Merchandise Unik di Kala Pandemik

Merchandise Unik di Kala Pandemik

Dengan semangat ingin tampil beda, beberapa band merilis merchandise unik. Mereka seakan mengamini jika sebuah band baiknya selalu mempunyai cara untuk membuat gebrakan baru dalam perjalanan bermusiknya.

Diakui atau tidak musik kemudian menjadi sebuah produk, pun begitu dengan pelaku di dalamnya, termasuk band yang dengan segala pola kreasinya menciptakan brand image mereka masing-masing. Satu hal yang kemudian mereka aplikasikan dalam buah tangan atau merchandise yang mereka rilis (biasanya berbarengan dengan perilisan sebuah album atau single-red). Dengan semangat ingin tampil beda, beberapa musisi/band merilis merchandise unik, seperti misalnya The Rolling Stones yang membuat Papan Ski hingga grup musik Kiss yang membuat peti mati sebagai merchandise bandnya.

Tidak kalah seru, band-band dalam negeri (indie khususnya-red) juga mempunyai rilisan merchandise yang unik. Jika lazimnya beberapa band merilis kaus sebagai merchandise nya, beberapa band ini merilis sesuatu yang lebih unik. Mereka seakan mengamini jika sebuah band baiknya selalu mempunyai cara untuk membuat gebrakan baru dalam perjalanan bermusiknya. Logika sederhananya, sebagus apapun bandnya jika tidak diimbangi dengan kreativitas yang baik lewat caranya memperkenalkan karya, mungkin band itu tidak akan terlalu menjadi perbincangan juga pada akhirnya.

Dengan semangat ingin tampil beda, beberapa band merilis merchandise dengan pemilihan material unik, seperti Koil yang merilis komik, sebagai penawar rindu para penggemarnya, yang sudah lama menunggu karya Koil, mengingat band ini sudah 10 tahun tidak merilis album. Maka dari itu sebagai penawar dahaga para penggemarnya, Koil merilis komik berjudul “Dragonian” dan “Fallen Gods”, yang didasari dengan penokohan para personil Koil menjadi tokoh petarung dalam cerita komik tersebut.

Sejalan dengan Koil, yang punya semangat ingin tampil beda, Deadsquad pun menjadi band yang merilis merchandise unik berupa helm. Hal ini bukan tanpa alasan, mengingat beberapa personilnya adalah para pecinta kendaraan roda dua tersebut, terlebih sang gitaris Stevie Item, yang memang tergabung di komunitas motor, dan juga punya bisnis dalam dunia otomotif. Lalu, ada juga kolektif electro pop asal Bandung, HMGNC, dengan “Arabica HMGNC Blend” dan “Delusional Waveform by HMGNC” nya. uniknya lagi, hal itu didasari atas inisiasi seorang barista lokal bernama Bestari Ganie, yang meracik biji kopi edisi spesial dengan tema HMGNC.

Selain itu, ada juga grup musik asal Jogja Stickman yang merilis boxset dengan bonus permainan Ular Tangga. Hal ini jadi satu hal menarik, mengingat permainan Ular Tangga sendiri sudah mulai terlupakan dengan gelombang digital. Seakan ingin mengembalikan nilai-nilai esensial dalam sebuah permainan masa kecil, Ular Tangga menjadi pilihan pas sebagai pengenalan awal tentang filosofi hidup, dimana pola naik turun menjadi siklus yang tidak bisa terbantahkan.

Yang terakhir ada merchandise unik buatan kreator serampangan bernama Irhas Fii Ramadhan.  Awalnya Irhas adalah seorang kolektor mainan. Uniknya, bukan mainan mahal yang diminatinya. Pria dengan selera humor kreatif, eksplosif, dan dinamis ini justru suka bergelut dengan mainan-mainan bekas sebagai koleksinya, sejak beberapa tahun lalu. Hal ini didapat dengan aksi ‘gerilya’-nya ke tukang-tukang mainan di setiap pelataran SD yang pernah ia singgahi. Selain mengkoleksi, Irhas juga punya kemampuan ‘ajaib’ untuk membuat industri kreatif kecil-kecilan. Mainan-mainan itu ia customize hingga menjadi action figure.

Salah satu buah tangan unik karya Irhas, adalah purwarupa dari sosok Arian13, vokalis band hard-rock Seringai. Dengan ‘nakal’, sosok Arian ia jadikan parodi tersendiri lewat label yang dia beri nama Susah Waras edisi ‘Ganteng Ganteng Seringai’ (tentu saja ini merchandise bootleg alias tidak resmi). Irhas membuat purwarupa mainan action-figure ini dengan merangkai ulang mainan yang cat-nya sudah pudar, juga mainan yang lengan atau kakinya sudah patah atau hilang. Setelah selesai di-recycle ataupun sedikit di-custom, proses berlanjut ke tahap finishing. Cat pada figure ia tebalkan. Sisanya, tinggal packaging. Desainnya pun ia buat sendiri dengan berbekal software Adobe Photoshop. Mulai dari mencetak, memotong, mengelem, hingga juga pengemasan figure dengan mika, semua ia lakukan sendiri dengan manual.

BACA JUGA - Dari Olahraga Sampai Pernikahan, Semua Bisa Jadi Tema Dalam Musik

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner