Musik, Olahraga, dan Cara Keduanya ‘Menggerakan’ Manusia

Musik, Olahraga, dan Cara Keduanya ‘Menggerakan’ Manusia

Jika ada pertanyaan apa benang merah paling kentara antara musik dan olahraga adalah fungsinya yang sama-sama mendorong tubuh untuk bergerak

Menarik benang merah antara musik dengan bidang lainnya, rasanya hal tersebut akan mudah ditemui dalam keseharian kita. Dari mulai film hingga olahraga, musik seakan selalu menjadi ‘hantu’ yang bergentayangan mengikuti beragam keriaan yang disajikan, baik ketika musik berperan sebagai hiburan atau pun ketika musik jadi sesuatu yang esensial. Dalam bidang olahraga misalnya. Momen paling sakral dan monumental dalam setiap gelaran olahraga biasanya ketika pemutaran lagu kebangsaan, dan untuk melengkapi itu perlu musik di dalamnya. Atau contoh lain, misalnya saja grup musik Queen yang moncer dalam karir bermusiknya berkat lagu “We Are The Champions”, yang identik dengan momen perayaan olahraga.

Tak terkecuali bagi musisi/band dalam negeri yang juga menangkap olahraga sebagai tema yang menarik untuk diterjemahkan lewat musik. Sebut saja Netral dengan lagu “Garuda Di Dadaku”, atau pun Dewa 19 dengan “Juara Sejati”, dan banyak lagi. Menghubungkan musik dengan olahraga, pada perkembangannya musik juga bisa jadi identitas sebuah olahraga tertentu, seperti misalnya musik punk dengan olahraga ekstrim skateboard, dimana hal itu kemudian memunculkan istilah baru dalam musik bernama skate-punk.

Menarik lebih jauh lagi tentang musik dan olahraga hal itu juga bisa berimbas sebuah pola kreativitas, yang menjadi bahan rujukan bagi beberapa sutradara video klip, untuk memasukan olahraga menjadi tema dalam garapan video yang dia buat. Dari mulai grup musik Hoolahoop lewat video klip “Hari Untuk Berlari”, Murphy Radio dengan video klip “Sports between Trenches”, atau bahkan jangan lupakan juga Clubeighties, yang lewat video klip “Gejolak Kawula Muda” nya bahkan berhasil memenangkan "The Best Video", di ajang  MTV Indonesia Music Awards tahun 2002 lalu.

Tema bulu tangkis yang diangkat Clubeighties di video klip tersebut dinilai relevan dengan citra bangsa Indonesia yang punya prestasi mentereng di dunia bulu tangkis. Secara esensi juga hal itu berhasil sejalan dengan citra band yang identik dengan nuansa 80an, melalui aksen warna dan kostum para personil Clubeighties dalam klip ini. Platoon Theodoris, yang menjadi sutradara video klip ini jeli menangkap mimik menarik yang menjadi monumental, dengan hadirnya beberapa cameo seperti Jimi Multhazam (The Upstairs & Morfem), sampai Hendri Foundation (Goodnight Electric) yang berperan menjadi penonton.

Tentang olahraga juga yang kemudian memantik nyala kreasi Sir Dandy untuk menampilkan sosok atlit cukup berpengaruh di tanah air, Chris John. Lewat lagu berjudul “Juara Dunia” Sir Dandy mengutarakan kekagumannya pada Chris John. Hal yang kemudian ditangkap oleh Anggun Priambodo, yang dalam klip ini bertugas mengumpulkan beberapa foto dan video footage saat Chris John tampil di atas ring. Menariknya, ada juga cuplikan footage Sir Dandy saat dia menyaksikan Chris John bertanding, seraya memberi dukungan lewat seruan “sikat john”, yang juga jadi hook menarik dalam lirik lagu ini.

Jika ada pertanyaan apa benang merah paling kentara antara musik dan olahraga, maka jawabannya adalah fungsinya yang sama-sama mendorong tubuh untuk bergerak. Menggaris bawahi kata bergerak disini, hal itu bisa diartikan secara harfiah atau pun secara filosofis di mana bergerak juga identik dengan suatu terobosan atau inovasi. Tentu kita tahu istilah indie kan? Hal itu pun pada awalnya merupakan sebuah pergerakan, yang pada akhirnya menciptakan sebuah terobosan atau inovasi. Ada hal-hal yang bisa diangkat ke permukaan lewat semua pola kreasi yang mungkin sebelumnya dipandang sebelah mata. Pun jika itu diartikan secara ‘telanjang’, karena banyak juga yang beranggapan jika musik yang baik adalah musik yang mampu menggerakan. Baik lewat iramanya atau pun penulisan liriknya.

Musik dan olahraga yang sama-sama telah menjadi industri kemudian dipertemukan kembali lewat brand-brand olahraga seperti Adidas, Vans, hingga Converse yang menarik para musisi sebagai Brand Ambassador. Sepatu Converse misalnya. Brand sepatu yang pada awalnya diperuntukan untuk olahraga basket ini, kemudian identik dengan musik berkat beberapa ‘tokoh musik’ yang lekat dengan brand sepatu ini. Misalnya saja Kurt Cobain yang kerap menjadikan sepatu Converse sebagai alas kakinya di atas panggung. Kurt yang dinilai cukup berpengaruh untuk merepresentasikan anak muda tahun 90an dinilai sejalan dengan citra yang kemudian melekat di sepatu ini. Atau pun beberapa band asal britania raya yang cukup identik dengan brand olahraga, Adidas. Di dalam negeri sendiri ada Seringai yang didaulat menjadi Brand Ambassador untuk produk sepatu, Vans. 

Dalam konteks ini, perihal musik dan olahraga pada akhirnya sanggup menjadi rujukan akan fashion yang mencangkup banyak kalangan, meleburkan pecinta musik dan pecinta olahraga. Bahkan dalam level tertentu, kegilaan musisi pada olahraga bisa seperti Gallagher bersaudara yang mengaku fanatik dengan klub bola Manchester City.

BACA JUGA - Selain Dengan Corona, Jaga Jaraklah Dengan Idola

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner