Matinya Jurnalisme Musik. Disyukuri Atau Ditangisi? (Bagian Satu)

Matinya Jurnalisme Musik. Disyukuri Atau Ditangisi? (Bagian Satu)

Kurangnya penulis/wartawan musik yang bagus, band/musisi yang tidak menarik untuk diwawancara, lalu pembacanya pun tidak ada, jadi cukup alasan kenapa akhirnya jurnalisme musik seperti telah mati.

Frank Zappa, musisi asal Amerika yang telah melahirkan lebih dari 60 album sepanjang hidupnya pernah berujar jika jurnalisme musik adalah tentang orang-orang yang tidak bisa menulis, mewawancarai orang-orang yang tidak bisa berbicara, dan untuk orang-orang yang tidak bisa membaca. Satu hal yang kemudian berbanding lurus dengan matinya satu persatu majalah atau media musik di tanah air. Kurangnya penulis/wartawan musik yang bagus, band/musisi yang tidak menarik untuk diwawancara, lalu pembacanya pun tidak ada, jadi cukup alasan kenapa akhirnya jurnalisme musik seperti telah mati.

Isu tentang band .Feast tempo hari akhirnya menjadi yang diangkat ke permukaan, bukan karena band ini dinilai menarik atau karyanya yang bisa bicara lebih, tapi kemudian menjadi salah fokus pada pernyataan si frontman band ini. Dirasa punya nilai kontroversial, akhirnya tentang hal ini ditulis dan diangkat ke permukaan. Ini menjadi hal yang bisa dibilang lucu karena alih-alih menangkap hal esensial dari lagu ‘’Peradaban’’, banyak orang lebih tertarik dengan pernyataan di luar konteks lagu itu. Balik lagi ke pernyataan Frank Zappa tadi, apakah memang tidak ada orang yang bisa menulis cerita menarik tentang .Feast? atau kah memang band ini tidak menarik? atau justru tidak ada yang mau membaca konteks lagu tersebut? Dan malah lebih tertarik dengan yang di luar konteks lagu itu.

Namun jika mau diulik lebih jauh lagi, ada cukup banyak sebenarnya cerita menarik dari band/musisi yang bisa diangkat ke permukaan, seperti misalnya saja dengan slogan band Teenage Death Star (selanjutnya ditulis TDS), ‘’Skill Is Dead’’ yang muncul untuk melengkapi statement visual dari logo band ini.

Diakui oleh sang vokalis, Sir Dandy jika ‘’Skill Is Dead’’ pada dasarnya adalah sebuah slogan yang dia ciptakan sebagai pisau tajam untuk memutus mata rantai sebuah paradigma lama, yang menyebutkan kalau ingin bermusik, maka harus mempunyai skill yang mumpuni. Tentu saja paradigma itu tidak berlaku untuk dia dan personil TDS yang hanya ingin bersenang-senang lewat musik, tanpa harus memikirkan skill yang mereka miliki. Karena menurut mereka musik adalah sebuah ekspresi, bukan sebuah institusi yang banyak peraturan dan persyaratan bagai sebuah kompetisi, dan oleh karenanya hal tersebut membuat TDS lepas tanpa beban dalam berkarya, dan hal itu begitu tergambar saat mereka tengah melakukan pertunjukan.

Beberapa yang merasa terhubung dengan pernyataan Sir Dandy tersebut akhirnya memproklamirkan diri sebagai penggemar TDS, karena merasa ada yang menyuarakan tentang keinginan berekspresi, tanpa harus dibebani pakem-pakem tertentu dalam musik. Narasi ini jika diolah dengan baik bisa menjadi menarik tanpa harus salah fokus pada hal-hal di luar konteksnya. Maka tidak heran jika pada outputnya lahir juga slogan yang melengkapi pernyataan Sir Dandy tadi seperti ‘’Fuck Skill Let’s Rockin’’.

Terbukti ampuh karena TDS mampu melahirkan generasi baru yang satu frekuensi dengan mereka perihal kebebasan berekspresi dalam musik. Salah satu contohnya, band rock datang bulan, Muchos Libre. Bukan lantas band ini menjadi versi ‘KW’ dari TDS, tapi secara esensi mereka menyuguhkan spirit yang sama dengan TDS. Untuk hal tersebut mungkin pernyataan Frank Zappa bisa salah karena ternyata ada hal menarik tentang musik, lalu ada pula yang menganggapnya sebagai bacaan menarik, dan bahkan bisa melahirkan generasi baru, yang terpengaruh narasi tentang musik sebagai sesuatu yang bisa bicara lebih. Sialnya, narasi itu datang bukan dari wartawan/penulis musik, melainkan dari seniman serampangan bernama  Dandi Achmad Ramdhani atau biasa dikenal dengan nama Sir Dandy.

BACA JUGA - Lima Musisi Yang Juga Berprofesi Sebagai Jurnalis Musik (Bagian Pertama)

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner