Hailien Fest 2019; Sebuah Ajang Timbal Balik dan Manifesto

Tujuh band yang turut meramaikan panggung Hailien Fest 2019 berasal dari berbagai daerah. Ada yang memang satu tongkrongan dengan Trojan, ada juga yang berasal dari daerah di luar Denpasar, seperti Timah Panas, Kaligula dan Sargah. Pemilihan band yang tampil hari itu memang berdasarkan tujuan Trojan yang ingin melibatkan kawan-kawan terdekatnya, sekaligus merangkul kawan-kawan yang tidak hanya berasal dari daerah yang sama dengan Trojan.

Selain untuk memperkuat hubungan antar band dan daerah, ini adalah bagian dari program regenerasi, mengingat beberapa di antara mereka berasal dari angkatan yang lebih “muda” dari Trojan. Begitu pun sebaliknya, Hailien Fest 2019 juga jadi ajang reuni dari kawan-kawan band yang lama tidak aktif di ranah musik. Hailien Fest semacam menjadi sarana memunculkan lagi romantisme yang membuat mereka rindu untuk kembali terjun dan bersenang-senang di ruang yang sudah lama tidak mereka sentuh.

Di gelaran Hailien Fest 2019, setiap band diberi waktu untuk tampil selama 30 menit atau lebih kurang cukup untuk lima buah lagu. Nomor demi nomor digeber di sebuah panggung berbatas barikade pendek yang tidak menghalangi jarak pandang penonton. Metal, death metal, hardcore, grindcore hingga heavy rock berkumandang di Langite Bali. Meski dasar musiknya bisa dibilang berangkat dari akar yang serupa—sama-sama adu bising lewat distorsi, teriakan parau, serta gebukan drum yang enerjik—setiap band yang tampil berhasil menunjukkan karakternya masing-masing. Tiap band memiliki daya tariknya sendiri-sendiri, tanpa terkesan monoton atau membosankan.

Kesan hangat dan intim dari lebih kurang 200 orang yang datang hari itu kentara terasa, berkat konsep acara yang terbilang santai, juga karena pemilihan tempat yang tidak terlalu besar sehingga penontonnya dapat dipusatkan di satu area. Stage diving, moshing, atau sekadar angguk-angguk santai jadi cara mereka mengapresiasi rangkaian acara di Hailien Fest 2019 dan semua berjalan dengan kondusif.