Konser

Konser "Awakening", Ketika Revenge The Fate dan Colony Mengukir Sejarah Bersama

Seluruh foto diambil oleh Addy Gembel.

Tanggal 2 Desember 2018 lalu adalah saat yang dinanti oleh Colony dan momen penting untuk Revenge The Fate. Lewat sebuah konser berkonsep intimate gigs, Revenge The Fate merayakan perayaan karya terbaru sekaligus mengukuhkan formasi mereka.

Bandung – Menuju penutupan tahun 2018, kota Bandung diberondong berbagai acara musik. Salah satu yang paling jadi incaran adalah acara yang diselenggarakan pada tanggal 2 Desember 2018, sebuah konser dari Revenge The Fate. Setelah merilis sebuah Extended Play berjudul Awakening pada 10 November 2018 lalu, Revenge The Fate merayakannya lewat gelaran konser tunggal di Spasial, Jalan Gudang Selatan Nomor 22, Bandung. Konser ini mengangkat tajuk sama dengan EP yang mereka rilis, “Awakening”.

Woro-woro soal konser ini sudah terdengar sejak bulan Oktober. Awalnya, konser ini direncanakan terselenggara pada tanggal 1 Desember 2018, di Gedung RRI, Jalan Diponegoro 61, Bandung. Pamflet digital sudah disebar, penjualan tiket juga sudah berjalan, tapi ternyata dua hari sebelum penyelenggaraan acara Revenge The Fate harus menerima keputusan dari pihak yang berwenang bahwa Gedung RRI tidak bisa dipakai untuk penyelenggaraan konser ini, terkait izin keramaian dan segala macam antisipasi kericuhan yang sebenarnya sudah dipikirkan sedemikian rupa oleh manajemen Revenge The Fate.

Harga tiket yang dibandrol dengan nominal yang lumayan tinggi, Rp.175.000,- (plus merchandise) adalah salah satu cara yang dipilih untuk melakukan “filterisasi” Colony (sebutan untuk penggemar Revenge The Fate). Maksudnya, penonton yang membeli tiket adalah penonton loyal yang memang benar-benar ingin menyaksikan konser Revenge The Fate, bukan sekadar ikut membuang keringat, maling barang-barang berharga, atau mungkin beberapa ada yang sekadar pindah mabuk dan membuat onar. Apalagi, Revenge The Fate memilih menyelenggarakan konser dalam gedung dengan konsep intimate gigs, di mana segala macam resiko pasti dihindari, seperti membatasi kuota penonton di kisaran angka 300 orang, sesuai kapasitas. Tapi, setidaknya Revenge The Fate tetap menyelenggarakan konsernya, meskipun harus mundur satu hari, dan Spasial tetap jadi tempat yang juga strategis untuk menyelenggarakan acara.

Konser “Awakening” bukan sekadar pesta perayaan sebuah rilisan. Ini adalah kali pertama Revenge The Fate menyelenggarakan konser tunggal, dan di momen ini juga mereka mengukuhkan formasi teranyar selepas ditinggal personilnya beberapa waktu yang lalu. Otomatis, ini menjadi penawaran yang sulit ditolak oleh kawanan Colony, gerombolan penggemar Revenge The Fate yang selalu memadati seberang panggung di manapun mereka tampil. Begitu pun di konser dengan konsep intimate gigs ini, Colony datang tidak hanya dari kota Bandung. Beberapa yang membawa dan mengibarkan bendera Colony menyertakan dari mana mereka berasal, misalnya saja Karawang, Sukabumi, Tangerang, Purwokerto hingga Kebumen.

Sebelum tampil live, gelaran ini dibuka dengan meet and greet dan press conference dari Revenge The Fate untuk Colony dan kawan-kawan media pada sekitar pukul tiga sore. Lima orang personil Revenge The Fate beserta seorang MC duduk di depan panggung, dilatari backdrop menghadap ke kawan-kawan Colony yang duduk manis di lantai gedung Spasial. Revenge The Fate membahas banyak hal, tentunya terkait EP Awakening dan sepak terjang mereka di dunia musik ekstrim Indonesia.


Anggi ketika membuka konser "Awakening" | Konser "Awakening", 2 Desember 2018

Pokok acaranya konser “Awakening” dimulai sekitar pukul 19.15 WIB, selepas jeda isya. Panggung yang lebih kurang berukuran 6x4 meter tanpa barikade sudah berdiri tegak di hadapan Colony yang sudah memanggil-manggil Revenge The Fate untuk segera memulai pertunjukan. Beberapa wajah familiar juga ditemui di gelaran ini, seperti Bebi (Beside), Oki (Jasad), Zalu dan Addy Gembel (Forgotten), Lord Butche (The Cruel), dan masih banyak lagi kawan sepermainan yang diundang untuk mendukung gelaran ini. Belum selesai pekak telinga karena teriakan para Colony, lima lelaki naik ke atas panggung dan membuka panggung dengan sebuah intro instrumental, kemudian dihajar dengan nomor “Continuous”, sebuah single yang dirilis pada bulan Mei lalu, selepas hengkangnya Chikal dari tubuh Revenge The Fate, termasuk dalam EP Awakening.

Awalnya, kami sempat khawatir dengan porsi volume yang disajikan, mengingat gedung yang tidak terlalu besar. Tapi, kekhawatiran itu langsung hilang karena nyatanya mereka menata sound dengan sangat baik. Musik deathcore yang bising itu tetap nyaman didengar, tidak membuat kita tuli sesaat. Ditambah lagi dengan tata lampu yang sangat mendukung, panggung berukuran sedang itu menjadi terlihat megah. Mochamad Andika, selaku manajer dari Revenge The Fate turun langsung menjadi sound desainer. Dan sebagai “bapaknya anak-anak” yang sudah paham betul setiap bagian lagu dari Revenge The Fate, ia mampu menyajikan tata lampu yang sesuai dengan tiap bagan lagu.


Revenge The Fate dan Colony | Konser "Awakening", 2 Desember 2018

Stage dive, moshing dan circle pit tidak bisa dielakkan sejak detik pertama. Lewat lagu berkecepatan tinggi dan permainan musik yang solid dan intens, keberingasan Colony tidak bisa ditahan. Setelah “Continuous”, tanpa jeda Revenge The Fate langsung memainkan lagu dari album Redemption, “Poseidon”. Antusiasme dan energi yang membuncah-buncah terlihat jelas, baik di atas panggung maupun di gerombolan penonton yang didominasi laki-laki.

Usai “Poseidon”, sang vokalis Anggi sempat berhenti sejenak dan memberi sapaan pendek pada Colony. Tidak sampai dua menit, Revenge The Fate langsung memulai lagu ketiga mereka, “Katarsis”, track pertama dalam EP Awakening. Di tiga lagu awal, Revenge The Fate masih terlihat agak kaku, karena terdengar beberapa miss dari personil. Tapi, itu tidak jadi perkara besar karena secara keseluruhan mereka mengatasinya dengan baik lewat instrumentasi yang rapat dan penuh energi. Setelahnya, mereka kembali membawakan lagu dari album pertama mereka, “Sad But True”.

Usai lagu ke-empat, repertoar Revenge The Fate disela sapaan yang diwakili Anggi kepada para Colony. Beberapa dari mereka saling unjuk bendera yang sudah dibekal jauh-jauh dari daerahnya masing-masing. Revenge The Fate berterima kasih atas kehadiran mereka, memberi suntikan semangat paling kencang bagi produktivitas Revenge The Fate. Setelah menyapa selama lebih kurang lima menit, Revenge The Fate memainkan lagu-lagu selanjutnya, berturut-turut “Frail”, “Darah Serigala”, “Illusion” dan “Pembalasan”.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner