Kalé dan Sajian Eksperimentalnya yang Otentik!
Sumber Foto : Diambil dari rilisan pers Kale
Memang sudah menjadi sebuah ‘keharusan’ bagi DCDC, untuk memberikan ruang apresiasi bagi band yang memiliki potensi semacam Kalé. Terlebih karya-karya yang Kalé ciptakan punya warna dan ciri khas yang otentik
Pertumbuhan ekosistem belantika musik Indonesia memang selalu menampilkan potensi yang menarik untuk didengarkan. Ada banyak rilisan anyar yang lalu-lalang berseliweran di udara maupun darat, tentunya semua rilisan itu muncul dengan warna uniknya masing-masing. Salah satu band yang saat ini cukup mencuri atensi adalah Kalé, yang tampil dengan sajian eksperimentalnya dapat menjadi sebuah alternatif mendengarkan musik. Selain itu, apa yang mereka ramu dalam karya-karyanya tak lepas dari pantauan DCDC. Oleh karena itu, di tulisan ini DCDC akan membahas lebih dalam tentang segala pola kreasi Kalé dalam rubrik Rocka Rockie!
Kalé sendiri merupakan trio Rock Eksperimental asal Kota Kembang, yang kini dihuni oleh Kakang (lead gitar/vokal), Adit (bass) dan Reki (rhythm gitar). Sedari awal munculnya di tahun 2017, Kalé telah menelurkan selusin single dan baru saja melepaskan debut EP yang diberi tajuk Mistake. Bila membahas tentang komposisi musiknya, Kalé nampaknya lebih berfokus pada bebunyian setiap instrumen yang dikendalikan oleh para personilnya, dan dari segi lirik, Kalé lebih memilih untuk menulis lirik yang singkat namun sarat akan makna.
Single “Sermon” menjadi karya mereka yang paling sering didengarkan di platform musik digital. Secara musikalitas, dalam lagu ini Kalé mengedepankan unsur ambience yang sangat terasa, yang diimplementasikan lewat bebunyian fx di setiap instrument, serta riff gitar yang catchy menjadi sajian utama yang semakin menonjolkan isian lagu. Vokal dari Kakang juga dalam lagu ini pun turut menebalkan suasana lagu, yaitu dengan menambahkan fx ‘mengawang’ dan lirik “I know am not alone” yang dinyanyikan berulang-ulang.
Lalu membahas soal debut EP Mistake, Kalé nampaknya semakin menjadi-jadi dalam urusan eksperimental. Lima nomor lagu disematkan dalam mini album ini, dengan bebunyian yang menciptakan sebuah ambience yang tidak biasa. Mungkin mini album ini dapat direpresentasikan sebagai karya Post-Rock yang ‘gagah’ dari Kalé, di mana banyak eksplorasi suara yang berani mereka munculkan dan tidak memicu rasa bosan ketika mendengarkan EP ini. Single “Welver” menjadi lagu yang kiranya punya daya pikat yang tinggi. Mulai dari ramuan riff gitar yang langsung nge-hook sedari intro, pola gebukan drum yang variatif, bassline yang padat, serta tempo lagu yang tidak terlalu terburu-buru, menjadi satu komposisi yang ciamik.
Memang sudah menjadi sebuah ‘keharusan’ bagi DCDC, untuk memberikan ruang apresiasi bagi band yang memiliki potensi semacam Kalé. Terlebih karya-karya yang Kalé ciptakan punya warna dan ciri khas yang otentik. Selain itu, pola kreasi yang kemudian mereka kemas dengan nada ‘eksperimental’, tentunya menjadi sebuah alternatif ketika pembaca ingin mendengarkan musik yang mengedepankan ambience dalam komposisinya.
Comments (0)