Menyalakan Semangat Berkarya Sampai Mancanegara lewat Wacken Metal Battle Indonesia

Menyalakan Semangat Berkarya Sampai Mancanegara lewat Wacken Metal Battle Indonesia

Ajang Wacken Metal Battle Indonesia, yang melibatkan 322 band dari 72 kota di seluruh Indonesia ini, adalah kesempatan bagi band-band tanah air untuk berjejaring, dan mendapatkan kesempatan memunculkan nama bandnya dalam skala besar.

Sehari sebelum final Wacken Metal Battle Indonesia digelar, tepatnya pada tanggal 28 Juni 2018, 10 band finalis WMBI 2018 melakukan sesi interview dengan para juri, yang terdiri dari Dadan Ketu, Sammack, dan John Resborn, melalui sambungan skype. Selain itu sesi interview juga dilengkapi dengan kehadiran dari steering committee, yang terdiri dari Man Jasad, Kimung, dan Eben Burgerkill. Hal ini menjadi menarik, mengingat dengan sesi interview ini, para juri bisa menilai visi misi 10 finalis tersebut, lengkap dengan hal menarik yang akan mereka tawarkan seandainya lolos mewakili Indonesia di ajang Wacken Open Air di Jerman. Menariknya dalam sesi interview ini, 10 finalis mempresentasikan bandnya dalam bahasa Inggris. Satu hal yang menjadi penilaian juga oleh para juri, mengingat dengan presentasi yang baik, sebuah band bisa dinilai punya kualitas yang tidak sembarangan, selain tentunya dari musiknya itu sendiri 

Selesai dengan sesi interview dengan 10 finalis WMBI, acara diteruskan dengan sharing session yang melibatkan para juri, steering commite, dan dari pihak Djarum, yang diwakili oleh pak Sigit, dengan Addy Gembel sebagai moderatornya. Perbincangan menarik mulai menghangatkan ruangan di hotel Grand Tropic Jakarta, ketika Kimung mulai menceritakan proses temuannya akan komunitas musik extreme di tanah air, hingga akhirnya bisa sejajar dengan komunitas musik metal dunia.

Menurutnya, selama lebih kurang 30 tahun pergerakan ranah musik independen, khususnya extreme musik seperti metal, tumbuh dari spirit kolektifisme. Namun baru sekitar tahun 2008 kesadaran kolektif itu mulai mendapati satu hal yang siginifikan, dan membawa kolektif ini melebarkan sayapnya ke luar negeri. Seperti misalnya dengan apa yang dilakukan oleh band Noxa atau pun band Keras Kepala yang bisa menapaki panggung-panggung luar negeri. Namun gaungnya masih kurang terasa, dan kurang bisa menjadi trigger bagi band-band lainnya di tanah air. Sampai akhirnya ketika terjadi tragedi AACC, yang berbuntut banyaknya pelarangan acara-acara musik, khususnya extreme musik, membuat komunitas musik bawah tanah Bandung mencari cara agar komunitas ini tetap hidup, mengingat komunitas yang makin membesar, dengan persentasi sebesar 1,4 persen populasi di Bandung, atau sebanyak 40.000 orang.

Fakta tersebut bahkan dikuatkan dengan apa yang Man Jasad temukan, ketika dia tergabung dengan komunitas Bandung Deathmetal Syndicate, yang mencatat ada ratusan bahkan ribuan band death metal di Bandung. Jumlah ini makin bertambah dengan banyaknya acara-acara musik bawah tanah, dari mulai skala kecil seperti studio show, sampai beberapa festival-festival musik dengan skala besar. Namun ada satu hal yang membuat hal ini menjadi stagnan, ketika beberapa festival-festival musik ini sering memunculkan nama-nama yang sama, yang kemudian merajai kultur festival di tanah air.

Hal tersebut pada akhirnya membuat satu kesimpulan jika band-band yang katakanlah merajai festival-festival di tanah air, sudah waktunya untuk melebarkan sayapnya dengan skala yang lebih luas, di luar negeri. Dan kesadaran untuk melakukan penetrasi kolektif main di luar negeri, bisa terealisasi pada tahun 2015 lewat Bandung Blasting, ketika Burgerkill dan Jasad melakukan tur mereka di tanah Eropa. Hal ini menjadi trigger awal kolektif musik tanah air untuk berpenetrasi ke luar negeri. Selain itu, hal tersebut juga dilatar belakangi oleh kesadaran akan regenerasi dari komunitas musik itu sendiri.

Tentang hal tersebut, manajer dari Burgerkill, Dadan Ketu, sedikit membagi penglamannya tentang Bandung Blasting ini, dimana untuk tur yang diadakan selama lima hari tersebut, membutuhkan persiapan selama 6 bulan, dari mulai segala macam birokrasi yang berbelit, hingga akhirnya pemerintah kota (dalam hal ini kota Bandung), mau mendukung program ini, sebagai upaya mengenalkan band-band Indonesia di kancah internasional.   

Selain Dadan Ketu, ada juga Man Jasad, yang berbagi pengalamannya ketika menjadi juri bagi 29 negara, di fetival Wacken Open Air. Menurutnya, salah satu yang menjadi poin penilaian juri di ajang tersebut adalah dari cara band-band tersebut memunculkan karakter negaranya masing-masing. Seberapa jauh mereka bisa berbicara tentang negaranya, dan mempresentasikannya lewat musik yang mereka bawakan. Hal yang diamini oleh para personil Beside, yang menjadi juara tahun lalu, mewakili Indonesia di ajang Wacken Open Air di Jerman. Diwakili oleh Bebi, drumer band ini, ajang Wacken jadi satu hal yang baik, terutama jika berbicara tentang link yang bisa didapatkan ketika mereka manggung di festival ini, dimana saat itu Beside bisa dapat kesempatan berada di VIP Backstage, dan berkenalan dengan orang-orang berpengaruh di dunia musik metal dunia.

Hal yang diamini pula oleh Kimung ketika dalam pandangannya ajang semacam Wacken ini punya poin yang paling penting, dimana gelaran yang melibatkan 322 band dari 72 kota di seluruh Indonesia ini, adalah kesempatan bagi band-band tanah air untuk berjejaring. Sehingga kembali lagi ke pernyataannya di awal tadi, ketika dia berujar jika pergerakan ranah musik independen, khususnya extreme musik seperti metal bisa tumbuh bergeliat adalah dari spirit kolektifisme yang dibangun, sampai akhirnya komunitas ini menjadi sebesar sekarang. Karena jika kolektif itu terbangun dengan baik, bukan tidak mungkin band-band metal tanah air bisa berbicara lebih di luar negeri, dengan banyaknya band-band potensial yang sudah layak disandingkan dengan band-band mancanegara. Hal tersebut bahkan diakui oleh band Death Metal dunia Napalm Death, ketika mereka manggung di Indonesia, dan mendapati komunitas metal yang besar disini. Sehingga mereka berpikir jika komunitas musik extreme di Indonesia potensial, dan hal tersebut perlu diberitakan pada dunia, agar mata dunia tertuju ke Indonesia.

BACA JUGA - Kaluman Mempertaruhkan Wajah Musik Cadas Bandung Dalam Final WMBI 2018

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner