Guitar Jo, Menyihir Gitar Elektrik Menjadi Suara Banjo?

Pesatnya kemajuan era teknologi saat ini berjalan beriringan dengan tumbuh kembangnya inovasi serta ide-ide kreatif. Tidak sedikit di antaranya mampu membuat telinga publik tercengang. Begitu pula dengan kemajuan instrumen musik, sihir magis para inovator sebagian besar bahkan tidak berlatarbelakang akademi musik atau belajar musik secara profesional. Hanya berdasarkan rasa, cinta akan musik sebagai pendorong utamanya berinovasi.  

Salah satunya dari sekian banyak penemuan dan perkembangan instrumen musik modern adalah Guitar Jo. Sebuah instrumen musik yang memiliki kemampuan ‘menyihir’ gitar elektrik pada umumnya, mengeluarkan bebunyian seperti alat musik banjo. Banjo sendiri adalah alat musik yang hampir mirip dengan gitar dari segi aspek sampai cara memainkannya, akan tetapi Banjo sangat identik dengan jenis aliran musik seperti country, folk, Irish traditional, hingga bluegrass. Berbeda dengan gitar yang berkembang lalu erat berkaitan dengan jenis musik modern seperti rock.

Pencetus Guitar Jo adalah Jon Langberg. Ide tersebut diawali oleh pria asal Massachussetts, Amerika Serikat yang memilki ketertarikan luar biasa kepada bidang kesenian, terutama musik. Sedari muda, Jo sangat gemar bermain gitar. Sejak menginjak Middle School atau SMP, ia sering tampil bersama teman-temannya membawakan musik beraliran metal. Pada dasarnya, Langberg memang tidak pernah terpikirkan memainkan banjo dan dirinya bukanlah penikmat musik country atau bluegrass. Ia hanya seorang metalhead yang gemar headbang bersama teman-temannya, memakai kaos band yang ia sukai, meminum bir, dan memainkan musik metal dengan volume optimal.

Namun, pada suatu hari takdir berkata lain. Ibu kandung Langberg tidak sengaja menonton penampilan band yang menggunakan banjo sebagai alat musik utama. Ibunya sangat menyukainya jenis musik itu. Seperti halnya musik Karawitan di tanah pasundan, atau gamelan khas Bali, country dan bluegrass merupakan musik bercorak daerah di Massachussetts, sehingga hampir sebagian besar warga yang tinggal di sana menggilai musik redneck tersebut. Sepulang dari menonton aksi band memainkan banjo, sang Ibu yang terlihat girang mendorong keinginan Langberg untuk menyenangkan orang tuanya. Didasari hal tersebut, kemudian Langberg mulai (mencoba) menikmati, mempelajari dan lambat laun jatuh hati dengan alat musik banjo.