Menjelang Tahun Politik, Musik Makin Menarik ?

Menjelang Tahun Politik, Musik Makin Menarik ?

Foto Dipetik dari Kompas.com

Di sisi lain ada juga sikap musisi yang menolak untuk terlibat dalam segala bentuk dunia politik yang terafiliasi pada kekuasaan termasuk dalam hal ini menolak tawaran terlibat dalam panggung-panggung kampanye politik

Halo para pembaca setia DCDC, selamat datang di bulan Juni 2023. Semoga di bulan ini kita semua masih diberi kewarasan dan kesehatan yang prima. Di bulan ini juga sudah mulai terasa hawa di dunia politik Indonesia mulai berhembus hangat. Beberapa partai politik sudah mulai mempromosikan jagoan yang mereka usung sebagai calon presiden maupun calon anggota legislatif. Aneka jargon manis mulai ditebar di berbagai platform sosial media dan baligo besar di jalan-jalan kota hingga pelosok desa. Pemandangan foto wajah-wajah popular maupun tidak popular dengan ekspresi serupa mulai sesak menghiasi keseharian kita. Dari yang tersenyum, mengepalkan tangan, mengacungkan jempol hingga nyaris tanpa ekspresi sama sekali.

Seperti yang sudah pernah terjadi, suhu politik akan terus memanas menjelang hari pemilihan terjadi. Masyarakat terbelah menjadi beberapa kubu membela jagoannya masing-masing. Perseteruan di ranah dunia maya bakal marak dengan aksi-aksi buzzer menebar kampanye-kampanye negatif pada pasangan lawannya. Kondisi terburuknya tentu kita masuk dalam kondisi konflik horizontal melibatkan kelompok masyarakat yang berbeda dukungan pasangan calon.

Lalu bagaimana dengan dunia musik di kondisi seperti ini? yang pasti ketika suhu politik meningkat segala bentuk pengumpulan massa akan dibatasi. Yang artinya segala bentuk festival musik terutama dimasa kampanye akan dibatasi ijinnya. Pesta demokrasi dengan aura ketegangan. Layaknya sebuah pesta seharusnya memberikan kebahagiaan dan keceriaan pada orang-orang. Bukan menebar kecemasan, ketegangan dan ketakutan. Bagi sebagian musisi oportunis masa kampanye tentu bakal membawa banyak berkah dengan hadirnya panggung-panggung kampanye tiap masing-masing calon. Karena pada akhirnya panggung-panggung kampanye lebih menitik beratkan pada mobilisasi massa dengan cara menggelar hiburan musik.

Muatan kampanye yang seharusnya menjadi menu utama menjadi hal yang tidak penting lagi. Siapa yang mau hadir ke sebuah acara yang hanya menyuguhkan pidato-pidato politik dengan bunga-bunga janji? mayoritas orang di sini hanya butuh hiburan gratis, nonton artis pujaan dan kadang dapat uang saku gratis sebagai bonus. Bagi musisi yang tampil tentu harus siap dengan segala resiko yang terjadi. Biasanya akan terbentuk opini di masyarakat bahwa musisi tersebut identik dengan dukungan pada calon pasangan yang mengundang di acara kampanye.

Di sisi lain ada juga sikap musisi yang menolak untuk terlibat dalam segala bentuk dunia politik yang terafiliasi pada kekuasaan termasuk dalam hal ini menolak tawaran terlibat dalam panggung-panggung kampanye politik. Mereka memilih untuk bersikap netral dan tidak mau tersudut dalam satu kubu politik manapun. Justru pada momen situasi sosial politik mulai memanas membuat banyak hal yang terjadi dapat dijadikan inspirasi dan amunisi dalam berkarya.

Tahun politik akan menjadi menarik ketika ada sebagian musisi yang mampu hadir melawan arus informasi tentang politik. Menyuguhkan tema dan topik di luar keriuhan politik tentu bisa menarik orang untuk lari dari kejenuhan berita seputar kampanye dan dinamika suhu sosial yang memanas. Musisi yang hadir dengan tema kritik dan tawaran jalan alternatif selain mewakilkan harapan pada kotak suara. Vince Neil vokalis Motley Crue pernah berujar “ketika negara depresi, musik akan semakin menarik”. Semoga saja.

BACA JUGA - Nonton Konser: Kebutuhan atau Takut ‘Ketinggalan’?

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner