“GALANG” : Cerita Lama dan Langkah Baru Musik Underground

“GALANG” : Cerita Lama dan Langkah Baru Musik Underground

Sumber foto : Dok. Rich Music

Film “GALANG” mampu menjadi titik balik bagi para pelaku di industri kreatif yang sebelumnya ‘mati suri’ akibat pandemi

Geliat semangat independen kini kembali ditunjukan oleh para pelaku musik underground. Rich Music adalah salah satu pihak yang kembali menyulut semangat itu dengan sebuah film bertemakan music berjudul “GALANG”. Melalui film yang rencananya akan dirilis pada akhir tahun ini, ranah musik bawah tanah kembali mencuat setelah sebelumnya harus ‘terkapar’ akibat pandemi. Film yang disutradarai oleh Adriyanto Dewo ini dibintangi oleh aktor-aktor muda seperti Elang El Gibran berperan sebagai Galang, Asmara Abigail berperan sebagai Asmara, Agra Piliang berperan sebagai Irfan dan masih banyak lagi. Pada tanggal 22 Oktober 2021 lalu, press conference dari film ini digelar di Mr Roastman café, Ciumbuleuit, Bandung dengan dihadiri oleh para pemain dan orang-orang yang terlibat di dalam film ini. Acara ini juga diadakan secara online melalui Zoom dan kanal Youtube Rich Music.

Berlokasi di halaman café yang cukup luas, acara ini dibuka dengan sharing session dari para pentolan musik underground dan orang-orang yang terlibat dalam film ini, diantaranya Syaiful Wathan (Produser dari Swan Studio), Aska ‘Rocket Rockers’ (Creative Director Rich Music), Akew ‘Nectura’ (Music Director), Beby ‘Beside’ (Film Consultant) dan Addy Gembel ‘Forgotten’ (Film Consultant). Pada sesi ini mereka mulai menjelaskan seputar seluk beluk dari film ini. Diawali oleh Aska ‘Rocket Rockers’ yang menjelaskan tentang bagaimana pergerakan Rich Music dalam membuat film “GELORA” dan “GALANG”, di mana kedua film tersebut memiliki benang merah yang sama, yaitu tentang musik bawah tanah. “Untuk di audio visual atau film itu kayaknya masih belum terlalu banyak yang buat. Makanya ketika bulan Juni kita sempet mengeluarkan film “GELORA” itu dan antusiasnya juga Alhamdulillah baik, akhirnya di akhir tahun ini kita juga bakal bikin kayak “jarum suntik” agar bisa menjadi penetrasi bagi temen-temen di komunitas ini supaya bisa beregenerasi.” jelas Aska.

Setelah itu, Syaiful Mathan mulai bercerita tentang proses syuting yang ia akui berjalan lancar sesuai rencana. Namun terdapat salah satu kendala yang tidak bisa Syaiful prediksi sejak awal. Cuaca yang kurang mendukung menjadi hambatan ketika proses syuting dilaksanakan, tapi Syaiful mengakui bahwa hal itu masih bisa diatasi dengan baik. Suasana syuting yang menyenangkan menjadi salah satu nilai lebih bagi para pemain di film ini. Selain itu ia juga menekankan pada setiap pemain yang terlibat agar setidaknya mengetahui tentang musik bawah tanah ini, khususnya musik rock dan metal. “Dari segi teknis dan koordinasi aman banget. Suasana syutingnya juga fun banget karena emang dari awal selain para aktor aktingnya jago, mereka juga harus seneng dulu sama musiknya.” ujar Syaiful.

Akew ‘Necturna’ selaku Music Director di film ini pun turut menceritakan tentang bagaimana ia harus mengeluarkan tenaga ekstra dalam film ini. Akew harus menggali dan kembali membuka ‘artefak-artefak’ musik yang sudah terkubur selama satu dekade lebih. Selain itu Akew juga menerangkan bahwa dirinya harus kembali mengamati perkembangan musik pada tahun 2008. Hal tersebut Akew akui terasa sedikit sulit karena terdapat beberapa musik pada tahun itu yang cocok dengan film ini namun tidak memiliki master. “Jadi akhirnya saya harus lumayan berusaha dalam hal ini. Salah satu masalah yang sering terjadi ketika proses penggalian musik-musik pada tahun itu adalah ketika terdapat sebuah musik bagus pada zaman itu, tapi ternyata si masternya ga ada. Tapi hal itu jadi unik karena kita juga ngegali tentang bagaimana perjalanan kita hingga titik ini. Yang menjadi hal menarik itu sih sebenernya.” Jelas Akew.

Beby ‘Beside’ dan Addy Gembel ‘Forgotten’ selaku Film Consultant juga turut menjelaskan tentang semangat yang dibawa oleh film “GALANG” ini. Mereka berdua mengakui bahwa pada tahun 2008 itu Bandung memiliki musisi-musisi yang memiliki segudang karya namun tidak memiliki ruang untuk tampil. Hingga akhirnya semangat independen bergejolak dengan dihelatnya beberapa gelaran musik bawah tanah pada tahun itu, dan kini semangat itu bisa tersalurkan ke dalam film ini. Bahkan menurut Beby film ini dapat menjadi hal baik dan mengandung banyak nilai positif yang bisa diterima oleh para penonton. Sebelum lebih jauh, Addy Gembel menjelaskan terlebih dahulu tentang bagaimana ia bisa tergabung dalam film ini. Dirinya mengakui bahwa posisinya saat ini sebenarnya telah diisi almarhum Eben ‘Burgerkill’. “Pertama-tama ini sebenernya menjadi tugas bagi almarhum pak Eben, karena yang sebetulnya mengawali kerja ini adalah beliau dan di tengah perjalanan dia meninggalkan kita, jadi ya sudahlah akhirnya saya ambil posisinya terkait untuk melanjutkan project film ini.” jelas Addy Gembel.

Selanjutnya Addy Gembel mulai mengulas sedikit tentang film ini yang ia akui sebagai titik balik bagi para pelaku yang menekuni sektor kreatif. Selain itu, Addy juga menjelaskan seputar musik bawah tanah yang banyak dianggap ‘minor’ oleh media, masyarakat dan birokrat pada tahun itu ternyata memiliki sisi lain yang bisa membantu perekonomian bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya. Hal itulah yang coba Addy jaga dalam film “GALANG” ini.

Sesi selanjutya diisi oleh Adriyanto Dewo selaku Sutradara film ini, Elang El Gibrang, Asmara Abigail, Agra Piliang dan Mochamad Andika selaku eksekutif produser. Mereka mulai membagikan cerita seputar film ini. Diawali oleh Adriyanto Dewo yang menjelaskan tentang bagaimana ia bisa memegang kendali film “GALANG” ini yang ternyata Andika lah yang mempercayai Adriyanto sebagai sutradara. Adriyanto mengakui bahwa dirinya sangat bersemangat ketika ditunjuk menjadi sutradara di film ini. Bukan tanpa alasan, ternyata ia juga memiliki latar belakang musik yang sama dengan musik di film ini. Sedikit kilas balik, Adriyanto Dewo adalah salah satu sutradara terbaik Indonesia peraih Piala Citra dan sebelumnya berhasil dengan film “Mudik” dan “Tabula Rasa”.

Untuk proses pemilihan pemain, Adriyanto terlebih dahulu untuk mencari siapa yang cocok untuk berperan sebagai Galang. Ia kemudian bertemu dengan Elang yang sebelumnya sempat berada dalam satu project yang sama dan akhirnya terpilih lah Elang yang dirasa cocok memerankan sosok Galang. “Karena mungkin rasi bintang cocok, ketemu lah Elang.” ujar Adriyanto seraya tertawa. Kemudian untuk Asmara Abigail, Adriyanto mengaku bahwa dirinya juga pernah terlibat dengan Asmara dalam film “Mudik”. Karena merasa cocok dengan kemampuan aktingnya, akhirnya Asmara ia libatkan dalam film ini. Sedangkan untuk peran Irfan, Adriyanto mengatakan bahwa peran tersebut sangat kompleks. Ia kemudian melihat sosok Agra Piliang dan langsung menariknya untuk memerankan peran sebagai Irfan di film ini.

Elang El Gibran kemudian menjelaskan tentang kesulitan yang ia hadapi ketika pertama kali menerima tawaran untuk memerankan sosok Galang. Ia merasa tertantang dan semangat ketika mengetahui ternyata pribadi dari Galang ini berbanding terbalik dengan dirinya, terlebih dari segi musik Elang cukup dekat dengan skena ini tetapi sosok Galang cukup kontra akan hal tersebut. Elang juga mengakui bahwa sosok Galang ini cukup kompleks, di mana banyak problematika yang terjadi dalam hidup Galang. “Perjalanan Galang dari awal hingga ending menurutku tiap fase film ini ada aja yang ngebuat karakter ini gak abis-abis. Jadi si Galang ini kompleks banget untuk menjadi karakter dalam sebuah film.” jelas Elang.

Untuk Asmara sendiri terlibat dalam film ini cukup menjadi tantangan besar karena secara garis besar musik di film ini sangat bertolak belakang dengannya. Asmara juga menjelaskan seputar perannya menjadi seorang perempuan yang dikelilingi oleh laki-laki di skena musik rock dan metal. “Bisa ada di film ini tentunysa menantang banget, seru banget dan bahagia banget karena jujur karena film ini dipenuhi oleh talent-talent muda berbakat, mulai dari bandnya sendiri, kru dan temen-temen yang lainnya.” ucap Asmara.  Lalu untuk karakter Irfan yang diperankan oleh Agra, lagi-lagi karakter di film ini memiliki peran yang kompleks. Agra mengakui bahwa sosok Irfan memiliki sifat yang cukup menyebalkan dan ia juga merasa cukup sulit untuk memerankannya. Sama seperti pemain lainnya, Agra juga turut tertantang untuk mendalami sosok Irfan ini. “Irfan itu karakternya ngehe banget, bahkan secara pribadi gue kalo ketemu sama orang kaya Irfan ini udah gua tonjok-tonjokin.” jelas Agra seraya tertawa.

Di akhir acara, terdapat penampilan langsung dari band AXFIKSIA yang menampilkan lagu berjudul “Rise”. Raungan gitar berdistorsi mulai menyulut semangat para tamu yang menghadiri acara tersebut, dan benar saja, beberapa orang mulai melakukan gerakan moshing yang terasa seperti sedang berada di sebuah gigs metal. Lagu selanjutnya berjudul “Tajam” yang sekaligus menutup acara dan menambah kemeriahan dengan antusias para tamu untuk melakukan moshing dan stage diving. Kedua lagu tersebut juga akan ditampilkan dalam film “GALANG” ini.

BACA JUGA - “Bandung Beach Party” : Bukti 29 Tahun Perjalanan Turtles Jr

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner