Lebih Jauh Tentang White Chorus dan Album ‘Fastfood’

Lebih Jauh Tentang White Chorus dan Album ‘Fastfood’

Kepada DCDC Emir dan Friska berbagi kisah tentang proses pembuatan album Fastfood yang bermula karena kegemaran mereka pada makanan fast food

DCDC menobatkan White Chorus sebagai ‘The Next Big Thing’, mengingat apa yang mereka buat tidak hanya dalam konteks bagus (secara estetika musik) saja, tapi juga punya impact bagi pendengar. Adanya energi yang bersinergi antara Emir Mahendra dan Clara Friska terasa dalam setiap lagu yang mereka buat. Produksi olah suara yang baik, musik yang ciamik, dan album dengan produksi rekaman yang baik, sudah cukup jadi alasan jika mereka layak diperhitungkan.

White Chorus bisa menarik pendengaran dua generasi sekaligus, dari yang masih mengalami kisah romansa hingga yang pernah mengalami kisah itu. Untuk yang seumuran dengan Emir dan Clara mungkin mereka akan merasa terwakili dengan cerita yang ditulis White Chorus dalam lagunya. Untuk generasi lama, mereka akan merasakan romantisme masa remaja mereka lewat lagu yang White Chorus sajikan. Terlebih untuk album mereka yang berjudul Fastfood.

DCDC tertarik untuk mengulik lebih jauh tentang album tersebut bersama Emir dan Friska lewat interview secara daring, mengingat kondisi pandemi yang kurang memungkinkan bagi DCDC dengan White Chorus untuk interview secara langsung. Kepada DCDC Emir dan Friska berbagi kisah tentang proses pembuatan album Fastfood yang bermula karena kegemaran mereka pada makanan fast food. “Pertama kita suka banget makan fast food, kedua karena kepikiran aja jadi kita bikin karyanya tuh sangat cepat dan si bahasanya tuh yang sangat ringan, terus ya udah kita kepikiran aja buat kasih nama fast food, karena ketika ngedengerin lagu-lagu dari White Chorus itu kaya se-instan makan fast food. Jadi harapannya tuh lagu kita simple dan bisa jadi pilihan sama halnya kaya sesederhana kita milih fast food buat dimakan, jadi pendengar bisa langsung milih lagu yang simple kaya si White Chorus ini”, ujar Emir.  

Mereka juga menuturkan jika didalam album tersebut tema dari lagu-lagunya cukup beragam dan kebanyakan menceritakan tentang pengalaman mereka berdua, seperti di lagu “Telephone Call” yang menceritakan tentang pengalaman Friska. Lagu “Telephone Call” itu tuh nyeritain tentang pengalamannya Friska yang awalnya kita rundingin berdua, terus ya udah ga apa-apa, mumpung jadi konten”, ungkap Emir tentang pembuatan lagu tersebut.

Dalam proses kreatif di album ini, nampaknya ego bukan menjadi sebuah masalah besar bagi White Chorus. Karena satu frekuensi dan satu kesaman, mereka berdua tidak peduli lagi dengan ego masing-masing. Akan tetapi konflik kecil sering terjadi ketika proses kreatif itu, terutama ketika proses recording berlangsung. “Kalo lagi bikin lagu ga ada sih ya, aman banget. Untungnya tuh kita satu referensi, terus kesukaannya sama, jadi kaya kalo bikin karya langsung setuju aja ga mikirin ego lagi, malah yang banyak konflik tuh pas rekaman. Misalnya kalo mood Friska lagi ga bagus terus aku yang ngerekam tuh suka ada konflik kecil. Sempet juga waktu itu kita debat sampe harus nunda proses rekaman”, jelas Emir dan Friska.

