Musik, Buku, dan Pramoedya di Mata Fiersa Besari

Musik, Buku, dan Pramoedya di Mata Fiersa Besari

“saya dulu ga pernah baca buku, kecuali buku yang menyangkut dengan sidang saya. Selain itu juga saya murtad dari jurusan sastra Inggris itu sendiri, karena nyatanya saya jadi jauh mencintai bahasa Indonesia”.

Fiersa Besari. Setidaknya ada tiga hal yang cukup identik dengan musisi yang kerap disapa bung ini. Fiersa yang pernah terlibat beberapa proyek musik dalam format band, ternyata menemukan kenyamanan dengan format solo dan musik akustik, dari yang tadinya kerap bersumpah serapah dengan teriakan ala emokids pada zamannya. Fiersa kemudian dikenal dengan lagu-lagu yang banyak orang asumsikan dengan genre folk.

Fiersa kemudian menemukan titik memuakan dalam kehidupannya, hingga kemudian memutuskan untuk pergi dari hiruk pikuk lingkungannya, dan menemukan ketenangan dalam pengembaraannya ke beberapa tempat di tanah air. Pulang dari pengembaraannya Fiersa merasa menemukan banyak hal sampai merasa jika hal tersebut ingin dia tuliskan. Dan jadilah Fiersa Besari ‘hari ini’, seorang musisi yang juga kerap diidentikan dengan dunia literasi, lewat beberapa buku yang dilahirkannya.

Ditemui disela-sela syuting untuk program DCDC Musikkita, Fiersa mengatakan jika persinggungannya dengan dunia literasi sebenarnya sudah dimulai sejak dia duduk di bangku kuliah. Memilih jurusan sastra Inggris, nyatanya Fiersa menganggap dirinya murtad dari jurusan yang dipilihnya tersebut. “saya dulu ga pernah baca buku, kecuali buku yang menyangkut dengan sidang saya. Selain itu juga saya murtad dari jurusan sastra Inggris itu sendiri, karena nyatanya saya jadi jauh mencintai bahasa Indonesia”, ujar Fiersa berseloroh tentang ‘kemurtadannya' tersebut.

Fiersa Besari disela-sela syuting program DCDC MusikKita

Kecintaan Fiersa dengan bahasa Indonesia, diakui olehnya masih berhubungan dengan apa yang dia dapat dari hasil pengembaraannya berkeliling ke banyak tempat di tanah air. Sejak saat itu dia jadi lebih serius menuliskan pemikirannya dalam bentuk kutipan-kutipan atau pun berupa tweet, ketika saat itu twitter menjadi primadona sosial media, sebelum instagram menginvasi si burung biru itu.

“saat itu banyak orang berlomba menuliskan twit terbaik darinya, hingga hal tersebut juga berimbas dengan kebiasaan saya menulis twit tentang cerita saya berkelana dan banyak hal yang saya pikirkan. Dari sana ternyata ada cukup banyak orang yang me-retweet cerita-cerita atau pemikiran-pemikiran yang saya tulis. Sejak itu saya rasa jadi gerbang awal orang-orang kenal saya, bukan hanya dari musiknya saja”.

Bicara tentang buku, nama Pramoedya Ananta Toer menjadi salah satu penulis yang kerap disebut Fiersa sebagai idolanya. Penasaran tentang hal tersebut, DCDC bertanya tentang sosok Pram di mata Fiersa dan pengaruhnya untuk karya si bung ini. “saya pengagum Pram? Siapa yang tidak? saya pikir harusnya semua orang mengagumi Pram. Penulis hebat di Indonesia ini ada begitu banyak, namun yang membuat Pram istimewa mungkin kalau kita lihat latarnya saat dia menulis tetralogi buru (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Rumah Kaca-red) contohnya. Dimana saat itu Pram menulis di pengasingan, dan bagaimana pada akhirnya cerita buku itu bisa dialih bahasakan ke banyak bahasa. Dengan proses menulis yang sulit, terus dibatasi ruang geraknya, namun bisa menghasilkan mahakarya, dan apa yang ditulisnya masih relevan hingga sekarang. Buat saya tidak banyak penulis yang bisa seperti itu. Menulis 20 30 tahun yang lalu, tapi hingga kini tulisannya masih relevan”.

Soal Bumi Manusia yang dibuat film? “waah saya takut diserang para penggemar si aktor utama di film itu”, ujar Fiersa seraya tertawa. “menurut saya, kita harus berhenti bilang ketika orang lain mengkritik suatu karya dan dibilang ga ngehargain karya anak bangsa. Menurut saya karya anak bangsa mana pun berhak dikritik dan dipuji. Dan lucunya fans-fans dede itu sempat membuat instagram saya hilang karena saya kritik”, tambahnya, yang lagi-lagi sambil tertawa.

Fiersa Besari & Kerabat Kerja

Lebih jauh perihal musik, buku, dan banyak hal menarik lainnya dari Fiersa Besari akan banyak diulas di program DCDC MusikKita, yang bisa disaksikan pada hari Sabtu, 13 Juli 2019 di GTV, pukul 23.00. Fiersa yang akan diiringi oleh Kerabat Kerja, juga akan tampil bersama Microsleep, salah satu band yang datang dari wadah DCDC Shout Out. Jadi jangan sampai kelewatan ya coklatfriends!

BACA JUGA - Dua Sisi Musikal Mantra Vutura dan Pola Kreasi Seru Dalam Karyanya

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner