Lebih Jauh Tentang Single Baru The Panturas, “Balada Semburan Naga”

Lebih Jauh Tentang Single Baru The Panturas, “Balada Semburan Naga”

Wawancara oleh Ganjar Pratama. Foto dan transkrip oleh Harrymau

"Balada Semburan Naga" tuh kaya kita membayangkan sang calon mertua tuh kaya naga gitu. Besar, terus  kaya ada urban legend nya gitu", ujar Kuya menjelaskan single baru bandnya, The Panturas

Berdiri sejak tahun 2015 lalu di Jatinangor, The Panturas mengaku mengusung konsep musik Rock Selancar Kontemporer. Digawangi oleh Kuya yang bermain drum, Abyan Zaki (vokal, gitar), Rizal Taufik (gitar), dan Bagus Patrias alias Gogon (bas). The Panturas adalah nama yang dipilih untuk mewakili jenis musik yang mereka mainkan. Terinspirasi dari nama band dedengkot rock selancar asal Amerika The Ventures namun diplesetkan oleh lidah lokal mereka menjadi The Panturas. Alasan lain tentu saja karena nama ‘pantura’ identik juga dengan nama kawasan pantai utara alias pantura.

Mengawali karir bermusik dengan merilis debut single pada tahun 2016 berjudul “Fisherman Slut”, tidak disangka bahwa ternyata musik rock selancar yang telah disangka punah di Indonesia ternyata menemukan geliat baru lewat single ini. Nama The Panturas mulai tercatat dalam berbagai media promo festival musik berbagai kelas. Melalui dukungan penuh para ABK (anak buah kapal), sebutan fans The Panturas, musik rock selancar kembali menemukan nyawanya dipeta musik Indonesia.

Pada tahun 2018 mereka memberanikan diri untuk merilis album perdana mereka yang diberi judul Mabuk Laut. Ibarat sudah kadung memproklamirkan diri sebagai band rock selancar kontemporer maka mereka perlahan mulai membangun citra tidak hanya lewat karya lagu saja. Seni visual yang mereka munculkan juga selalu berhubungan dengan laut dan kehidupan pantai, dengan kemasan gaya tahun tujuh puluhan, lengkap dengan unsur komedi yang satir.

Pada akhir tahun 2020, tepatnya pada bulan November disaat masa pandemic belum berakhir The Panturas justru hadir kembali dengan karya terbaru mereka, berupa single yang berjudul “Balada Semburan Naga”. Ditemui disela-sela acara DCDC Pengadilan Musik, The Panturas menuturkan beberapa fakta menarik tentang single terbarunya tersebut.

Balada Semburan Naga sebetulnya punya cerita yang sederhana. Mungkin bisa disebut drama juga kali ya. Cuma mungkin pendekatannya lebih ke komedi. Intinya sih kaya ngegambarin suasana kikuk di ruang tamu gitu lah. Istilahnya kaya tentang perbedan kelas diantara atau status sosial antara sang calon mertua dengan calon mantu, yang sebenernya belum tentu jadi atau engga”, ujar Kuyamembuka obrolan dengan DCDC.

Dia juga menambahkan jika dalam lagu “Balada Semburan Naga” dia seperti menangkap fenomena-fenomena atau bahkan cerita cerita temannya yang bingung saat bertemu dengan orang tua sang pacar, yang diakui atau tidak seperti mempunyai ekspektasi lebih dengan cowok yang mendekati anaknya. Jadi kaya harus gini lah harus gitu lah, sementara setiap orang kan punya background yang berbeda dan tujuannya juga beda beda”, ujar Kuya menambahkan.

Ketika ditanya tentang alasan pemilihan judul yang menggunakan analogi naga, sang vokalis Abyan alias Acin menuturkan jika penggunaan kata Balada di dalam judul tersebut merunut pada artian KBBI yang berarti sedih atau cerita pilu. Namun, dengan semua nyala kreasi yang The Panturas punya kisah sedih tersebut menjadi sesuatu yang lucu jika diceritakan lagi di kemudian hari. Mereka seakan mengamini kutipan yang berbunyi “Tragedi hari ini adalah tertawaan esok hari”. Entah benar atau tidak mereka mengamini itu, tapi yang jelas The Panturas terkadang menjadi cukup identik dengan sesuatu yang sifatnya komikal dan bercandaan.

Menariknya, kata Balada di lagu tersebut kemudian menemukan padanan yang cukup unik kala The Panturas juga menambahkan kata naga sebagai analogi yang menguatkan judul tersebut.

“The Panturas itu sering banget nyomot-nyomot atau bahkan menganalogikan sesuatu dengan binatang, kaya dengan hewan hewan laut atau banyak lagi lah hewan lainnya. Terus kalo ini semburan naga tuh kaya kita membayangkan sang calon mertua tuh kaya naga gitu. Besar, terus  kaya ada urban legend nya gitu. Misalkan mertua tuh gini-gini bla bla bla”, ujar Kuya. tapi sebenernya kalo sekarang kita di posisi orang yang minta restu, ya harusnya sih ngga boleh memandang beda kelas gitu, dan jangan langsung dinilai baik dan buruknya pas pertama kali ke rumah. Tapi kemudian ini jadi paradokas, karena kalau kita ada di posisi orang tua mungkin kita juga punya tumbuh perasaan-perasaan “urang ge boga standar dong budak urang tong nepika bobogohan jeng nu kie kitu tah” (gua juga punya standar dong. Anak gua jangan sampai pacaran sama yang begini begitu”, ujar Kuya menambahkan.

Lagu dengan penulisan deskriptif tersebut kemudian dikuatkan dengan olahan musiknya yang sedikit memasukan unsur oriental di dalamnya. Satu hal yang kemudian menjadi pembeda dengan lagu-lagu The Panturas lainnya yang identik dengan suasana laut. kita sebenernya ingin mengeksplor aja sih, eksplorasi musik yang belum pernah kita cobain gitu. Kalo misalkan  ngikutin The Paanturas sebelumnya di Mabuk Laut, itu ada tuh kaya kita memasukan nuansa Arabic. macem-macem lah ya. Ya surfrock pun kaya gaya Amerika gitu kan, nah yang sekarang kita cobain nih si surf rock tuh sebenernya bisa kemana aja sih. Nah pas kemarin dicobain ada unsur oriental nya ternyata masuk. Dan akhirnya jadi turunan juga ke divisi visual seperti artwork dan lain-lain, yang juga mengetengahkan unsur oriental di dalamnya” ujar Kuya.

Ketika ditanya tentang alasan The Panturas memilih Adipati dari The Kuda, mereka menuturkan jika sosok Adipati dianggap dapat menambah warna dari lagunya baru ini, ditambah pada single ini pula The Panturas melibatkan nama Lafa Pratomo, yang mahsyur sebagai produser album dan beberapa lagu Danilla Riyadi.

BACA JUGA - Catatan 13 Tahun Perjalanan Album ‘Time for a Change Time to Move On’, Pure Saturday

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner