Jawaban Klasik Musisi Ketika Diwawancara

Jawaban Klasik Musisi Ketika Diwawancara

Tidak semua musisi/band mau dan mampu mendeskripsikan dengan baik karya yang dia buat. Karenanya, banyak juga para musisi ini dihadapkan pada situasi wawancara dimana dia gagap dalam menjawab

Diapresiasi dan mendapat sorotan hingga terkenal jadi sebuah konsekuensi bagi musisi yang memunculkan karyanya ke permukaan. Hal tersebut kemudian sering berujung pada rasa penasaran para penikmat karyanya ingin lebih tahu tentang si musisi dan proses kreatif dibalik karya tersebut. Tidak jarang juga para pewarta bertanya lebih jauh lagi tentang sisi lain musisi tersebut, hingga latar belakang yang menjadikan musisi tersebut punya persona otentik yang dia hadirkan kepada khalayak ramai. Tapi, tidak semua musisi/band mau dan mampu mendeskripsikan dengan baik karya yang dia buat. Karenanya, banyak juga para musisi ini dihadapkan pada situasi wawancara dimana dia gagap dalam menjawab.

Salah satu jawaban paling klasik para musisi ketika diwawancara adalah kalimat “ingin meramaikan belantika musik tanah air”. Hal tersebut umum dipake sebagai jawaban dari pertanyaan “apa harapan anda merilis single atau album ini”. Padahal mungkin jawaban “karena saya/kita ingin punya uang dengan merilis single/album ini”, sepertinya lebih masuk akal andai karyanya memang tidak memuat pesan atau konsep apapun. Hanya sebuah karya musik tanpa ‘muatan’ apapun. Menggaris bawahi “ingin meramaikan belantika musik tanah air”, itu artinya dia atau bandnya hanya akan muncul sebagai ‘cameo’, tanpa bisa berbuat banyak untuk mencuri perhatian. Padahal inti dari perilisan single/album harapannya ingin mencuri perhatian, laku, dan mendapat sorotan. Tidak hanya sekedar meramaikan sesuatu yang sebenarnya sudah ramai.

Dunia musik akan selalu ramai, karena hampir setiap hari musisi merilis karyanya. karya-karya tersebut tidak akan jadi pilihan andai tidak dilengkapi pula dengan amunisi yang mumpuni secara materi lagu, trik pemasaran, hingga yang lebih kompleks dari itu, perkara persona dan cara mereka mempresentasikan karyanya. Jika konteksnya hanya perkara bagus dan tidak bagus, musik rasanya tidak pernah bisa benar-benar ditempatkan di kolom bagus dan tidak bagus, karena sifatnya yang sangat relatif. Namun jika konteksnya adalah tentang bagaimana caranya agar menarik perhatian, musik kemudian jadi satu hal yang ‘seksi’ jika kita ulik lebih jauh lagi. Dan jawaban “ingin meramaikan belantika musik tanah air” rasanya bukan jawaban yang sesuai untuk menggambarkan seberapa menarik karya yang dia buat.

Jawaban klasik musisi lainnya adalah “kita ingin karya kita bisa diterima di semua kalangan”. Memang terkesan diplomatis dan penuh dengan muatan positif, tapi rasanya jawaban seperti itu hanya menunjukan tentang wilayah abu-abu dari si band itu sendiri. Menurut saya sebuah karya harus bisa berdiri di satu sisi, apakah peruntukannya buat anak kecil, dewasa, atau yang berusia senja. “If you dont stand for something you will fall for anything”. Begitu kata Malcolm X. Apakah karya kita berdiri untuk sesuatu yang kita yakini dan tahu betul seluk beluk yang ingin kita sajikan, atau menjadi sebuah karya medioker yang serba setengah-setengah. Nulis lirik setengah, musik setengah, dan akhirnya karya tersebut tidak akan kemana-mana, alias “you will fall for anything”. Tapi berhubung si musisi/band pada dasarnya tidak tahu karyanya ‘bercerita’ tentang apa maka jawaban “kita ingin karya kita bisa diterima di semua kalangan” lah yang keluar.

Kita tidak bisa menyalahkan Rage Againts The Machine dengan lirik lagunya yang banyak melontarkan kata-kata umpatan, hingga ditakutkan anak kita yang masih kecil meniru hal tersebut. Karena sejak awal Rage Againts The Machine tahu dimana mereka harus berdiri, dan lagu-lagunya tidak diperuntukan untuk semua kalangan. Jadi untuk hal ini mereka tidak bisa mengatakan “kita ingin karya kita bisa diterima di semua kalangan”, karena karyanya jelas mengarah kemana dan untuk siapa. Kecuali jika ada anak kecil yang memang sedari kecil ingin jadi aktivis dan menyuarakan sesuatu. Boleh lah.

Lalu apakah jawaban klasik nan banal tersebut murni hasil kegagapan musisi dalam merepresentasikan karyanya? Atau mungkin memang tidak pernah ada jawaban bagus selama pertanyaannya tidak bagus juga? Coklatfriends punya opini tentang ini, silakan tulis di kolom komentar ya.

BACA JUGA - Selain Dengan Corona, Jaga Jaraklah Dengan Idola

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner