Mooner: “Pengaruh Dari Masa Lalu Itu Cukup Besar, Dan Itu Terlihat Dari Musik Mooner”

Mooner: “Pengaruh Dari Masa Lalu Itu Cukup Besar, Dan Itu Terlihat Dari Musik Mooner”

Salah satu supergrup asal Bandung yang digawangi empat personil yang sudah populer dengan band sebelumnya, Mooner. Nama-nama besar di ranah musik indie seperti Rektivianto Yoewono (The Sigit/bass & produser Mooner), Absar Lebeh (The Slave/gitar), Marsheila Safira (Sarasvati/vokal), dan Pratama Kusuma (Sigmun/drum) sudah tidak asing lagi. Mereka baru saja merilis debut album pertamanya oleh Bhang Records bertajuk Tabiat. Musikalitas yang dihadirkan oleh Mooner, khususnya dalam album Tabiat ini, dapat dikatakan berbeda dengan band utama para personil Mooner.

 

Kenapa hadir sebagai proyek musik sampingan kalian?

Sebenarnya bukan memutuskan secara sepakat untuk membentuk band Mooner ini, tapi awal terbentuknya itu karena teman main skateboard dan nongkrong sehari-hari bareng personil Mooner sendiri. Jadi untuk proyek musik Mooner ini saya (Rekti) lebih menempatkan diri sebagai produser aja sih, nggak ada intervensi yang terlalu besar, beda dengan The Sigit. Kalau dengan The Sigit kan full keputusan arahan musiknya harus seperti apa dan lain sebagainya.

 

Apakah ini proyek sampingan ini adalah pegangan kalian selain band utama masing-masing personil ?

Jadi sebelum ada proyek Mooner ini Farri, Tama, punya band lain. Terus dulu juga sempat saya (Rekti), sama Fachry sempat main noise-noise-an. Jadi dari dulu itu memang seperti itu, analoginya jika misalkan The Sigit merilis album berupa lukisan jadi, proyek-proyek musik diluar band utama kayak Mooner salah satunya adalah berupa sketch. Kehadiran saya di Mooner ini juga sebagai pembelajaran kayak misalkan membuat lirik berbahasa Indonesia, menjadi sound engineering dan lain sebagainya. Hasil dari sketch ini pun nantinya menjadi input pada band utama kami lainnya. Jadi bagi saya (Rekti) proyek musik seperti Mooner ini bakal terjadi lagi kedepannya entah apa bentuknya. Contohnya The Sigit aja, beberapa personil The Sigit itu sudah tidak bisa sembarangan lagi dalam membuat musik dan memang harus dipikirin matang-matang banget untuk memantapkannya. Nah, kehadiran proyek sampingan inilah, adalah upaya bagi saya dan anak-anak lainnya untuk memantapkan band mereka termasuk saya dan bukan hal musik saja.

 

Proses kreatif apa aja sih yang ada di proyek Mooner ini?

Kalau di Mooner misalkan, Absar bikin sound gitarnya seperti ‘A’ terus kata saya kamu harus lalui yang lainnya dulu, dan proses penggarapan materinya juga mengalami lebih dari setahun karena seperti itu tadi banyak hal yang harus dilalui dan sebagainya.  Ya seperti yang dibilang barusan. Misalkan kayak Absar punya ide, ‘pak saya ada ide bikin suara gitar dan urutannya kayak gini’ terus kata saya mendingan bagian ini lebih didahului dibandingkan yang ini, terus langsung rekam aja dulu biar ngga lupa dan kebetulan kami sering pakai Studio Red. Jadi selama setahun itu kami memang prosesnya seperti itu, dan nggak terpatok sama tanggal rilis kapan, lebih santai sih kalau untuk projek Mooner ini sebenarnya. Untuk musikalitas sendiri, musik di Mooner itu murni dari Absar sendiri dan saya hanya membantu dia untuk menafsirkan apa yang diinginkannya, tapi jujur saya juga suka banget terlebih dengan sound 70’s hard rock seperti ini.

 

Apa alasan Mooner menulis lirik menggunakan bahasa Indonesia?

Karena melihat lagu yang dihasilkan sama Absar itu terbayang di kepala cocoknya menggunakan bahasa Indonesia. Saya (Rekti) kalau nulis lirik bahasa Indonesia sudah banyak tapi belum berhasil mengaplikasikannya ke dalam band sendiri, dan di proyek ini dicoba dulu dan itu pun masih dinyanyiin orang, kalau dinyanyiin sama saya sendiri sudah beda lagi. Ya buat kami belajar aja, bisa dibilang dalam kontek experiment juga.

 

Ke musikalitas lagi nih. Proyek Mooner ini kan bergenre Heavy Rock, lantas heavy rock seperti apa sih yang di album Tabiat ini ?

Kalau saya lihat musik Mooner agak mirip-mirip The Sigit. Mungkin karena Absar sering ikut sama The Sigit jadi influencenya juga perlahan masuk ke dia. Bedanya itu karena asal-usul Absar beda, maksudnya dia itu tumbuh masa kecilnya di Padang dan itu besar banget pengaruhnya sama pembawaan dia. Nggak cuma Absar doang, ini adalah salah satu contoh yang saya lihat di banyak orang tapi ngga bisa mendefinisikannya dengan konkret. Jadi musik yang dibikin sama Absarlah mencerminkan musik Mooner itu beda, antara Fachry dan saya riff gitar dibandingkan dengan yang Absar bikin itu jauh berbeda tapi arahnya sama kayak influence dan lain sebagainya.

 

Untuk keterlibatan Marshella Safira dalam Mooner, apakah ada alasan tertentu ?

Sebelum di Mooner Shella juga mengisi vokal di album Detourn The Sigit di lagu “Owl and Wolf”, jadi saya sudah lumayan hafal dengan karakter vokal Sheila seperti apa. Mungkin keterlibatan Shella dalam Mooner itu karena diskusi antara saya (Rekti), Absar, dan Tama yang dari awal kami itu nggak mau nyanyi. Dari diskusi itu kami latihan sama tiga cowok personil Mooner, dan mereka juga tetap merasa butuh untuk mengisi vokal. Terus langsung kepikiran sama Sheila, awalnya itu vokal dicoba sama Absar dan Tama tapi ketika dimasukin nada vokal sama Sheila langsung berubah 180 derajat beda dan kami langsung click dengan karakter vokal Sheila. Jadi sebelum masuk Sheila, pas sesi rekaman yang ngisi vokal Absar dan Tama terus ketika didengar hasilnya ngga jauh berbeda dengan band-band yang saat ini sudah ada. Proyek Mooner ini kami memang sengaja menghadirkan Shella juga salah satunya untuk menjadi pembeda dibandingkan band yang sudah ada tersebut.

View Comments (1)

Comments (1)

  • rubbytabuti
    rubbytabuti
    23 May 2017
    Ini juara!
You must be logged in to comment.
Load More

spinner