Kembali membahas tentang nama album, mereka bercerita tentang bagaimana awal mula nama fast food tercipta. Dari nama fast food, nampaknya Emir dan Friska menganalogikan lagu-lagu di album tersebut seperti makanan cepat saji. “Lagu di track pertama itu judulnya “Lost Your Mind” kita sepakat lagu pertama itu kaya es krim. Jadi lagunya tuh tentang orang lagi banyak pikiran. Biasanya orang yang banyak pikiran tuh nenanginnya harus yang dingin kaya misalnya es krim. Terus di lagu “I Shouldn’t Bring My Heart Next Time” menceritakan tentang kekecewaan yang sangat pedih. Kalo dianalogikan tuh mungkin kaya makan seblak yang pedes dan kita nyesel karena makan seblaknya. Kalo tau pedes gini mending ga dimakan deh” ujar Friska seraya tertawa.

Dibanding dengan lagu yang pertama dirilis, lagu-lagu di album Fastfood dinilai lebih matang dan terkonsep dari segi musik dan visual. Menanggapi hal tersebut, mereka mulai bercerita tentang penggarapan album ini yang lebih terkonsep. “mungkin kalo sekarang tuh lebih dipikirin lagi, mulai dari bikin lagu sampe visualnya lebih terkonsep lagi”, ujar Friska.

“Sebenernya kalo masalah visual tuh ngekonsepnya di bantuin sama temen-temen dari talent management, jadi secara branding sederhana dan simple, tapi sebenernya prosesnya tuh ga sesimple itu”, jelas Emir menambahkan tentang proses pengonsepan pada album tersebut.

Membahas tentang musikalitas, mereka berdua mengakui dalam proses pembuatan musik mereka membutuhkan inspirasi dari orang lain agar lagu yang dibuat bisa lebih menarik. “Kalo kita tuh biasanya dari segi musik suka ngobrol sama temen karena suka banyak ide lain yang muncul buat ngembangin lagunya jadi lebih menarik terus kita juga jadi bisa minta saran juga”, ujar mereka.

Emir diketahui sebelum membentuk White Chorus tergabung dengan band Loner Lunar yang dari segi musik berbeda, di mana Loner lunar diketahui memiliki musikalitas yang lebih gloomy, sedangkan White Chorus itu lebih ‘ceria’. Menariknya, Emir bisa berada di dua sisi musikalitas yang berbeda. Tentang hal ini dia menuturkan jika awalnya dia memang suka dengan banyak genre musik. “Awalnya bikin White Chorus itu karena di Loner Lunar itu lebih serius dan musiknya juga cenderung lebih keras, terus karena pengen bikin yang lebih ringan dan colorful akhirnya terciptalah White Chorus. Jadi kalo lagi bikin lagu yang serius terus bosen bisa langsung bikin yang lebih ceria jadinya seimbang”, jelas Emir.

Berbeda dengan album sebelumnya, materi di album Fastfood dihasilkan dari pemikiran mereka berdua. “Awal-awal White Chorus jadi itu kalo kita bikin lagu biasanya materi dari Emir terus Friska tinggal take vocal. Nah kalo sekarang tuh sering ngerjain bareng. Jadi makanya beda sama materi yang awal karena yang sekarang Friska ikut terlibat”, ujar mereka.

­Sedikit intermeso, Emir dan Friska yang diketahui menjalin hubungan special ini diakui oleh mereka berkat White Chorus juga, di mana Emir dan Friska mulai berpacaran ketika White Chorus sudah terbentuk. “Kalo pacaran itu sebenernya pas si White Chorus udah terbentuk. Jadi kita bikin White Chorus dulu terus pacaran”, ucap mereka berdua. Satu hal yang rupanya berbuah manis kala chemistry keduanya bisa selaras, baik itu dalam hubungan personal maupun kala meramu musik bersama.

Berbicara tentang sinergi dan kolaborasi, mereka menjelaskan tentang keinginan mereka untuk berkolaborasi pada EP yang sedang mereka garap untuk dirilis tahun depan. Kebetulan kemarin kita baru jadi EP yang rencananya akan dirilis tahun depan, di dalam EP itu ada beberapa lagu yang pengen ada kolabolatornya. Penentuan kolabolatornya kita tentuin dari lagunya, jadi kita nentuin karakter dari lagunya terus kita cari kolabolator yang cocok untuk ngebawain lagu yang udah di pilih”, ujar mereka menutup obrolan dengan DCDC.

BACA JUGA - 'The Next Big Thing' : White Chorus

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner