Hijrah ke Ibu Kota, Coldiac Sajikan Karyanya Tanpa 'Make Up'

Hijrah ke Ibu Kota, Coldiac Sajikan Karyanya Tanpa 'Make Up'

Sambadha menuturkan jika Coldiac ingin bisa menjadi referensi bagi band-band di daerah untuk berani mengambil langkah besar. 

Coldiac merupakan band asal Malang yang terbentuk tahun 2014. Menjalani lebih kurang setengah dekade bermusik, kolektif ini telah merilis beberapa single ke permukaan, sampai akhirnya hal tersebut bermuara pada beberapa album, salah satunya berjudul O. Dari album tersebut, band yang digawangi oleh Sambadha Wahyadyatmika (vokal-gitar), Mahatamtama Arya Adinegara (vokal-gitar), Derry With Haudin (synth-keys), Bhima Bagaskara (bass), dan Judha Widhita (drum) ini makin mantap melebarkan musiknya dengan berbagai pencapaian yang diraihnya, termasuk menjadi salah satu nominasi sebuah ajang penghargaan bergengsi di Indonesia, AMI Awards, kategori duo/grup/vocal grup/kolaborasi R&B terbaik 2018. Tidak ingin berpuas diri, Coldiac kemudian kembali muncul dengan mini album terbarunya yang berjudul No Make Up.

Ditemui disela-sela syuting DCDC Musikkita, sang vokalis, Sambadha menuturkan lebih jauh tentang mini album No Make Up. Sejalan dengan judulnya, No Make Up menurutnya berisikan ragam isi kepala yang ingin mereka tuangkan dalam bentuk lagu dengan apa adanya, tanpa dilebih-lebihkan. “jadi kalo baca lirik-lirik di mini album tersebut itu kaya orang lagi cerita aja. Lebih apa adanya lah tanpa ada tema-tema spesifik. Kadang ngomongin cinta, kadang juga ngomongin yang lainnya. Ya itu, Coldiac itu kaya gitu, ngga berusaha jadi orang lain lah. No Make Up”, ujar sang vokalis.

Memutusakn hijrah dari kota Malang ke Jakarta, Coldiac yang tengah menjalani kerja sama dengan label Juni  Records, diakui oleh Sambadha jadi lebih punya banyak teman untuk sharing soal musik, terlebih akses di ibu kota lebih memungkinkan untuk Coldiac bereksplorasi lebih jauh akan musiknya. Meski terbilang band ‘daerah’ menurutnya hal tersebut tidak menimbulkan gap yang gimana-gimana, namun sebaliknya, menurutnya justru banyak musisi di Jakarta yang ‘welcome’ dengan Coldiac.

Bicara tentang musik dan lirik di dalamnya, Coldiac merupakan band yang cukup mengalir, kadang menjadi responsif dengan isu yang terjadi, namun kadang seperti yang dituturkan Sambadha di atas, mereka lebih bicara apa adanya ‘tanpa make up’. Namun ketika ditanya tentang apakah Coldiac merupakan band yang konseptual dan punya concern berlebih dengan penciptaan branding, Sambadha menuturkan jika dirinya dan sang bassis, Bhima Bagaskara memiliki latar belakang pendidikan atau disiplin ilmu komunikasi visual, maka tidak heran jika pada outputnya Coldiac cukup concern dengan tampilan visual serta penciptaan branding di sosial media.

Selain itu, beberapa video klip yang mereka rilis juga punya estetika visual cukup ciamik, seperti apa yang mereka sajikan dalam video klip “Tiffany”. Video klip yang dilatari sebuah lagu yang berkisah tentang potret kegelisahan kaum perempuan ini mengetengahkan bagaimana masyarakat memiliki opini bahwa sosok perempuan masa kini haruslah berpenampilan fisik tertentu, seperti sosok publik figur yang beredar di media massa. Apabila berbeda dari sosok stereotype tersebut, tidak jarang mendapatkan kritikan atau komentar negatif.

Menurut Sambadha opini tersebut membuat nggak sedikit perempuan merasa ragu dan akhirnya nggak percaya dengan diri sendiri. “Menurut saya nyaman menjadi diri sendiri itu lebih baik ketimbang menjadi orang lain,”  ujar Sambadha. Tidak hanya secara visual dan permainan warnanya saja, lagu dan video klip ini juga punya pesan kuat yang bisa menjadi anthem bagi kaum hawa.

Menutup obrolan dengan DCDC, Sambadha menuturkan jika Coldiac ingin bisa menjadi referensi bagi band-band di daerah untuk berani mengambil langkah besar. “ngga melulu harus ke Jakarta, karena musik itu ada di mana-mana. Coldiac ingin mencoba mengobarkan semangat itu”, ujarnya.

BACA JUGA - ‘Nyeni’ Bareng Parahyena ; Musik Otentik Kaya Rasa

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner