Indie Rock adalah Sebuah Kesalahan. Tak Lebih dari Sekedar Sampah

Indie Rock adalah Sebuah Kesalahan. Tak Lebih dari Sekedar Sampah

Riuh dan gemerlapnya skena Jakarta bukanlah hal yang terlalu dipedulikan oleh Reid Voltus. Sepintas pun tidak tampaknya. Ibarat monumen yang tak bisa digusur dan menjadi kebanggaan skena kota Hujan, juga di hati sanubari komunitas yang hidup di dalamnya. Skena Bogor bersenang-senang dan asik sendiri dengan cara mereka, termasuk sedertan nama macam; The Kuda, Sex Sux, The Jansen, Rrag, Texpack dan aneka macam lainnya. Bernas didukung penuh oleh label-label lokal mandiri seperti Trogmagnon atau Hujan Rekords yang seperti sudah kita ketahui, reputasi, konsisten dengan pendirian mereka, produktiftas rilisan tanpa menghilangkan jati diri serta karakter yang pantang dirubah. 

Tak peduli pasar, persetan dengan ‘primadona pensi’, fans mereka yang di kemudian hari menjadi suksesor jenis musik ini, yang muncul dalam beberapa tahun terakhir dan rilisan-rilisan yang mereka hasilkan, ya begitu. Khas. Ada benang merah tipis-nya.

Menjadi lo-fi terkadang cara terbaik untuk tidak terjebak dengan hingar bingar, memainkan musikmu di gig-gig kecil, dan ditonton oleh segelintir orang yang jauh lebih peka soal musik yang bagus. Dan mereka secara tidak langsung atau mungkin langsung menjadi hantu-hantu yang melahirkan band indierock keren macam Texpack atau Rrrag.

Sekitar 2005, satu tahun paska  kompilasi JKT:SKRG dirilis oleh Aksara Records, Reid Voltus sudah ada. Dan ketika skena Jakarta sedang berkelindan dengan era pentas seni musik sekolah-sekolah, girang dengan penampilan segenap musisi-musisi ajaibnya – musik Reid Vltus sudah dapat dipastikan juga tak akan membawa mereka ke panggung-panggung tersebut, tapi demi Apollo yang agung, band ini jauh lebih penting secara musik ketimbang band-band tersebut. Meski pilihannya cenderung menjadi lo-fi, terkadang inilah cara terbaik untuk tidak terjebak dengan hingar bingar, memainkan musikmu di gig-gig kecil, dan ditonton oleh segelintir orang jauh lebih peka dan apresiatif terhadap musik yang bagus. Kombinasi genjrengan dan melodi mereka yang bersahut-sahutan. Gelombang berisik nan renyah,  rasa sentimentil namun tidak terlalu dramatis nuansanya; apa adanya dengan selipan-selipan iseng yang cerdas.

Album ini berisi delapan track dengan lagu “Ballads #2” menjadi single utama. Delapan lagu yang dibuat Deni dan Idam tanpa pretensi atau ambisi untuk menjadi bintang di kotanya. Sederhananya, band ini justru berdaya pikat dengan menghipnotis orang-orang di ibukota sana untuk berduyun-duyun berdatangan ke Bogor demi menonton mereka, atau malah mengundang Reid Voltus untuk main di kota yang terlalu banyak masalah ini.

Perlu juga diingat, jangan pernah sekali-kali berpikir bahwa Bogor itu semacam seattle-nya Indonesia berkat sederet band-band tersebut, karena hal ini hanya akan memberikan validasi judul album Reid Voltus yang adalah benar apa adanya. Jangan pula kebakaran jenggot, karna judulnya sendiri diambil dari plesetan Hayao Miyazaki, animator asal Jepang, "Anime was a mistake, it's nothing but trash".

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner