Lima Cara Agar Band Lo Di-Endorse Sebuah Produk

Lima Cara Agar Band Lo Di-Endorse Sebuah Produk

Kira-kira apa aja sih yang perlu diperhatikan biar band lo dilirik buat dijadikan brand ambassador sebuah produk? Simak daftarnya berikut ini.

Beberapa dari kita sepertinya sudah tidak asing dengan sebuah cara memasarkan produk dengan band sebagai media promosinya. Cara tersebut lazim kita dengar dengan istilah endorse. Sebuah band yang dinilai sudah punya ‘nama’ dan punya daya jual bagus, biasanya akan berbanding lurus dengan tawaran produk yang bersedia memenuhi kebutuhan si musisi/band tersebut, dari mulai produk pakaian hingga alat musik. Pola seperti ini bahkan sudah cukup familiar ketika era 2000 awal Rocket Rockers pernah begitu identik dengan brand luar negeri, Volcom. Selain itu, ada Seringai yang melekat dengan sepatu Vans, hingga Gebeg, drummer dari Taring yang mendapat sokongan alat musik dari Ludwig, ketika dirinya ditunjuk sebagai brand ambassador produk alat musik tersebut. Selebihnya? kamu bisa menyebutkan musisi terkenal lainnya, yang hampir bisa dipastikan di-endorse oleh produk-produk menarik, dari mulai pakaian hingga alat musik.

DCDC mencoba memberikan tips agar band lo mendapat sokongan produk seperti halnya musisi/band yang sudah punya nama. Kira-kira apa aja sih yang perlu diperhatikan biar band lo dilirik buat dijadikan brand ambassador produk tersebut? Simak daftarnya berikut ini.

Punya Konsep Kuat

Bayangkan jika semua band di tanah air semuanya mempunyai kesamaan musik dan isian lirik yang sama. Tentu bikin bosan kan? Lalu lo dengan band lo muncul ke permukaan dengan konsep yang kuat, dari mulai visual, kostum panggung, hingga warna musik, yang ditampilkan spesifik, hingga mengarah pada sesuatu yang khas, yang hanya dimiliki oleh band lo. Apakah dengan bergaya vintage a la White Shoes And The Couples Company, atau kebalikannya, bergaya futurisik a la Goodnight Electric. Trio elektronik ini pernah membuktikannya kala mereka manggung dengan stelan seragam olahraga bernuansa futuristik, sampai akhirnya produk sebesar Adidas mau menjadikan Goodnight Electric sebagai brand ambassador-nya, dan memenuhi kebutuhan panggung Goodnight Electric dalam setiap penampilannya.

Mengorganisir Barisan Penggemar

Dewasa ini, hampir semua band punya barisan penggemar yang diorganisir dengan baik. Salah satu buktinya adalah dengan memberikan nama bagi para penikmat karyanya, hingga akhirnya mereka bisa berkomunal dan membentuk pasarnya sendiri. Bukan tidak mungkin dari yang tadinya hanya disaksikan beberapa orang saja di panggung-panggung awal, bisa berbuah menjadi ratusan bahkan ribuan penggemar, ketika apa yang band itu sajikan senada dengan energi yang para penikmat karyanya ini miliki. Pola itu kemudian membentuk pasar, yang secara alamiahnya akan mendatangkan tawaran dari sebuah produk untuk beriklan melalui media band tersebut. Karena apa? Karena band tersebut sudah punya ‘pasar’, yang akhirnya menjadi ‘target’ produk tersebut.

Ciptakan Brand Image Sekeren Mungkin

Bukan tanpa alasan ketika akhirnya Seringai di-endorse oleh produk sekaliber Vans jika tidak ada hal keren yang dipunyai Seringai. Punya concern berlebih akan estetika visual pada bandnya, membuat Seringai menjadi band dengan brand image yang terbilang keren, dan sejalan dengan pasar anak muda, yang memang masanya ingin terlihat keren dan menonjol. Seringai menyediakan itu, mereka memfasilitasi banyak anak muda untuk tampil maksimal dengan penciptaan branding yang mereka buat. Bayangkan seperti ini : citra serigala yang urakan, jantan, dan berbahaya, lalu diaplikasikan ke dalam bentuk merchandise yang mereka buat. Bukan tidak mungkin jika hal tersebut mengundang produk lainnya, yang sudah punya nama besar, untuk menjadi vendor dari penciptaan branding yang mereka buat.

Selalu Punya Wacana Untuk Diangkat

Band dengan wacana yang menarik untuk diangkat bisa dibilang menjadi selangkah lebih maju, jika dibanding band yang hanya mengandalkan musiknya sebagai cara untuk ‘jualan’. Beberapa diantaranya ada yang responsif dengan merespon permasalahan sosial yang terjadi dengan output karyanya, lalu ada juga yang melempar wacana, hinggga hal tersebut ‘dimakan’ oleh para penikmat karyanya. Lalu bayangkan hal tersebut menjadi besar, dan bandnya menjadi sorotan. Balik lagi, pola seperti itu (yang mendatangkan banyak orang) akan selalu sejalan dengan ‘misi’ produk buat ‘jualan’ melalui media si band tersebut. Misalnya saja, band dengan wacana lingkungan, mungkin akan sejalan dengan produk-produk peralatan outdoor, dengan mengkampanyekan #ayokehutan misalnya. Dan jangan lupa, kopi, senja, dan gitar akustik untuk melengkapinya.

Punya Karya yang Nampol

Empat poin di atas tidak akan ada artinya jika band lo tidak punya karya yang ‘nampol’. Musik atau gubahan aransemen sekeren apapun, jika pada narasi karyanya tidak berbicara apapun, maka hasilnya tidak akan kemana-mana. Punya karya yang ‘nampol’ disini tidak cukup dengan hanya melekat di pendengaran saja, tapi jauh dari itu, mampu melekat di hati. Apalah artinya konsep visual yang memikat jika tidak dikuatkan dengan sebuah lagu yang mampu menggetarkan hati. Dengan karya yang baik, hal tersebut mampu sampai di banyak hati penggemar, hingga pada akhirnya, balik lagi, akan mendatangkan produk yang bersedia memenuhi kebutuhan si empunya karya, selama karya itu masih diminati.

Selain lima cara tersebut, tentu masih banyak lagi cara lainnya agar band lo bisa dilirik produk-produk dengan nama besar, yang pastinya bakal nyenengin banget kalo sampe ngendorse band lo. Punya pendapat lain? Tambahin di kolom komentar ya.

BACA JUGA - Cerita Dibalik Kaus Band

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner