Menolak Biasa Saja, Para Musisi Ini Lahirkan Instrumen Musik ‘Unik’

Menolak Biasa Saja, Para Musisi Ini Lahirkan Instrumen Musik ‘Unik’

Instrumen musik perannya begitu signifikan untuk membantu para musisi melahirkan karya. Uniknya, masing-masing instrumen musik tersebut dibuat sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan si empunya alat

Tidak berlebihan rasanya jika menganalogikan instrumen musik/gear bagi musisi sebagai perpanjangan nafas mereka, mengingat perannya yang begitu signifikan untuk membantu para musisi melahirkan karya. Uniknya, masing-masing instrumen musik tersebut dibuat sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan si empunya alat. Dari mulai dengan settingan rock, pop, atau bahkan di luar pakem-pakem musik popular, seperti misalnya world music, traditional music, atau bahkan mungkin musik eksperimental seperti yang dibuat Wukir dari Senyawa misalnya, kala musisi satu ini melahirkan alat musik bernama Bambu Wukir.

Hal tersebut menjadi trigger menarik bagi kami, redaksi DCDC untuk mengulas, mewawancara, dan menuliskan serba serbi tentang instrumen/gear musisi. Satu hal yang kemudian kami kerucutkan pembahasannya lewat rubrik bernama Ultimate Gear. Kira-kira ada instrumen/gear apa saja sepanjang tahun 2021 ini? Beberaapa diantaranya yang paling menarik kami tuliskan di artikel ini.

Yang pertama ada Handpan. Salah satu personil dari grup band Balaruna, Harry ‘koi’ menjadi musisi yang kami pilih untuk diwawancara tentang alat musik Handpan ini. Menurut penuturan Koi alat musik ini pertama kali ditemukan dan dikembangkan di Switzerland. Alat ini dibuat untuk menggabungkan alat musik perkusi logam yang ada di beberapa kebudayaan menjadi satu. Pada akhirnya suara alat musik ini mirip dengan suara beberapa alat musik perkusi dari logam. Misalkan ketika orang Indonesia pertama kali mendengar alat musik ini mungkin akan langsung mengenali seperti suara gamelan, gong, dan lain-lain.

Handpan sendiri memiliki bentuk bulat yang memiliki dua lapisan dan kemudian direkatkan menjadi satu, lebih spesifiknya seperti piring terbang UFO, atau mirip seperti dua wajan yang direkatkan dengan posisi saling menutupi. Namun yang membedakan alat musik ini ada pada bagian atas yang terdapat lekukan-lekukan yang berfungsi untuk memainkan nada yang telah diciptakan oleh si pembuatnya. Selain itu, terdapat juga tonjolan yang berfungsi sebagai ‘gong’ dan juga memiliki nada. Sedangkan dibagian bawah terdapat bulatan bolong yang berfungsi sebagai rongga resonansi dari suara yang dihasilkan oleh nada yang dimainkan dibagian atas. Handpan sendiri ketika dimainkan menghasilkan suara yang tenang dan lebih lembut seperti ada frekuensi yang masuk menenangkan hati

Selain Handpan ada juga alat musik bernama Guiharpulele yang dikembangan oleh seniman asal Bali bernama I Wayan Tuges. Guiharpulele ini sebenarnya adalah perpanduan antara beberapa alat musik, diantaranya gitar, harpa, ukulele, kalimba dan washboard (perkusi). Berawal dari sebuah pesanan dari sebuah band indie asal Toronto, Kanada bernama Walk off The Earth, lebih tepatnya pada tahun 2017, ketika mereka meminta kepada Blueberry Gitar (Kantor I Wayan Tuges) untuk dibuatkan alat musik dengan lima instrumen sekaligus. Setelah menerima tawaran itu, akhirnya Tuges mulai mengerjakan dari segi desain tentang bagaimana penempatan yang pas untuk setiap instrumen. Setelah dirasa cocok, kemudian ia konsultasikan kepada pihak Walk off The Earth dan mendapat respon positif, sehingga Tuges langsung mengaplikasikan desainnya pada meja produksi.

Handpan, Guiharpulele, hingga yang sempat dibahas di awa paragraf tentang Bambu Wukir. Wukir Suryadi, sang pencipta alat musik ini merupakan sosok seniman yang semula aktif di berbagai komunitas teater, seperti di Teater Idiot (Malang), Teater Ragil (Solo), Bengkel Teater dan Teater Tetas di Jakarta. Di dalam dunia teater, Ia lebih menyukai peranan sebagai penata musik dan menyusun ilustrasi bunyi untuk pementasan. Setelah berkecimpung selama beberapa waktu dengan berbagai bunyi-bunyian yang memberi efek dramatis, ia terdorong membuat instrumen bunyi yang khas, dan lahirlah Bambu Wukir. Instrumen ini berupa sebilah bambu sepanjang sekitar 120 centimeter dan berdiamater 10 centimeter, di mana Wukir menggunakan jenis bambu hitam. Pemanfaatan bahan alam ini menjadikannya mirip alat musik tradisional sasando dan celempung. Dari bambu tersebut, ia menyerutnya hingga terbentuk delapan dawai dari kulit bambu untuk melengkapi 11 senar string utama. Bagian tengahnya dilengkapi lubang resonator. Cara memainkan Bambu Wukir dapat dipetik dan digesek. Jika digesek dengan bow (alat gesek), maka bunyi yang muncul terdengar mirip biola. Tapi jika sedang dipetik, alat musik ini bukan hanya bisa menjelma menjadi instrumen tradisional macam siter dan kecapi, melainkan juga menyerupai gitar listrik.

Pada tahun 2010, Wukir dan Rully Shabara memantapkan diri untuk membetuk sebuah unit duo eksperimental bernama Senyawa. Berbeda dari band-band atau grup musik pada umumnya, Senyawa lebih tertarik untuk menciptakan karya-karya berisi bebunyian yang terinspirasi dari mana saja, mulai dari suara yang berada di lingkungan sekitar, suara alam, hingga suara dari benda-benda apapun. Tentunya, Bambu Wukir berperan penting dalam memfasilitasi ide-ide ‘gila’ tentang suara-suara ajaib yang ingin ditampilkan oleh Senyawa. Bukan hanya dari dalam negeri, pendengar dari mancanegara pun turut tertarik akan grup ini, bahkan sampai mendapat undangan tampil di Melbourne Jazz Festival pada tahun 2011 silam. Bergelut di industri musik selama kurang lebih 11 tahun, Senyawa tercatat sudah melanglang buana ke berbagai negara.

Secara penampilan, Wukir dengan bambo ciptaannya mampu menghasilkan bebunyian yang terdengar ‘bising’. Namun bagi para penikmat seni kontemporer musik yang dihasilkan dari Bambu Wukir adalah sesuatu mahakarya dan memiliki nilai seni yang tinggi. Kini Wukir bisa dibilang sudah menjadi seorang maestro berkat alat-alat musik yang sudah pernah dibuatnya, termasuk Bambu Wukir yang kini sudah dikenal secara luas.

BACA JUGA - Mengintip Senjata Andalan Fajar Satritama Dalam Setiap Penampilannya

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner