Kearifan Lokal, Duta Wisata, dan Konsistensi Momonon Dalam Bermusik

Kearifan Lokal, Duta Wisata, dan Konsistensi Momonon Dalam Bermusik

Beberapa kali memasukan unsur kelokalan, lewat penciptaan branding dan penulisan lagu berbahasa daerah, menjadikan Momonon didaulat sebagai duta wisata di Banten.

Berdiri sejak tahun 2004 lalu, band asal Rangkasbitung, Momonon mengaku jika selain musik reggae yang identik dengan Jamaican music nya tersebut, mereka terjemahkan lewat cara mereka sendiri, dengan, salah satunya mengangkat budaya lokal, dan hal-hal yang erat kaitannya dengan kearifan lokal di daerahnya (dalam hal ini Banten). Hal tersebut sejalan dengan penciptaan branding dari Momonon sendiri, dimana pada logonya mereka menyertakan peta Banten, sebagai identitas dari band ini, yang diterjemahkan secara visual.

Kearifan lokal yang cukup erat kaitannya dengan Momonon ini sendiri, sebenarnya dapat ditelusuri dari nama bandnya tersebut, dimana menurut sang vokalis, Azizi Resna, atau akrab disapa Gojil, nama Momonon diambil dari istilah orang tua zaman dahulu yang menggambarkan Momonon sebagai hantu kecil yang biasa menakut-nakuti anak-anak, dan biasanya datang ketika matahari terbenam. Ada banyak ragam versi sebenarnya, namun ringkasnya hal tersebut merupakan sebuah urban legend, yang lepas dari benar atau tidaknya, hal tersebut diturunkan dari generasi ke generasi.

Beberapa kali memasukan unsur kelokalan, lewat penciptaan branding dan penulisan lagu berbahasa daerah, menjadikan Momonon didaulat sebagai duta wisata di Banten. Satu hal yang kemudian berbanding lurus, dengan cara mereka melahirkan karya, dimana didalamnya terdapat pula lagu-lagu berisikan ajakan untuk berwisata di Banten, dengan semua potensi wisata disana.

Dalam perjalanannya, Momonon sempat mengalami vakum selama empat tahun, hingga kemudian mereka mengobati kerinduan penikmat karyanya dengan merilis album ketiganya yang berjudul Sama-Sama, setelah sebelumnya mereka melahirkan album Si Aceng (2011), dan disusul album keduanya Menggapai Mimpi (2014). Diakui oleh mereka jika lewat musik reggae yang dianutnya, serta ditambah sentuhan musik tradisional khas Rangkas Bitung, Momonon Band ingin berkembang dan mengenalkan pentingnya persaudaraan, lewat lirik dan anggunnya kesenian tradisional.

Band yang beranggotakan, Gojil (vokal), Reo (gitar), Resha (gitar), Tamim (bas), Iki (drum),Kodir (perkusi) menegaskan jika semua proses pengerjaan album ketiga ini dilakukan secara bersama-sama. "Karena kita melakukan proses album ini secara ber "Sama-Sama", mulai dari aransemen sampe lirik kita menuangkan nya secara bersama. selain itu sewaktu pembuatan lagu kita juga difasilitasi tempat di Pulau Gili Trawangan yang diberi nama Homestay Sama-Sama," ungkap sang vokalis, Gojil.

Lebih jauh tentang perjalanan musik dan banyak hal menarik lainnya dari Momonon akan banyak diulas di program DCDC MusikKita, yang bisa disaksikan pada hari Sabtu, 24 Agustus 2019 di GTV, pukul 23.00. Menariknya, Momonon juga akan tampil bersama salah satu band yang datang dari wadah DCDC Shout Out bernama Grisness Culture, yang tentunya sayang jika dilewatkan ya coklatfriends!

BACA JUGA - Menyimak Jamaican Musik Rasa Jepang A La Grisness Culture

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner