Mengusik Perayaan Hari Musik, Perlukah?

Mengusik Perayaan Hari Musik, Perlukah?

Menikmati hidup dengan musik. Satu hal yang kemudian diamini oleh Friedrich Nietzsche kala dirinya berujar “tanpa musik, hidup adalah sebuah kesalahan”.

“Sik sik musik saya suka musik, engkau suka musik, seluruh dunia suka musik. Gara gara musik, tambah kawan dan saudara”

Lirik lagu di atas pernah begitu terkenal pada era 90an, ketika Saskia, Geofanny, dan Titiek Puspa berkolaborasi melantunkan lagu berjudul “Aku Suka Musik”. Layaknya lagu anak-anak, lagu tersebut dibalut aransemen musik yang dinamis, ceria, serta notasi lagu yang riang gembira. Atau, mungkin salah satu dari kita masih ada yang mengingat film The Sound Of Music? Sebuah film yang bercerita tentang seorang calon pembantu bernama Maria, yang oleh biaranya dikirim ke rumah Kapten Georg Ritter Von Trapp untuk mengasuh ketujuh anaknya.

Meski pada awalnya ketujuh anak ini tidak begitu suka dengan Maria, namun akhirnya mereka menjadi menyukainya, lewat pendekatan yang Maria lakukan, yakni dengan musik. Karena film ini masuk kategori film musical, banyak lagu-lagu ciamik di dalamnya, dan salah satu lagu yang terkenal dalam film tersebut berjudul "Do-Re-Mi". Diciptakan jauh sebelum Budi Doremi membuat lagu dengan judul yang mirip seperti itu.

Baik Saskia, Geofanny, Titiek Puspa, bahkan Maria sang baby sitter sepakat jika musik merupakan alat mereka untuk menyampaikan pesan, yang dalam hal ini berisikan tentang menikmati hidup dengan musik. Satu hal yang kemudian diamini oleh Friedrich Nietzsche kala dirinya berujar “tanpa musik, hidup adalah sebuah kesalahan”. Hal itu juga sejalan dengan apa yang pernah dilontarkan alm Harry Roesli dalam sebuah wawancara, “Setiap orang pasti pernah menyanyi, minimal menyanyikan lagu kebangsaan negaranya sendiri, jika memang musik popular tidak begitu akrab di telinganya”.

Beberapa kutipan di atas menguatkan asumsi jika musik pada perannya menjadi satu hal yang tidak terpisahkan dari keseharian kita. Seberapa kerasnya kita menghindar dari musik layaknya keluarga Imelda Rivera yang melarang Miguel bermusik di film Coco, maka semakin dekat musik dengan kehidupannya. Atau jika saja ‘musik’ bisa bicara mungkin dia akan mengamini apa yang dilantunkan oleh Morrissey lewat lirik “The more you ignore me, The closer I get”. Sayangnya, musik sedang coba 'dijauhkan' beberapa tahun belakangan ini di tanah air. Dari mulai isu agama, hingga hal ini menjadi berita nasional lewat apa yang ramai menjadi perbincangan belakangan ini, perihal RUU Permusikan.

Seperti halnya sepak bola, musik yang tadinya dibuat untuk bersenang-senang, akhirnya harus ditunggangi kepentingan-kepentingan karena ada ‘tambang emas’ disana, dan orang-orang yang hanya bermodal passion tidak punya tempat dalam industri ini. Hadirnya Hari Musik Nasional pun agaknya jadi angin lalu saja, karena saya, kamu, kita, tidak tahu apa yang bisa dirayakan dari Hari Musik Nasional ini, jika hal mendasar tentang kebebasan berekspresi saja berpotensi akan dikebiri.

Padahal memahami musik itu harusnya bisa sederhana, ketika apa yang dilantunkan terasa relevan dengan apa yang dirasakan. Dari gita cinta anak SMA, sampai suguhan atmosfir kehancuran masal di era Kaliyuga, pada akhirnya musik jadi satu cara mudah untuk kita mengingat sebuah cerita. Mungkin salah satu dari kita pernah punya sebuah album musik yang disembunyikan, karena malu, ketika teman-teman sebaya mendengarkan band-band cadas, dengan diam-diam dan volume minimal, kita malah menikmati lantunan lagu-lagu dari boyband misalnya.

Ketika cerita itu kembali terangkat ke permukaan, salah satu yang melatarinya karena ingatan kita disuguhi lagu tersebut. Tidak menutup kemungkinan juga jika seorang vokalis band cadas yang kerap melontarkan lirik penuh kritik dan kemarahan, pernah sekali waktu mendekati pujaan hatinya dengan lagu One Direction misalnya. Dan ketika lagu itu diputar, senyum simpul dan bahkan tertawaan mewarnai ingatan itu semua. Saat itu mungkin musik sedang bekerja dan berusaha mencari kepingan ingatan yang kiranya sudah mulai terlupakan.

Hari Musik Nasional? Kalau pun harus ada pertanyaan tentang perayaan semacam apa yang bisa dirayakan saat Hari Musik Nasional? Mungkin jawabannya adalah perayaan tentang memoar manis yang pernah dilalui bersama musik yang saat itu sedang didengarkan. Entah itu pop, rock, metal, punk, folk, atau apapun lah. Ketika musik bisa terasa pas di telinga, maka pengembaraan berikutnya adalah menuju musik yang pas di hati. Bisa karena aransemen musiknya, bisa karena penulisan lirik lagunya, atau bisa karena cerita dibaliknya.

BACA JUGA - Lagu Cinta Dalam Katalog Musik Tanah Air

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner