Harry Lim dan

Harry Lim dan "Remah Roti" dalam Catur Musik Jazz Indonesia (Bagian Dua)

Foto didapatkan dari Blue Sounds.

"Sudah lupakan saja menjadi Pengacara. Itu jelas (profesi) membosankan. Jazz lebih menjanjikan. Jazz itu free spirited, flambojan penuh style dan seksi…kurasa. Kutarik lagi kata soal ‘menjanjikan’ di sini." – Harry Lim

Misi utama Harry sebenarnya adalah perguruan tinggi dan sekadar vakansi ke Amerika, namun urung lalu mengambil keputusan yang akhirnya merubah jalan hidupnya. Tujuan ganda ini berganti dengan keinginan pribadi, berdasarkan pengalaman dan keterkaitannya menjadi anak skena jazz hingga mendalami pengetahuan tentang jazz.

Berselang setahun, Harry sempat kembali ke tanah kelahirannya di Batavia untuk bertemu keluarga dan diharapkan ia (oleh keluarganya) meneruskan kuliah sebagai pengacara namun urung dilakukan. Sampai takdir lebih menginginkan Harry Lim untuk turun aktif dalam berbagai lini bidang yang berhubungan dengan jazz. Semesta mengantarkan beliau menjadi salah satu sosok disegani dalam komunitas paling tua penggemar musik jazz pertama di Indonesia, bernama; Batavia Rhythm Club (disingkat; BRC).


"Just You, Just Me'" - Lester Young Quartet, salah satu lagu dalam Keynote Jazz Collection

Peran sentralnya dimulai ketika didapuk menjadi petinggi atau komisari komunitas tersebut. Peran aktifnya di komunitas mengantarkannya menjadi editor dan bertugas sebagai kolumnis/kritikus di "Swing Magazine", majalah reguler keanggotaan komunitas tersebut. Melalui tulisan beliau yang lugas dan tajam, kritik pedas terkadang dilayangkan untuk berbagai rekaman jazz rilisan lokal. Bagaikan dua belah mata pisau. Berbobot dan berisi, berjalan seiring seleranya yang tinggi dan pengetahuan lebih dan terasah perihal musik jazz dengan segala tetek bengek di dalamnya. Kritik Harry, menjadi rujukan para musisi ketika itu. Acuan. Golden tounge with emerald taste. Dirinya merupakan patron atau patokan bagi semua anggota komunitas BRC ketika itu.

Jika dihubungkan dengan bagaimana merekahnya jurnalisme musik/hiburan secara tak sengaja terhubung melalui peran terpenting Harry di Indonesia. Melalui kritik pedas, tulisan, dan opini beliau, ia dapat disebut sebagai pelopor bidang jurnalisme khususnya mengenai musik jazz. Meski saat itu, profesi itu belum ada. Sebuah remah roti yang beliau tinggalkan.


"I Only Have Eyes For You'" - Coleman Hawkins Quintet featuring Teddy Wilson, salah satu lagu dalam Keynote Jazz Collection

Keberadaan Harry di Batavia tidak berlangsung lama, ia lebih tertarik untuk kembali ke Belanda. Karena permintaan harus meneruskan kuliah tadi dan kembali pulang menjadi pengacara handal. Walaupun memang tidak pernah kesampaian, tetapi Harry Lim membuktikan kepada keluarga bahwa ia dapat sukses dengan cara nya sendiri. Melalui jazz.

Ketika berada di Belanda tak dinyana saat-saat terakhir Harry di negeri kincir angin, perang dunia kedua pun pecah. Harry beruntung dapat meloloskan diri sebelum Nazi Jerman resmi menguasai Belanda. Kapal laut yang ditumpangi Harry tiba di New York City, Amerika Serikat. Sebuah tanah penuh kebebasan dan peluang yang menjadi tempat ia serius menekuni dunia jazz dan menjadi tempat tinggal sampai akhir hidupnya.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner