman sejati ketika ingin menyendiri tanpa sorot lampu yang memancar? Bersama Otong dan Koil kita kemudian hadir dalam perayaan-perayaan kecil yang mereka buat. Dengan distorsi, new rock, dan alkohol.

BACA JUGA - Fakta Unik Soal Batman dan Karya Tanpa Kepala Dari Henry Foundation

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner