Iksan dan Produktivitas yang Terus Menyala di Setiap Albumnya

Iksan dan Produktivitas yang Terus Menyala di Setiap Albumnya

Sumber foto : Tantri Novianti

“Kurasa kewajiban musisi harus membuat karya musik, mau pandemi atau engga, mau kelaparan, mau wabah kurasa kewajiban seniman musik harus mendokumentasikan keadaan itu lewat jalurnya”

Tidak perlu waktu lama bagi seorang Iksan Skuter untuk menelurkan karya baru. Terbukti hanya berjeda delapan bulan dari rilisan album terakhir, Codex 13, musisi asal Malang ini kembali merilis album ke-14 bertajuk Orbit. Seperti album-album sebelumnya, Orbit  juga berisi kegelisahan yang dirasakan oleh Iksan. Kali ini, Iksan menuangkan kegelisahan yang ia rasakan selama pandemi. Ditemui disela-sela perisdangan DCDC Pengadilan Musik, Iksan bercerita panjang lebar tentang album barunya tersebut, di mana katanya album ke 14 nya ini banyak mengambil sudut pandang yang lebih personal dari seorang Iksan Skuter.

Tentang hal ini Iksan menuturkan jika kata Orbit itu sendiri kalau dalam kamus atau secara umum artinya itu mengudara, naik, yang identik dengan sesuatu benda yang dari bawah naik ke atas. “nah disemua album ku, aku selalu memberikan nama yang disana selalu ada doa, kaya Sangkara itu kan pembawa keberuntungan, terus benderang terang itu dari benderang dan terang, termasuk album Orbit yang lagunya mempunyai unsur doa. Semoga album ini dapat semakin didengar dan lain sebagainya”, ujar Iksan menjelaskan alasannya memilih Orbit sebagai judul album.

Album yang berisi pesan-pesan dan kegelisahan Iksan personal ini juga diakui olehnya mengandung harapan-harapan yang dia tuangkan dalam beberapa lagu di dalamnya. “misalnya di lagu “Carpediem” aku nuiis lirik “yakinlah, yakinlah, dan yakin”. Maksudku, seluruh dunia menghadapi hal yang sama dan itu bukan jadi alasan terus kita jadi diam. Di album ini ada beberapa lagu yang memang aku tulis untuk ngasih semangat kepada teman-teman”, ujar Iksan.

Iksan yang tergolong produktif dalam melahirkan karya mengaku jika pada proses kreatifnya album ini memakan waktu selama satu minggu. Relatif sangat cepat untuk pembuatan sebuah album. “Album ini aku buat seminggu, terus aku rilis di bulan Januari 2021 dan launchingnya juga dilakukan secara virtual, karena ga mungkin kalo secara langsung”, ujarnya. Iksan juga menambahkan jika secara proses kreatif dirinya kerap menggunakan pola jamming, termasuk ketika dia menulis lirik lagu. “Dalam penulisan lirik biasanya dilakuin pas jamming. Jadi lirik itu biasanya muncul spontan ketika jamming. Makanya aku suka lupa lirik karena pas mau di tulis lupa kalo aku tadi ngomong apa. Proses penulisan lirik, aransemen musik, proses recording, mixing semuanya aku lakuin sendiri”, tambahnya.

Menggaris bawahi tentang produktivias seorang Iksan Skuter, dirinya mengaku jika pembuatan album ke 14 nya ini relatif mudah dan tidak menemukan kesulitan yang berarti. Hal ini bukan hisapan jempol belakan mengingat Iksan membalikan perspectif orang jika masa pandemi bisa menghambat musisi melahirkan karya. Sebaliknya, selama masa pandemi ini Iksan malah berhasil merilis tiga album dengan rentang waktu yang terbilang berdekatan. “Kurasa kewajiban musisi harus membuat karya musik, mau pandemi atau engga, mau kelaparan, mau wabah kurasa kewajiban seniman musik harus mendokumentasikan keadaan itu lewat jalurnya, semua bisa protes tapi harus tetep ada di kandangnya”, ujar Iksan menanggapi tentang dinamika masa pandemi dan dilema yang dirasakan musisi.

Namun meski dirilis dalam waktu yang relatif singkat dan berdekatan Iksan mengaku jika antara satu album dan album lainnya memiliki kekhasan tersendiri. Khusus unuk album Orbit, Iksan mengaku jika yang membedakan album Orbit dengan album lainnya adalah momen penggarapan serta penyampaian aransemen di album ini yang lebih lunak, jika dibanding album lain yang aransemennya lebih ‘keras’.

Bicara tentang album Orbit, ada satu hal yang cukup menggelitik meminta untuk diulik lebih jauh lagi. Yakni tentang angka 21 yang kerap dihubungkan dengan album ini. Menjawab pertanyaan tersebut menurut Iksan angka 21 tersebut berkaitan erat dengan perilisan albumnya pada tanggal 21 Januari 2021. “Kalo album Codex 13 itu memang album ke 13 dan album itu juga yang aku rilis ketika kondisi sedang ngedrop. Kalo di album Orbit sebenernya angka 21 tuh ga ada makna special. Mungkin karena dirilis tanggal 21 Januari 2021 jadi banyak yang mengaitkan angka 21 itu”, ujarnya menanggapi angka 21 di album Orbit.

 

Perilisan album Orbit yang menarik perhatian DCDC untuk memperkarakannya di program DCDC Pengadilan Musik seakan membawa nostalgia tersendiri bagi Iksan, di mana dirinya pernah hadir sebagai terdakwa di episode perdana program ini. Seakan tidak kapok dengan apa yang pernah menimpanya lima tahun lalu, Iksan kembali diseret ke meja Pengadilan Musik. Menanggapi ini Iksan melontarkan tanggapannya kala diwawancarai DCDC. “Fuck yeahh karena harus menyiapkan mental, iman, dan takwa”, ujarnya seraya tertawa.

BACA JUGA - Musik, Gimik, dan Susahnya Feel Koplo Lepas Dari Stigma Grup Musik ‘Bodor’

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner