Membayangkan Gosip Underground Jadi Sebuah Tayangan TV

Membayangkan Gosip Underground Jadi Sebuah Tayangan TV

Rasanya dalam ranah arus utama atau arus pinggir, gosip menjadi satu hal yang biasa dilakukan. Dengan mengesampingkan aspek etis ga etis, rasanya setiap orang akan terdorong untuk menganalisa sesuatu yang dianggap janggal

Jangan dulu protes membaca judul di atas, namanya juga baru membayangkan alias berandai-andai, alias melamun. Bagaimana jika seandainya gosip-gosip ‘underground’ alias Gogon yang biasa kita dengar di tongkrongan dijadikan sebuah tayangan TV. Apakah memang beneran vokalis Koil, Otong disantet? kira-kira siapa orang dibaliknya? Apakah teman terdekatnya, mantan personil, mantan manajer, atau penggemar Koil yang mungkin pernah sakit hati oleh Otong? Kita tentu tidak tahu pasti, tapi seandainya itu dijadikan sebuah tayangan TV mungkin akan jadi menarik. Tentu kita lelah kan dengan semua tayangan reality show yang sebenarnya ngga reality reality amat itu?

Bicara tentang gosip sepertinya hal ini akan menjadi tema yang menarik untuk diangkat ke permukaan. Bahkan para peneliti dari University of California Riverside menganalisis percakapan terhadap 467 orang dengan menggunakan alat khusus yang disebut EAR alias Electronically Activated Recorder, sebuah alat portabel yang mengambil sampel suara dari lingkungan sekitar. Tiap responden diminta untuk menggunakan perangkat tersebut sepanjang hari selama periode pengujian. Hal ini membuat para peneliti bisa mendengarkan dan menganalisis isi percakapan sehari-hari para partisipan secara tersembunyi.

Hasil penelitian tersebut telah diterbitkan oleh M.L. Robbins dan A Karan di jurnal Social Psychology and Personality Science atau Sage Djournal, dengan judul "Who Gossips and How in Everyday Life?". Hasilnya, dari beberapa point, salah satunya menunjukan statisik jika rata-rata orang bergosip 52 menit per hari. Hal ini menjawab pertanyaan tentang kenapa acara-acara gosip di televisi begitu diminati. Namun apa jadinya jika yang menjadi bahan obrolan gosip tersebut adalah para musisi ‘indie’ tanah air?

Rasanya di ranah arus utama atau pun arus pinggir, bergosip menjadi satu hal yang biasa dilakukan. Dengan mengesampingkan aspek etis ga etis, rasanya setiap orang secara alamiahnya akan terdorong untuk menganalisa sesuatu. Namun sayangnya tidak semua temuan yang mereka dapatkan berdasar pada pemaparan logis dengan data yang valid. Ada juga yang menuturkan pendapatnya hanya berdasar pada cocoklogi yang dia reka. Namun disatu sisi mungkin disitulah letak hiburannya. Informasi (entah itu valid atau tidak) yang digabungkan dengan entertainment, dan voila! Jadilah infotainment. Coba bayangkan Feni Rose membacakan berita seperti ini...“apakah Sir Dandy beneran kaya raya dari musik atau hasil menggelapkan lukisan. Lalu apakah gelar Sir yang dia dapat benar-benar didapatkan dari keluarga kerajaan Inggris atau sebuah kepalsuan. Semua itu akan kami kupas setajam santet”.

Menghubungkan hal tersebut dengan kehidupan musisi pada masa pandemi ini, ada satu hal menarik yang kiranya bisa dibahas lebih jauh. Yakni tentang konten-konten berisikan para musisi yang berbicara tentang sisi lainnya di banyak wawancara di kanal Youtube. Dua nama yang mungkin banyak mengangkat sisi lain musisi dalam kontennya adalah Soleh Solihun dan Gofar Hilman. Mungkin bukan ide yang buruk andai kedua orang ini disatukan untuk membawakan sebuah acara gosip para musisi underground alias indie. Hal ini seakan berbanding lurus dengan pola industri musik hari ini yang justru menempatkan musik di nomor sekian, setelah sebelumnya membahas tentang sisi personal artis atau musisi.

Sebut saja nama musisi seperti Baskara alias Hindia yang bahkan dalam satu albumnya bercerita tentang kisah-kisah personal dirinya dalam bentuk lagu. Atau juga Kunto Aji yang diganjar banyak respon positif berkat album Mantra Mantra, yang banyak berkisah tentang isu kesehatan mental di dalamnya. Tidak lantas mereka menempatkan musik di posisi yang tidak penting, namun lepas dari urusan musik mereka membawa sesuatu yang personal ke permukaan. Wacana yang mereka angkat bukan lagi perkara carut marut politik atau hirarki pemerintah, namun satu hal yang mungkin jauh lebih kompleks tentang apa yang ada di dalam dirinya.

Pola seperti itu mungkin secara sadar atau tidak sadar digemari, dan itulah kenapa banyak acara televisi yang akhirnya ‘ngulik’ hal personal dari selebriti. Dengan segala kerendahan hati, mungkin tidak banyak orang-orang yang muncul di TV datang dengan bakat yang dia punya. Banyak diantara mereka yang kemudian mencuat berkat kontroversi atau cerita personal di hidupnya yang ternyata punya nilai jual. Banyak juga diantaranya yang berawal dari gosip. Kelanjutannya menjadi beneran terjadi atau memang hanya berujung gosip, intinya adalah bisa membuat namanya muncul ke permukaan. Bahkan hal ini bisa jadi bisnis pula ketika seorang selebritis yang dianggap punya pengaruh dibayar dengan harga tertentu untuk jadi pacar settingan atau suami/istri settingan. Di dunia hiburan mungkin saja hal tersebut terjadi.

Kembali ke musisi underground atau indie yang kemudian dijadikan bahan gosip di sebuah acara televisi. Sebenarnya agak menggelikan, namun hal tersebut rasanya jauh lebih baik dibanding kita yang harus menyaksikan pernikahan selebritis secara live di televisi. Mungkin menyaksikan pernikahan Man Jasad jauh lebih seru andai itu ditayangkan secara live di televisi. Atau menayangkan gosip tentang anak-anak ‘indies’ Bandung yang sebel dengan statement salah satu musisi indie di sebuah tayangan Youtube, bisa jadi hiburan tersendiri buat yang kita mempersetankan indie, mayor, popular, unpopular, senior, junior, atau hal lainnya yang oleh ‘mereka’ ‘disakralkan’. Terserah saja jika punya cukup banyak energi untuk dipakai untuk berdebat. Saya sebagai penonton cukup menikmati saja hehe. Jadi ada gosip apa di ranah 'indie' hari ini?

BACA JUGA - Lagu Perlawanan? Beneran Ingin Melawan Atau Cuma Pilihan Alternatif?

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner