Mengangkat Cerita Dari Nama Bulan

Mengangkat Cerita Dari Nama Bulan

DCDC mengajak kamu buat berandai-andai jika saja semua lagu-lagu yang mengangkat nama bulan dalam liriknya dijadikan satu keutuhan cerita. Seperti apa? Simak ceritanya berikut ini.

Jika ada pertanyaan tentang apa yang identik dengan bulan September, beberapa dari kita mungkin akan menjawab dengan sebuah lagu berjudul “September Ceria”, yang dinyanyikan oleh Vina Panduwinata. Atau kalau untuk angkatan yang lebih muda, akan menghubungkan bulan September dengan lagu dari Green Day berjudul “Wake Me Up When September Ends”. Kedua lagu tersebut menghadirkan satu hal yang kontra, baik itu dari segi musik atau pun liriknya. September versi mama Vina adalah bulan yang menyenangkan dan ada untuk dirayakan, sedangkan Setember versi Green Day adalah bulan yang ingin diakhiri, dan Billy (vokalis/gitaris) sang penulis lirik lagu ini minta dibangunkan jika September telah berakhir.

September jadi dimaknai beragam, tergantung si pendengar lebih terkoneksi dengan lagu yang mana. Tapi yang jelas, lagu-lagu yang mengangkat nama bulan sebagai tema utamanya menjadi menarik untuk ‘Diulik’ lebih jauh lagi. Dari mulai kisah cinta Glen Fredly yang berakhir di Januari, lalu gambaran kekacauan pesta pernikahan dalam video klip “November Rain” nya Guns N’ Roses, sampai band Efek Rumah Kaca yang setia menunggu hujan reda di bulan Desember. Semuanya membungkus kisah mereka dalam satu bulan tertentu, hingga hal itu tanpa disadari jadi satu hal yang identik, seperti halnya istilah ‘September Ceria’ itu tadi.

Peran sebuah lagu pada akhirnya memang membangun mood si pendengarnya, dan karena itulah secara naluri, manusia menyusun kumpulan lagu-lagu yang dia suka dalam sebuah playlist. Sempat popular dengan istilah mixtape pada era kaset masih berjaya, sampai akhirnya Spotify melakukan hal yang serupa dalam versi digital.

DCDC mengajak kamu buat berandai-andai jika saja semua lagu-lagu yang mengangkat nama bulan dalam liriknya tersebut dijadikan satu keutuhan cerita. Seperti apa? Simak ceritanya berikut ini.

Seorang pria tidak sengaja bertemu dengan seorang wanita dan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Sang pria ingat jika awal pertemuan itu terjadi pada tanggal 11 Januari. Maka mengalunlah lagu Gigi berjudul “11 Januari”. Namun sayang, kisah cinta keduanya tidak berlangsung lama, karena ternyata sang wanita menginginkan hubungannya berakhir, tepat pada akhir bulan Januari. Si pria galau bertemankan lagu Glen Fredly berjudul “Januari”, dengan lirik yang cukup merobek hati berbunyi “berakhir di Januari.....”

Berbulan-bulan sang pria ada dalam kegalauan sampai akhirnya pada bulan September dia menemukan pengganti kekasihnya. Kebahagiaan yang dia rasakan seakan sejalan dengan lagu dari Vina Panduwinata berjudul “September Ceria”.  Namun seakan nasib baik masih tidak mau berpihak, kejadian pada bulan Januari lalu harus kembali terulang. Kali ini si wanita memilih pilihan orang tuanya, dan meninggalkan si pria. Dua kali merasakan sakit hati yang sama, dia seolah menyimpan rasa sakit pada bulan September, dan memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa. Dia hanya mengasihani diri sendiri dengan berbaring dalam kamar, sampai ada orang yang membangunkannya dan mengatakan jika September telah berakhir, seperti halnya lagu Green Day yang berjudul “Wake Me Up When September Ends”.

Dua kali terjatuh dalam perasaan galau, si pria bahkan masih mengasihani diri sendiri saat hujan di bulan November, dengan iringan melodi gitar Slash di depan sebuah gereja dalam lagu “November Rain”. Entah sampai kapan dia terus mengasihani dirinya sendiri. Tapi yang jelas, hidup adalah tentang siklus, seperti halnya hujan yang suatu saat akan berhenti dan memunculkan pelangi setelahnya. Untuk hal ini band Efek Rumah Kaca mengamini itu lewat lagu berjudul “Desember”.  

BACA JUGA - Jika Para Musisi Bermain Bola, Posisi Apa yang Cocok Untuk Mereka?

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner