Keterikatan Band dan Penggemarnya

Keterikatan Band dan Penggemarnya

Lagu-lagu personal dengan isian lirik yang ditulis idolanya sanggup menjadi trigger penting bagi para penikmat karyanya. Hal ini kemudian berhubungan erat dengan persona atau image si musisi atau band tersebut

Jika dalam sepak bola, kehadiran supporter sering diasumsikan sebagai pemain ke 13, karena pengaruhnya yang cukup siginifikan. Kehadiran para supporter ini menjadi ‘bara api’ yang cukup ampuh dalam membakar semangat para pemain untuk tampil maksimal di lapangan hijau. Lantas, bagaimana dalam konteks musik, yang dalam hal ini musisi dan penggemarnya.

Seperti banyak dari kita tahu barisan penggemar cukup jadi indikasi penting akan ‘posisi’ si band, apakah sebuah band atau seorang musisi itu cukup diperhitungkan atau tidak. Dua nama besar

seperti Iwan Fals dan Slank tentu jadi bukti konkrit jika jumlah penggemar mereka menjadi indikasi kuat jika dua nama ini memang sangat besar di tanah air. Iwan Fals dengan komunitas penggemar bernama OI dan Slank dengan Slankers nya ini bahkan sering nampak terlihat di panggung-panggung yang tidak menyertakan dua nama ini sebagai pengisi acaranya. Misalnya saja lewat bendera-bendera berlogo Slank dan OI atau Iwan Fals.

Dari kacamata industri tentu barisan penggemar inilah yang jadi target ‘pasar’ mereka. Semakin besar barisan penggemar maka semakin besar pula keuntungan yang didapat industri yang melihat ini dalam konteks bisnis. Namun apa cuma berhenti disana saja? lalu bagaimana dengan band/musisinya itu sendiri dalam memandang barisan penggemarnya?

Bisa dibilang penggemar merupakan representasi dari seorang musisi atau sebuah band. Misalnya saja penggemar band rock, yang secara naturalnya akan mengikuti gaya idolanya. Bahkan lebih dari itu, mereka kemudian ‘mendalami’ karya si idolanya untuk kemudian dijadikan rujukan. Tidak jarang kita temui dalam beberapa wawancara para penggemar tersebut menyatakan hidupnya diselamatkan oleh karya dari idolanya. Lagu-lagu personal dengan isian lirik yang ditulis idolanya sanggup menjadi trigger penting bagi para penikmat karyanya. Hal ini kemudian berhubungan erat dengan persona atau image si musisi atau band tersebut.

Seringai –Serigala Militia

Seringai dan penggemarnya yang menamakan dirinya Sergiala Militia menjadi satu kesatuan yang berhubungan erat secara persona yang ditampilkan band ini. Bahkan jauh sebelum band ini berdiri frasa kalimat Seringai Serigala ini kerap kita temukan dalam banyak bacaan. Jadi, ketika akhirnya Arian menemukan ide membuat band bernama Seringai, frasa kalimat Seringai Serigala ini kembali terdengar, di mana kali ini konteks nya menjadi sebuah sebutan untuk nama penggemarnya. Uniknya lagi, para crew yang terlibat dalam panggung-panggung Seringai juga menamakan diri sebagai Serigala Jalanan.

Rosemary – W.A.R.S

Tidak bisa dipungkiri jika band Rosemary erat kaitannya dengan olahraga extreme skateboard. Saking eratnya, bahkan musik yang mereka mainkan pun dinamai dengan sebutan skatepunk. Seakan menebalkan image skatepunk itu sendiri, barisan penggemar Rosemary ini pun menamakan dirinya W.A.R.S alias We Are Rosemary Skatepunkers, atau menurut penuturan sang drummer, Denny Hsu alias Ahong W.A.R.S itu tadinya kependekan dari We Are Skatepunkers, karena merujuk pada latar belakang para personil band yang juga merupakan penggemar olahraga extreme, skateboard, khususnya Indra Gatot, yang cukup punya nama mentereng di scene skateboard tanah air.

Forgotten – Terlaknat

Forgotten erat kaitannya dengan lirik lirik kontroversional lewat sudut pandang skeptis nan sinis. Mereka banyak menghujamkan barisan lirik yang mengkritik bahkan mengutuk. Hal tersebut sejalan pula dengan nama penggemar mereka yang bernama Terlaknat. Tentu ini menjadi paradoks menarik yang berdasar pada gaya satir yang kerap ditulis Forgotten dalam lagu-lagunya. Seakan mengamini gaya menulis lagu idolanya, barisan penggemar ini pun cukup nyaman menamakan diri mereka dengan sebutan Terlaknat.

Burgerkill – Begundal

Hal senada juga terjadi di band Burgerkill kala barisan penggemar mereka menamakan dirinya dengan sebutan Begundal. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Begundal berarti kaki tangan penjahat/sesuatu yang berkonotasi negatif. Namun tentu hal ini merupakan satir yang menarik untuk diangkat. Musik metal dengan semua persona dan citranya yang hitam-hitam tersebut menjadi gambaran seru perihal ‘sisi lain’ dari kehidupan. Bahwa nyatanya yang nampak hitam tidak benar-benar berarti hitam, dan yang putih tidak benar-benar berarti putih. Frasa kata Begundal ini pun menangkap itu sebagai sebuah kekuatan yang sejalan dengan semangat perlawanan dari Burgekill dan mungkin banyak band metal di dunia. Mereka seakan mempertanyakan tentang siapa sebenarnya penjahat itu? Apakah mereka yang penuh tato dan berpakaian hitam-hitam? Atau orang-orang berbaju rapi dan berdasi yang banyak membuat kebijakan yang merugikan banyak orang?

Dari empat nama di atas, tentu masih banyak band-band dan barisan penggemarnya yang punya keterikatan cukup kuat, baik itu secara hubungan personal atau pun yang berdasar pada hal-hal esensial yang dibuat si idolanya. Coklatfriends punya rekomendasi lain? Tulis di kolom komentar ya.

BACA JUGA - Lima Nama Band Lokal yang Ternyata Singkatan

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner