Intip Tashoora Lebih Dalam Lewat Karyanya

Intip Tashoora Lebih Dalam Lewat Karyanya

Tashoora hadir untuk menarik pedengarnya pada alam bawah sadar masing-masing, dan menemukan gegap gempita musik dalam ruang hati yang sebelumnya kosong.

Tashoora punya banyak ‘jurus’ untuk memunculkan namanya ke permukaan. Musik yang solid, konsep visual yang ciamik, tata busana yang mereka kenakan, hingga aksen pada nada-nada yang mereka ciptakan terdengar otentik dan kuat secara karakter. Dengan vokal keroyokan, mereka seakan bahu membahu menyuguhkan barisan lirik puitis, yang kadang terdengar lirih, namun tidak jarang pula begitu bertenaga.

Mungkin bukan yang pertama sebagai sebuah grup musik konseptual, dengan musik dan tampilan visual yang memukau, tapi kehadirannya memberi angin segar bagi belantika musik tanah air, yang diakui atau tidak menyisakan kekosongan untuk sebuah grup musik yang ingin ‘bermain’ musik, dan tidak hanya berkutat pada urusan menjual musik saja. Tidak ada salahnya memang dengan menjual musik, tapi apa yang dijual, itu yang kemudian menjadi tanda tanya besar. Apakah dengan lirik yang kontroversi? Dengan vokalis yang tampan/cantik? atau dengan sejumlah sensasi yang justru tidak ada hubungannya dengan musik?

Tashoora mungkin sedikit mengingatkan pada grup musik Soneta, yang secara komposisi musik dan personil sama-sama tampil solid dan keroyokan. Bedanya, Tashoora hadir tanpa pretensi apapun, selain dari keinginan mereka untuk menarik pedengarnya pada alam bawah sadar masing-masing, dan menemukan gegap gempita musik dalam ruang hati yang sebelumnya kosong. Tashoora memantik itu, dan pendengarnya menyikapinya dengan anggukan kepala yang mengamini musiknya. Mendengarkan Tashoora seperti sedang berada dalam piknik alam bawah sadar menyenangkan, lewat paket komplit yang mereka punya.

Ditemui di sela-sela syuting DCDC Musikkita, Tashoora, yang dalam hal ini diwakili oleh gitaris Danang menuturkan jika apa yang banyak orang tangkap tentang ‘paket komplit’ Tashoora sebenernya karena ada rentang waktu cukup lama bagi mereka untuk fokus meramu musik. ‘’jadi selama setahun itu kita cuma latihan aja kerjanya, jadi mungkin secara musik kita jadi tahu arahnya kemana, dan kalo dari segi berpakaian juga sebenarnya kita hari-harinya kaya gini, dan mungkin satu sama lain saling mempengaruhi juga. Jadi sebenarnya ngga ada konsep yang gimana-gimana, itu secara organik aja tercipta begitu saja’’, ujar Danang.

Memutuskan ‘hijrah’ dari Jogja ke Jakarta diakui cukup punya pengaruh bagi mereka, di mana menurut gitaris Ikhwan Hastanto pengaruh tersebut bukan dilatari atmosfir yang berbeda dengan kota Jogja, karena dinilai terlalu dini jika harus menilai kesana, namun menurutnya Jakarta memberikan relasi yang bagus buat Tashoora, karena di Jakarta mereka menemukan banyak teman baru, belajar dengan banyak musisi dan aktivist lainnya yang mereka temui di sana.

Satu hal yang kemudian ditambahkan pula oleh bassis, Gusti Arirang jika dia dan Tashoora tertarik dengan Jakarta, lengkap dengan segala macam permasalahan yang ada di ibu kota ini. ‘’Rasanya di Jakarta setiap orang punya isi kepala yang sangat kompleks dibanding dengan Jogja yang rasanya kok selow-selow aja. Jadi mungkin bisa dibilang kita lebih dekat dengan berbagai permasalahan, dan mungkin itu bisa jadi bagus, karena kita bisa menulis soal itu, dan lebih dekat dengan narasumbernya’’, ujar putri dari seniman, Djaduk Ferianto ini menjelaskan.

Pernyataan Gusti kemudian direspon oleh Danang di mana menurutnya Jakarta belum memberikan perubahan yang cukup signifikan bagi proses kreatif Tashoora. ‘’menurutku setiap kota punya masalahnya masing-masing, dan jika dihubungkan dengan proses kreatif Tashoora kita masih melakukan yang sama setiap membuat lagu, kita obervasi, menemui narasumber dan meresponnya dengan karya kita. Dari tahun 2017 selalu seperti itu polanya, dan kalo ngomongin proses kreatif, semua lagu kita pasti menangkap sebuah peristiwa. Selanjutnya, pada pembuatan lagunya itu kita riset dari kedua belah pihak’’, ujar Danang.

Kemudian Danang juga memberikan gambaran proses pembuatan lagunya lewat lagu ‘’Agni’’. ‘’Pada lagu ‘’Agni’’, itu ada kasus pelecahan seksual di UGM, dan waktu berita ini ‘meledak’, itu ada dua pihak yang berhubungan, yaitu pihak UGM dan pihak lawannya, yaitu mahasiswa-mahasiswanya dan penyintas. Ya dua narasumber ini benar-benar kami temui dua-duanya. Jadi dari UGM gimana dari pihak penyintas gimana. Karena kan narasi yang berkembang itu UGM menunda-nunda proses hukum dari kasus pemerkosaan ini, dan hanya dianggap sebagai tindakan asusila. Cara kita mengetahui kebenarannya ya menemui pihak UGM dan bertanya pada mereka, kemudian kita menemui penyintas juga. Setelah mendapatkan kedua perspectif baru kita bicara soal keberpihakan’’, ujar Danang menjelaskan lagu ‘’Agni’’.

Lalu apakah Tashoora kemudian menjadi band yang responsif akan isu sosial?

‘’iya dan tidak’’, ujar Ikhwan Hastanto. Kenapa? ‘’Karena ada juga lagu kami yang membahas cerita zaman dulu, ketika ada seorang ilmuwan yang mengatakan bahwa bumi itu mengitari matahari, tapi kemudian dia dieksekusi karena orang-orang berpikir sebaliknya. Atau lebih tepatnya dieksekusi oleh gereja katolik karena dia berlawanan dengan ajaran gereja katolik pada masa itu, di mana gereja percaya jika bumi merupakan pusat tata surya atau alam semesta. Sampai kemudian ilmuwan bernama Giordano Bruno ini membuat pernyataan jika ada teori lain yang dikenal dengan nama heliosentris. Diangkat lah teori tersebut, hingga membuat Bruno disalib dan dibakar. Pada saat itu gereja katolik memiliki pengaruh sangat kuat di pemerintahan, kehidupan berbangsa dan bernegara serta ilmu pengetahuan. Karena dianggap meresahkan dia dieksekusi’’, ujar Danang menambahkan.

Beranjak ke album Hamba Jaring Cahaya, Hamba Bela Gelapnya yang dirilis pada tahun 2019 lalu. Menurut Gusti album tersebut bisa jadi pengingat untuk kawan-kawan atau saudara-saudara kita yang mengalami segala macam bentuk diskriminasi, represi, atau pun persekusi, jika mereka tidak berjalan sendiri.

BACA JUGA - Tentang Diss-Track, Branding, dan Scene Hip Hop Menurut Asep Balon

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner