Lebih Jauh Bicara Soal Musik Etnik Bersama Kapital

Lebih Jauh Bicara Soal Musik Etnik Bersama Kapital

“Jadi ada nama Kakek Gana yang merapalkan mantra dalam salah satu lagu Kapital, di mana sebelum mulai itu ritual dulu. Itu jadi pengalaman luar biasa bagi kami, yang mungkin tidak dialami oleh band metal di manapun”, ujar Akbar. 

Berawal dari album ke 4 mereka yang berjudul Teror Dari Belantara, band Kapital kemudian menjadi identik dengan unsur budaya (khususnya budaya dari Kalimantan Timur) yang mereka kolaborasikan dengan musiknya. Mengenai hal ini, ditemui disela-sela syuting DCDC MusikKita, sang vokalis, Akbar menuturkan jika hal tersebut menjadi sejalan dengan misi Kapital yang ingin menjadi tongkat estafet bagi banyak anak muda puluhan tahun ke depan.

“kita pengen ngenalin ke anak muda kalau ini lho ada musik-musik etnik Kalimantan timur yang bagus banget, dan kami rekam dan dimasukan ke album Kapital. Jadi harapan kami, direkamnya sekarang puluhan tahun kemudian banyak anak muda ngeuh dengan musik etnik dari Kalimantan ini. Hal ini kemudian disambut oleh salah satu majalah musik besar di Indonesia yang tertarik dan merilis album sebagai bonus majalah tersebut, dan launching di Jakarta. Menariknya, ketika menggelar pertunjukan disana kami bawa tuh musisi-musisi asli dayak ke Jakarta untuk tampil bersama kami. Dan ketidaksengajaan lagi ada band thrash metal dari Virginia, US, yang kebetulan manggung juga. Jadi ketika ada wartawan meliput, ternyata musik etniknya jadi lebih menonjol sampai ada istilah baru bernama ‘Metal Kalimantan’. Ketidaksengajaan itu kemudian melekat di band Kapital sampai sekarang”, ujar Akbar.  

Satu hal yang kemudian dikuatkan juga oleh sang gitaris, Arie Wardhana yang mengatakan jika banyak anak muda di Kalimantan yang akhirnya ingin belajar sampe, suling Kutai, dan alat tradisional Kalimantan lainnya. “ketika saya tanya kenapa ingin belajar, mereka menjawab karena mereka dengerin albumnya Kapital. Jadi gimana caranya kami kan mainin musik metal, yang sebenarnya kan bukan berasal dari Indonesia. Tapi kami coba mengimbanginya dengan musik etnik. Kaya, ini lho identitas kami, budaya kami, di tempat kami, jadi kami coba cari ramuan yang membuatnya blend supaya anak-anak yang suka metal juga seneng, dan anak-anak yang suka musik tradisional juga seneng pada akhirnya. Ini cukup berhasil, karena sekarang banyak yang kembali kenal dengan musik-musik etnik seperti yang kami kombinasikan dengan musik kami ini”, ujarnya.

“seandainya Kapital sudah ngga ada, seengganya ada rekam jejaknya. Pernah ada di suatu masa sebuah band yang membawa misi budaya ini kemana-mana”, ujar Akbar. Satu hal yang kemudian kembali ditimpali oleh Arie jika seandainya mereka hanya membawakan metal saja mungkin Kapital ngga akan lebih dikenal jika dibanding dengan band-band luar, di mana musik metal berasal. “ini usaha kami juga untuk mengenalkan Kapital secara lebih global”. Dan ketika ditanya apakah konsep ini akan mereka pakai terus Akbar dan Arie kompak menjawab jika sudah tiga album yang mereka rilis yang menorehkan pola kreasi musik etnik di dalamnya, dan bahkan di album terbarunya, Mantra torehan musik etnik itu semakin intens.

Hal menarik lainnya dari musik etnik ini menurut Arie adalah fakta bahwa setiap instrumen musik etnik hingga lantunan mantra ini merepresentasikan suatu keadaan yang akan dialami. “jadi misalnya ketika ingin perang dia beda, lagi bercocok tanam beda, lagi panen ada juga, jadi semua alunan musik etnik itu ada maknanya, dan hal itu menurut saya begitu cantik”, ujar Arie. Satu hal yang kemudian ditambahkan oleh Akbar jika ada satu bagian di lagu “Mantra” berupa potongan lirik pendek berupa mantra dari suku kutai adat lawas kedang ipil.

“Jadi ada nama Kakek Gana yang merapalkan mantra tersebut, di mana sebelum mulai itu ritual dulu, dan hal itu jadi pengalaman luar biasa bagi kami, yang mungkin tidak dialami oleh band metal di manapun mungkin. Jadi itu ritual minta izin ke alam gaib kalau mantra-mantranya, alat-alat musiknya dipakai di rekaman itu. Khawatirnya, kata kakek Gana itu orang-orang gaib itu ngerasa ini jadi mainan. Karena katanya mereka datang saat rekaman. Jadi mereka mengabarkan bahwa ini cuma kami pakai sebagai bentuk untuk membantu Kapital pas rekaman. Indonesia kaya banget bisa memiliki hal-hal seperti itu”, ujar Akbar.

BACA JUGA - Lewat Musik, Mathology Bercerita Tanpa Lirik

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner