Merangsek Masuk ke Dalam Skena

Merangsek Masuk ke Dalam Skena

Sumber foto : Gusti Hoerul Imam

Our Gigs is Our Responsibility! Begitu mungkin hal yang akhirnya tercetus semenjak 2022. Menjadi hal yang seru untuk kembali mendatangi kumpulan-kumpulan kolektif yang mulai bergeliat rutin melakukan aktivitasnya

Musik sudah lama menjadi sarana ekspresif saya dalam meluapkan berbagai hal. Baik itu kekesalan, hingga menemani berselebrasi merayakan kegagalan atau suatu pencapaian. Tak ada latar belakang sebagai anak band dalam perjalanan saya selama ini. Jika band-band zaman SMA dahulu termasuk didalamnya maka hanya itu catatan yang saya miliki, sisanya hanya menjadi penonton dan mencoba menemukan tempat yang bisa menampung keresahan saya seutuhnya.

Sukabumi merupakan wilayah yang luas, tapi jika itu mengerucut pada wilayah kota, luasnya ada di urutan ketiga terkecil di Jawa Barat setelah kota Cirebon dan kota Cimahi, yakni 48,33 km². Sebutlah Kota ini kota kecil, namun didalamnya menjamur banyak komunitas musik.

Latar belakang sebagai penyiar radio lokal pada 2013-2015 lalu membuat mudah jalan saya bersosialisasi. Persebaran komunitas musik disini sangat kentara yang membuat kesekian kalinya saya mencoba merangsek masuk ke dalam komunitas dan terlibat didalamnya, hanya untuk menemukan kesenangan saja.

Dari sekian gigs yang terselenggara disini, hampir mungkin semua selalu saya datangi untuk ikut menikmati pertunjukan. Namun, sudah lebih dari beberapa tahun belakangan saya menghabiskannya dengan skena kolektif metal, hardcore, serta punk.

Ketika saudara saya yang juga solois pop, Mentari Novel menanyakan hal yang menggelitik :"Kamu kok lebih aktif di musik seperti itu (metal, hardcore, punk) apa kamu ngerti?"

Saya menjawab sembari tersenyum dan menunjukan beberapa foto-foto sisi liar dan hangatnya sebuah gigs kolektif. Ya, saya memang kadang tak tahu akan semua lagu yang mereka nyanyikan, namun secara subjektif saya selalu menikmati setiap gigs/pertunjukan musik metal, hardcore, punk dengan ikut terlibat sebagai penyelenggara, seraya mengisi arena pogo pada moshpit yang tersedia.

Berjibaku, bertabrakan, saling tindih hingga terkulai lemas karena suplai minuman yang tak henti-hentinya disodorkan. Semua itu saya terima dengan simpul senyum. Namun tak hanya itu, semenjak membangun media bernama hardcut dan masuk ke lingkaran pertemanan Crowded (brand clothing line), saya semakin rajin ikut menggagas sebuah gigs kolektif bersama ketiga teman saya di Crowded yakni Dudun, Jack, dan Ari.

Mereka memberi saya sebuah jalan untuk bersenang-senang dengan mulai membuat Crowded Showcase Vol.2 pada Februari 2022 lalu, hingga yang terbaru Crowded x MKLC pada 21 Juli 2022 kemarin. Untuk gigs terakhir yang saya sebutkan di atas, merupakan sebuah gigs yang terselenggara dengan kepuasan tersendiri.

Untuk musik segmented atau bahkan bisa dibilang eksklusif seperti ini (metal, hardcore, punk) sangat jarang mendapat fasilitas sarana prasarana untuk pelaksanaannya. Maka momentum itu kami (Crowded) dan segenap band, serta partisipan yang terlibat berusaha menunjukan bentuk pertanggungjawaban bersenang-senang dalam sebuah gigs dengan kampanye yang kami bawa ke permukaan: “Jaga Diri, Jaga Teman, Jaga Venue atau yang lebih luasnya dengan tagline #SukabumiRamahGigs.

Isu sampah yang selalu jadi limbah selepas gigs berhasil diminimalisir, perempuan mendapatkan akses yang cukup nyaman, dan semua kehangatan tegur sapa serta tawa mereka menjadi hal yang tak terbayarkan. Baru saya sadari, bahwa tak semua acara musik menawarkan ‘kehangatan’ seperti itu.

Gigs yang terselenggara pada kalender hari kerja itu ternyata membuat parkiran meleber ke sisi jalan depan Rumah Mesra (venue acara saat itu). Diluar ekspektasi, banyak wajah asing terlihat berlalu lalang disekitar venue. Mungkin kalau ada yang mencatat, kita hanya mencetak 100 tiket, namun ada yang bilang secara hitungan kasar ada kurang lebih 200 orang yang berkumpul di Rumah Mesra saat itu. Gila sih, hari kerja, acara ticketing, dan full house.

Setiap jeda antar band kami bersihkan setiap puntung rokok, sampah kertas dan plastik yang berserakan. Waktu pertunjukan yang terus kami pantau agar selesai sebelum jam 9 malam, serta kami cek setiap sudut venue, khawatir apabila ada kerusakan. Namun sampah adalah fokus utama saya. Tak risau untuk memunguti apapun yang tergeletak dilantai. saya akui, kami (penyelenggara, band, penonton) solid.

Ada beberapa orang teman saya yang baru pertama kali datang ke gigs dan membuat statement seperti ini :

"Saya gak kenal sama sekali sama mereka, bahkan namanya aja gak tau, tapi enak ya bisa ngobrol, saling rangkul, saling dorong, saling tindih, terus ketawa-ketawa kayak yang kenal udah lama. First gigs yang asik sih ini" ungkap Bagja, seorang barista yang baru pertama kali datang dan mendengarkan musik hardcore secara langsung.

Our Gigs is Our Responsibility! Begitu mungkin hal yang akhirnya tercetus semenjak 2022. Menjadi hal yang seru untuk kembali mendatangi kumpulan-kumpulan kolektif yang mulai bergeliat rutin melakukan aktivitasnya. Kota Sukabumi adalah salah satunya, tak hanya melakukannya karena kesenangan saja, tapi ini juga bentuk pergerakan mereka dalam musik, kesenian, dan komunitas yang banyak itu untuk selalu meneruskan warisannya dari generasi ke generasi. Jika selama ini terkesan eksklusif, sepertinya hal itu akan melebur dengan sendirinya lewat ketertarikan orang yang tak pernah kita sangka, dari mulai ingin tahu, menonton, bahkan mungkin lain hari mereka justru ikut terlibat membuat/menggagas acara. Siapapun berhak menilai dan menikmati.

Dibalik isu susahnya mencari tempat pertunjukan, beberapa faktor sangat mempengaruhi alasan kenapa sebegitu susahnya kota ini 'bikin pertunjukan'. Ya, harus diakui beberapa dari kita mungkin belum sampai hati menemui titik rasa memiliki. Namun karena kesenangan yang dicari, saya rasa bukan hal yang sulit untuk terus-terusan menggagas sebuah gigs yang bisa dinikmati siapapun, sebagai ajang berkumpul dan mencari teman dengan bertanggungjawab.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner