Lagu Cinta Melankolis yang (Pernah) Berbahaya

Lagu Cinta Melankolis yang (Pernah) Berbahaya

Tak terasa sudah dua bulan kita jalani hari di tahun 2021. Tak terasa pula sudah setahun pandemi Covid-19 kita jalani di tengah segala ketidakpastian. Sudah menjadi kebiasaan bahwa setiap bulan Februari selalu identik dengan perayaan hari kasih sayang atau yang lebih dikenal dengan Valentine's Day. Biasanya, momentum perayaan kasih sayang dimanfaatkan musisi atau band untuk meluncurkan karya terbaru mereka. Tentu saja, kebanyakan yang temanya berhubungan dengan cinta dan kasih sayang.

Ada yang mencoba melihat cinta dan kasih sayang dalam sudut pandang yang global maupun yang memang spesifik pada hubungan antar dua individu. Tema spesifiknya beragam, dari yang mulai membahas rindu merindu, curhat diselingkuhi, pernyataan cinta gombal-gombalan, memuja pasangannya dengan ungkapan seolah manusia setengah dewa yang nyaris sempurna hingga urusan perselingkuhan dan dikhianati. Seluruhnya turut mewarnai lagu-lagu bertemakan cinta.

Sudah jadi pakem umum biasanya komposisi musik yang disuguhkan tentu sebuah komposisi musik yang lambat mendayu dengan teknik menyanyi yang dibuat seindah mungkin. Rumus liriknya pun disusun dengan kalimat hiperbola yang menggunakan diksi-diksi sastrawi. Ada bagian lirik dengan kalimat yang mudah diingat, sengaja diulang-ulang untuk membuka ruang bawah sadar bagi siapa saja yang mendengarnya.

Ada sebuah teori yang mengungkapkan bahwa musik pop dengan tempo lambat punya daya persuasif yang tinggi. Irama dan liriknya punya daya untuk menyelinap ke dalam alam bawah. Percaya atau tidak, kita pernah menyanyikan sambil bergumam sebuah lagu yang hanya selewat kita dengar, padahal kita tidak pernah menyatakan diri suka dengan lagu itu karena kita anggap lagunya tidak sesuai dengan selera kita, mungkin karena menganggap lagu dan liriknya terlalu ‘cengeng’.

Mungkin, karena punya daya persuasif tersebut lagu-lagu cinta yang dinilai cengeng pernah dianggap sebuah fenomena yang berbahaya bagi kestabilan negara. Bagi yang tumbuh besar di era tahun 1980 – 1990, tentu masih ingat betul dengan peristiwa pelarangan lagu-lagu cengeng untuk diputar di radio dan dilarang tayang di televisi. Berawal dari booming-nya lagu "Gelas-Gelas Kaca" yang dinyanyikan oleh Nia Daniati dan "Hati yang Luka" yang dinyanyikan oleh Betharia Sonata yang menyita banyak perhatian.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner