Masa Pandemi, Multitasking Itu Harus!

Masa Pandemi, Multitasking Itu Harus!

Tanpa menyebutkan nama, rasanya ada banyak musisi/band yang secara musikal sebenarnya biasa saja, namun mereka mampu menjadi musisi-musisi yang multitasking dengan serangkaian ‘isu’ yang dihangatkan terus menerus

Dalam sebuah kesempatan wawancara, Hendra dari grup musik Rock N Roll Mafia menuturkan jika jadi musisi pada masa pandemi seperti sekarang ini harus bisa multitasking, karena selain bermusik mereka juga ‘dituntut’ untuk bisa membuat konten yang menarik dengan berbagai media. Beberapa diantaranya ada yang kemudian tampil ke permukaan dengan membuat kanal Youtube. Dari mulai tips and trick bermain musik sampai konten-konten menyerupai talk show mereka buat, guna mengisi kekosongan jadwal manggung kala pandemi seperti ini.

Menggaris bawahi tentang konten wawancara di kanal Youtube masing-masing musisi, dari mulai David Bayu dengan kanal Youtube nya yang bernama David BayuTube, lalu ada Buluk ‘Superglad’ dengan konten bernama Catatan Si Buluk, Eka Annash ‘The Brandals’, yang juga punya konten wawancara bernama Diskas! (Diskusi Bareng Eka Annash), hingga sang musisi legendaris Ari Lasso dengan kanal Youtube nya yang bernama Ari Lasso TV. Para musisi ini ternyata cukup piawai dalam menggali ‘isi’ si narasumber, hingga tersaji obrolan bergizi yang tidak hanya seputaran musik, tapi banyak hal lainnya yang menarik untuk diangkat ke permukaan.

Selain itu, hal menarik lainnya dari beberapa konten yang dibuat musisi, kita yang mungkin bagian dari penggemar mereka jadi tahu sisi lain musisi dengan semua kreativitasnya. Musisi Erix Soekamti bahkan lebih dulu menjadi seorang content creator lewat DOES (Diary Of Erix Soekamti) nya, bahkan kemudian berkembang pesat dan menjadi DOES University, yang memfasilitasi banyak ilustrator untuk membuat animasi dan pola-pola kreasi seru lainnya.

Diakui atau tidak baik pada era pandemi seperti saat ini atau pun sebelum dan sesudahnya, agaknya musisi memang perlu multitasking agar bisa tetap bertahan di industri musik. Musik dan musisi sebagai pelakunya kiranya akan selalu berkaitan erat dengan yang namanya eksistensi, dan salah satu caranya mereka harus selalu punya konten dan ‘isu’ untuk diangkat. Manajemen punya pengaruh kuat disini, karena sebagus apapun musisi/band jika tidak dinaungi orang-orang kreatif dibelakangnya rasanya mereka tidak akan kemana-mana. Mungkin sudah terlalu sering kita menemukan musisi/band bagus namun namanya tidak muncul ke permukaan. Salah satu faktornya mereka hanya berfokus pada kegiatan bermusik saja, tanpa membuat konten, mengangkat ‘isu’, atau pun lewat kolaborasi yang kemudian bisa menghasilkan sinergi menarik di permukaan.

Tengok beberapa band yang belakangan muncul ke permukaan. Tanpa menyebutkan nama, rasanya ada beberapa diantara mereka yang secara musikal sebenarnya biasa saja, namun dengan semua kejelian mereka menangkap ‘pasar’, mereka mampu menjadi musisi-musisi yang multitasking dengan serangkaian ‘isu’ yang dihangatkan terus menerus, bahkan bukan dalam hitungan tahun atau bulan, karena setiap minggunya mereka terus melempar ‘isu’ baru, dari mulai menggali isi lagu, gimik sosial medianya, hingga banyak hal lainnya yang mungkin secara musikal berada dalam kadar kurang dari 50 persen saja, karena selebihnya berisikan konten-konten di luar musik.

Kuliner misalnya. Beberapa musisi/band meluaskan pasarnya pada ranah ini, dari mulai Rocket Rockers dengan dimsum nya, Deadsquad yang akhirnya membuat burger, atau beberapa musisi yang kemudian menekuni dunia kuliner selain bermusik. Ada Andian Gorust dengan siomay nya, lalu ada drummer Alone At Last, Athink dengan Core Burger nya, bahkan jauh sebelum itu ada drummer Koil, Leon yang terkenal juga sebagai chef di salah satu tempat makan hits kota Bandung, Rumah Makan Legoh.

Tidak hanya berhenti disitu para musisi/band juga banyak yang kemudian merambah membuat tempat nongkrong, dari mulai Endah N Rhesa sampai Efek Rumah Kaca. Dengan Earhouse dan Kios Ojo Keos nya  mereka berinisiatif mendirikan ruang bagi penikmat karyanya, hingga menyediakan ruang untuk orang berkarya. Ruang-ruang tersebut membuat kita akhirnya jadi tahu sesuatu jika dihadapkan pada pertanyaan “apa yang identik dengan Earhouse?”, maka jawabannya adalah Endah N Rhesa. Kios Ojo Keos? Efek Rumah Kaca, dan seterusnya. Hal ini berkaitan erat dengan kesadaran mereka akan pentingnya ruang untuk berkarya, yang berbanding lurus jika ranah musik pun berhubungan erat dengan tempat-tempat keriaan, yang kemudian banyak membidani lahirnya scene indie di Indonesia.

BACA JUGA - Musisi dan Kolaborasi

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner