Otiosis, The Band That Celebrates Itself

Otiosis, The Band That Celebrates Itself

Foto didapatkan dari siaran pers.

Selaras dengan idealisme dan patron yang diusung dari jenis musik shoegaze atau nu-gaze, Otiosis merayakan wall of sound dengan sukacita. Membangkitkan kembali shoegaze lokal yang mati suri dengan caranya sendiri. Masa bodoh dengan orang lain. Mereka hanya ingin bersenang-senang. 

Otiose [oh-see-ohs, oh-tee-] adalah kata sifat yang mencakup sedang bersantai; diam; malas. tidak efektif atau sia-sia. berlebihan atau tidak berguna.

Sinonim untuk Otiose: 1. malas, malas 2. menganggur, sia-sia, tidak menguntungkan. 3. redundan, tidak berharga, tidak ada gunanya

Arti kata "otiose" hasil selancar kamus digital yang terlampir di atas bukan bermaksud untuk menjelaskan arti dari grup musik yang jadi menu utama dalam artikel ini. Intro itu hanya sebagai pemenuh kuota saya menulis agar terlihat lebih banyak oleh ibu editor (sekaligus membuat pekerjaan semakin lama. Tertanda, ibu editor). Tujuan sebenarnya dari artikel ini adalah untuk memberikan apresiasi dari kami kepada empat pemuda tanggung pemalas asal kota Bandung - terdiri dari Gun pada vokal & ritem bas, Jul penekan tuts kibor, Andi di gitar dan terakhir sang penjaga tempo di balik drum – Firman. Kuartet ini menamakan diri Otiosis dan menasbihkan 'tuk mengusung gelombang tsunami reverb maha suci – shoegaze rock. Merangkai tumpukan distorsir berlapis, mengawang, melayang membentuk ‘tembok suara’. Sesuatu yang sudah jarang terjadi di kota ini.

Betul memang, ada grup musik nu-gaze yang sejenak naik pamor beberapa tahun belakangan, berasal dari kota yang sama, dinaungi label alternatif militan dalam menaungi grup-grup musik indie-alternatif. Grup musik nu-gaze ini sempat wara-wiri di panggung lokal dan mengharumkan nama bangsa  sampai di luar negeri. Awal mula kemunculannya, menimbulkan positivisme. Namun dari pandangan sebagian besar kalangan, terutama mereka yang memainkan musik sejenis, mayoritas bersuara sama; musik mereka kurang shoegazeWall of sound, ciri khas jenis musik ini tidak kentara. Tanggung. Kurang daya gedor hanya cari pamor dengan rilis single split format pita kaset. Album perdana milik mereka tidak sesuai ekspektasi tinggi. Segi attitude mereka pun (maaf), ya begitulah ketika perangai seniman sedang dilanda demam sindrom bintang pop tak berkesudahan (semoga segera sembuh). Tebar guyon kala beraksi di panggung, diikuti gelak tawa rekan sejawat yang 24/7 nongkrong bareng. Rekan mereka jelas paham, tetapi tidak dengan audiens lain, sebagian besar berkesempatan menjumpai hal ini condong merasa teralienisasi. Menghela nafas, lekas-lekas meneguk bulir hop di tangan dan berpikir serta meninjau ulang, apakah ini akhir skena ‘pemantau sepatu’ cabang lokal? Ah, dan sialnya hal itu memang terjadi.

Beberapa tahun berselang, muncul rilis pers ini di kotak masuk pesan surel. Sebuah kebangkitan baru, diharapkan mampu menjadi pembuka bermunculan kemudian pengusung jenis musik sejenis di kota ini. Regenerasi dari sebuah skena kecil tapi militan. Karena sudah cukup lama, kota Bandung belum mencetak lagi bibit unggul grup musik alternatif. Entitas musik pop alternative jelas berkurang dan perlahan sirna. Tetapi kehadiran Otiosis kembali menggugah optimisme. Baik para penikmat, tak dilupa mereka para musisi yang menunggu kehadiran generasi berikutnya dari ranah musik shoegaze yang sudah diangkat jauh sebelumnya.

Dilansir dari asal usul kata pada laman dictionary.com, Otiosis sendiri diambil dari bahasa Yunani yang artinya pemalas, menjadi tidak berlaku apa-apa, tidak menguntungkan, redundan, tidak berharga, berdiam diri, tidak ada gunanya dan tidak menghasilkan sesuatu. Pasif.

Hampir di waktu yang bersamaan dengan resmi berdirinya Otiosis pada tahun 2017, single pertama bertajuk "Mushroom Feelin" resmi dilepas. Tiga tahun berselang, tepatnya pada tanggal 27 Februari 2019 – Otiosis merilis single kedua yang diberi judul "Loner". Bercerita tentang kebahagiaan dalam diri, jangan sampai terganggu atau diganggu oleh perkataan orang lain, seperti dikutip dari perkataan sang frontman, Gun, “Karena kebahagiaan kamu dapat diciptakan oleh dirimu sendiri, bukan orang lain yang menentukan.”

Hampir keseluruhan komposisi single kedua ini adalah hasil karya Rizki - gitaris mereka terdahulu, lalu kemudian diaransemen ulang oleh para personil. Rizki sendiri menjadi bagian dari Narrowspace Records, label mandiri yang juga menaungi Otiosis dalam proses rilis single "Loner". Dari informasi terakhir yang kami terima, untuk sementara single "Loner" sudah dapat dinikmati terlebih dahulu melalui kanal YouTube LittleRoomRecord atau putar di bawah ini.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner