Komunitas dan Dinamika

Komunitas dan Dinamika

Meminjam teori usang hasil pemikiran para ahli filsafat khususnya Aristoteles dan kawan kawannya menyatakan bahwa manusia itu disebutkan sebagai Zoon Politicon alias hewan yang bermasyarakat. Sebenarnya saya emosi karena saya dikatagorikan hewan.

Akan tetapi mungkin ada benarnya karena seringkali kita sebagai manusia yang hidup bermasyarakat bertikai dengan kelompok masyarakat lainnya, atau bahkan dengan sesama anggota masyarakat yang sama, tentu dengan masalah yang sangat beragam mulai dari batas wilayah kekuasaan sampai urusan ideologi bahkan urusan wanita.

Kekuatan komunitas telah terbukti bisa membawa perubahan, baik bagi sebuah negara atau bahkan bagi dunia. Contoh ada beberapa kasus runtuhnya sebuah negara atau rezim kekuasaan karena ada pergerakan dari sebuah komunitas, tahun 1966, tahun 1974, tahun 1998 adalah dimana komunitas Mahasiswa di Indonesia mewarnai peta perubahan.

Kondisi jaman sekarang tentu berbeda, komunitas banyak terlahir atas dasar persamaan hobi, persamaan dalam hal mendengarkan musik, masing-masing mengidentikan dirinya dengan hobi mereka. Komunitas underground tentu dengan latar belakang musik metal dan serba hitam dalam berpakaian, komunitas pecinta musik reggae dengan pakaian yang warna-warni merah kuning hijau, komunitas musik ska dengan pakaian ala rude boy.

Kekuatan komunitas penggemar aliran musik tertentu ini menjadi sebuah sumber kekuatan bagi musisi lokal. Eksistensi sebuah komunitas bagi sebuah band bukan lagi sebatas penggemar saja atau dengan kata lain grupies semata. Komunitas ini seringkali hidup dan berkembang menjadi sebuah kekuatan baru. Komunitas ini biasanya menggarap potensi dirinya sendiri sehingga mampu menghasilkan sebuah nilai ekonomis.

Kemandirian sebuah komunitas ditentukan pula oleh nilai-nilai kreatifitas, semangat kebersamaan dan semangat dalam berkarya. Contoh yang paling nyata dan sederhana adalah lahirnya distro yang bercorak dan bercirikan komunitas tertentu, kemudian melahirkan pula merchandise, bahkan terlahir desainer-desainer yang handal.

Perbedaan suku, budaya dan adat istiadat tidak lagi menjadi penghalang bagi lahirnya sebuah komunitas musik, hanya ada satu kata "kebersamaan". Tentu akan kebersamaan ini atas dasar adanya sebuah persamaan yaitu menyukai musik tertentu. Mereka mengidentikan diri dengan landasan kesukaannya terhadap aliran musik tertentu, bebas saja, metal, underground, hip-hop, reggae, rock n roll atau punk atau apapun.

Potensi ini sangat besar, namun sayang pemerintah dinilai lambat dalam membaca bahkan mendorong komunitas yang ada untuk membuat sinergi yang positif. Ada satir dikalangan anak-anak komunitas bahwa tanpa pemerintah pun kami bisa hidup dan mandiri. Tentu hal ini adalah sebuah pernyataan yang merupakan manifestasi apa yang mereka rasakan selama ini. Pemerintah ada dimana ketika mereka sedang kesusahan, namun ketika komunitas itu bangkit ke permukaan maka pemerintah datang menghampiri.

Meminjam sejarahnya komunitas underground, mereka jatuh bangun dalam membangun soliditas komunitasnya, hirup adalah udunan (hidup adalah patungan) benar terjadi dikalangan mereka, tidak pernah ada sponsor ketika awal mereka membuat event, bahkan sesekali dibubarkan aparat. Hal tersebut tadi bukan onak dan duri yang jadi hambatan mereka, stand up bersama dan bahkan lahirlah scene batu dalam industri global.

Masa suram komunitas underground telah terlewati, dan sekarang masa suram sedang menghantui komunitas Reggae, komunitas ini sedang disudutkan dengan persepsi publik dengan komunitas gimbal, penyembah kesesatan, ganja dan bahkan karena dikaitkan dengan komunitas motor tertentu maka identik pula dengan kerusuhan. Beberapa event reggae dibubarkan dengan alasan yang beragam, begitupun dengan ormas tertentu yang ikut membubarkan event mereka dengan alasan agama.

Komunitas anak muda adalah sebuah potensi besar dari sebuah bangsa, mereka mungkin tidak 
memerlukan fasilitas-fasilitas spesial, atau perlakuan khusus dari pemerintah, namun mereka perlu adanya sebuah pengakuan dari sebuah eksistensinya, forum dialog di era keterbukaan ini harus dibangun oleh para pemimpin, saling berbagi cerita bukan saling berbagi curiga. Fahami dan dekati mereka agar bisa memahami dan tidak menimbulkan salah persepsi. 


Salam Komunitas

Soni Bebek Sonjaya

Penggiat komunitas

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner