Indonesia International Metal Movement (Part 1)

Indonesia International Metal Movement (Part 1)

Mendunianya band metal di Indonesia adalah usaha yang sudah dicanangkan sejak lama, bahkan sejak ranah ini ada dan mulai berkembang. Tetapi, perjalanan tersebut bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan di negara yang berada ribuan mil jauhnya dari sumber musik yang dikembangkan di Indonesia, karena beragam alasan. Banyak usaha dan kesadaran yang sudah dipupuk oleh penggiat ranah musik bawah tanah, bahkan di era 2000an, meski mungkin saat itu wacana untuk mendunia belum menjadi prioritas. Bandung Death Metal Syndicate (BDMS) pada tahun 2005 adalah tonggak awal di Bandung dan Bandung Death Fest menjadi fasilitator yang tak hanya mengedepankan musik, tapi juga unsur kearifan lokal. Sadar atau tidak, adanya unsur tradisional tersebut merupakan salah satu hal yang perlu dibangun, mengingat ketika sebuah band berangkat ke luar negeri, akar budaya tetap harus dibawa, dipegang teguh, dan ikut disebar ke seluruh dunia.

BACA JUGA - Indonesia International Metal Movement (Part 2)

Jika dirunut, pergerakan internasional khususnya di Bandung terinspirasi dari tur band punk Krass Kepala, yang dilaksanakan pada 26 September-1 November 2007 di 32 kota dan enam negara di Eropa. Bersamaan dengan itu, pada tahun 2007 banyak band internasional yang juga masuk dan menyeruak di pasar musik nasional. Forum-forum seperti Bandung Creative City Forum (BCCF) pun hadir dan menjadi ruang kreativitas anak muda saat itu. Tak hanya itu, ranah literasi pun mulai dilirik dengan hadirnya buku Myself Scumbag, Beyond Life And Death (2008) sebagai bentuk pembuktian bahwa sejarah musik bawah tanah pun perlu diangkat.

Meningkatnya atensi ini harus berhenti secara paksa, ketika Tragedi AACC, 9 Februari 2008 terjadi. Sebelas anak muda harus menjadi korban dan meninggal dunia. Kejadian yang disebabkan oleh kelalaian dari pihak penyelenggara, pengelola gedung, aparat keamanan, serta pemerintah yang gagal memfasilitasi gairah anak muda saat itu membuat ranah ini harus berhenti sejenak dan memutar otak agar tetap hidup pada akhirnya. Akhirnya, ada dua hal yang digarisbawahi: membuat ranah musik metal tetap berkesinambungan dengan cara terbaik dan kondusif, juga mengangkat regenerasi.

Akhirnya, langkah dari Solidaritas Independen Bandung membuka banyak hal yang baru. Banyak band metal baru yang muncul, acara-acara kolektif, atau dengan skala yang lebih besar. Dari berkembangnya ranah musik ekstrim yang kembali bergeliat dari mati surinya, secara berturut-turut pergerakan internasional kembali terlaksana. Pada tahun 2008, Noxa tampil di Tuska Metal Festival, Helsinki, Finlandia dan menyedot perhatian yang positif. Kemudian, Indonesia kedatangan dua tokoh dari media internasional, yaitu John Resborn (The Metal Rebel) dan Lena Resborn dalam rangka penulisan buku Labour of Love and Hate mengenai ranah musik metal Asia Tenggara.

Selanjutnya, Burgerkill bertolak ke Australia pada tahun 2009 dalam rangka gelaran tur Invasion Of Noise I di tujuh titik dan ditutup di Soundwave Festival. Malaysia dan Singapura menjadi dua negara selanjutnya yang disambangi oleh Burgerkill, tiga bulan setelah Invasion Of Noise I. Tahun selanjutnya, Invasion Of Noise II kembali digelar, masih di Australia Barat dan ditutup di Big Day Out Festival. Pergerakan Burgerkill juga dibarengi dengan Jasad yang berangkat dan menggelar tur Asia. Johor Baru Metalfest dan Kuala Lumpur Metal Camp III menjadi dua titik yang disambangi oleh Jasad. Selanjutnya, Death Vomit asal Yogyakarta, menggelar tur Australia bersama Napalm Death dan Dying Fetus selama Bulan September 2010, dan Siksa Kubur juga menggelar tur di Indonesia, Singapura, dan Malaysia.

Bandung Berisik 2011 akhirnya dapat kembali digelar setelah vakum selama tujuh tahun. Gairah musik yang berkembang saat itu memang berdampak pada banyak hal, hingga dapat menghidupkan kembali festival besar yang sempat tertidur. Para jurnalis asing pun datang ke Indonesia, dua di antaranya yang tercatat adalah Jorg Bruggeman yang merilis buku foto berjudul Metalheads, The Global Brotherhood; serta Kieran james yang kemudian menggarap website Busuk Zine. Tahun 2011 ditutup dengan berangkatnya Jasad dan Bleeding Corpse ke Bang-Cock Death Fest, di Thailand.

Geliat Bandung Berisik berlanjut ke tahun selanjutnya, dengan propaganda Indonesia International Metal yang makin menguat. Demi mewujudkan hal tersebut, Dom Lawson dari Metal Hammer Inggris diundang untuk meliput gelaran Bandung Berisik 2012, dan bertujuan untuk memperkenalkan ranah musik metal Bandung yang potensial ke ranah musik metal dunia. Hadirnya Bandung Berisik 2012 di Metal Hammer berpengaruh ke tahun berikutnya, seperti dengan dirilisnya CD kompilasi pada tahun 2013 yang melibatkan band-band metal Asia berjudul Slave New World. Kompilasi ini berisi 15 band yang dikurasi oleh Max Cavalera, dan 10 diantaranya berasal dari Indonesia. Mereka adalah Burgerkill, Cranial Incisored, Down for Life, Errorbrain, Forgotten, Gugat, Infamy, Jasad, Nemesis, dan Parau.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner