Joni! Sebuah Nama, Sebuah Cerita

Joni! Sebuah Nama, Sebuah Cerita

 Sumber foto : https://www.lovelifesolved.com

Nama Joni jadi sesuatu yang identik, dan terpilih diantara ribuan nama lainnya, sampai akhirnya muncul ke permukaan lewat berbagai media, dari film sampai musik.

The Founder, sebuah film yang berkisah tentang lika-liku restoran cepat saji McDonald, punya satu adegan menarik pada lima belas menit menuju durasi akhir filmnya, ketika Ray Kroc, nama karakter utama dalam film itu menyebutkan alasan dia ingin memiliki restoran McDonald. Selain karena konsep makanan cepat saji yang saat itu terbilang visioner, ada satu hal cukup krusial yang akhirnya membuat Ray Kroc tertarik “mencuri” restoran tersebut dari tangan dua bersaudara Mac dan Dick McDonald, yakni karena nama McDonald itu sendiri. Menurut Ray, nama McDonald terdengar menarik sebagai merk dagang. Karena itulah dia lebih memilih untuk mengambil hak cipta nama McDonald, dibanding dengan membuat restoran sejenis dengan konsep yang serupa dengan McDonald, tapi dengan nama baru seperti Kroc Burger misalnya, yang menurutnya tidak menarik.

Menghubungkan cerita film tersebut dengan sebuah nama, yang cukup banyak dijadikan inspirasi dalam sebuah lagu. Joni! (dengan tanda seru). Nama itu cukup banyak disebutkan dalam sebuah lagu. Bahkan tidak hanya lagu saja, ada sebuah band, yang secara gamblang menjadikannya sebuah nama, Inspirational Joni. Selain itu, kita tidak akan kesulitan mencari nama Joni dalam sebuah lagu. Dari mulai NTRL, yang ketika itu masih menyandang nama Netral pun memiliki lagu berjudul “Joni Playboy”. Sampai sebuah band asal Jogja, Melancolic Bitch, dengan album masterpiece mereka yang berjudul Balada Joni & Susi. Sebuah album konseptual di mana penuturan tentang kisah cinta Joni dan Susi dikemas jadi satir menarik, menggambarkan tentang isu sosial, dan segala macam problematika menjalani hidup di negara dunia ke tiga.

Lalu ada band Teenage Death Star, yang meneruskan “merk dagang” Joni, ke dalam sebuah lagu berjudul “I’ve Got Jhonny In My Head”. Menariknya, lagu itu direspon oleh sebuah film yang juga memakai nama Joni sebagai merk dagangnya, berjudul “Janji Joni”. Menjadi selaras ketika pada menit-menit pertama film itu berlangsung, saat adegan Joni di atas sepeda motornya diiringi lagu tersebut. Jadi semakin mempertegas jika nama Joni adalah nama yang catchy, sebagai sebuah analogi dari seseorang yang rebel, atau bahkan revolusioner. Hal itu juga sejalan dengan apa yang Teenage Death Star citrakan dalam sikap dan musiknya, di mana hal-hal baku yang biasanya berlaku dalam “buku” do and dont dalam bermusik, diporak-porandakan oleh band ini, dengan jargon “skill is dead lets rockin” nya.

Nama Joni jadi sesuatu yang identik, dan terpilih diantara ribuan nama lainnya, sampai akhirnya muncul ke permukaan lewat berbagai media, dari film sampai musik. Kesan “nakal” dari nama Joni tersebut, mungkin sama dengan nama Budi yang kadung tercitrakan sebagai nama anak baik, jika merunut pada buku pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar zaman dulu. Karena seringnya nama itu muncul, dan dihadapkan pada situasi yang sama, pada akhirnya citra tersebut melekat. Dengan contoh kasus seperti disebutkan di atas, maka kutipan sang pujangga besar Inggris, William Shakespeare yang berbunyi “Apalah arti sebuah nama? Andaikata kita memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi”, bisa jadi tidak relevan, jika dihubungkan dengan merk dagang tadi. Dari mulai McDonald sampai nama Joni. Karena nyatanya tidak semua nama bisa sesuai dengan sesuatu yang menjual, jika tidak dipadukan dengan padanan kata yang enak diucapkan.    

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner