Fun Fact : Homicide, Sendal Jepit, dan Si Bule Gila Asal Belanda

Fun Fact : Homicide, Sendal Jepit, dan Si Bule Gila Asal Belanda

Sumber foto : https://beritagar.id

Ada beberapa fakta menarik seputaran Homicide, yang sebenarnya tidak berumur panjang ini, dari mulai kompetisi rap sebuah restoran cepat saji, hingga pertemuan mereka dengan Henk, si bule gila asal Belanda. 

Tidak bisa dipungkiri hip hop kembali menjadi primadona belakangan ini, setelah mengalami masa jayanya kala Iwa K banyak mendominasi televisi, juga kompilasi Pesta Rap, yang melahirkan grup hip hop semisal Boyz Got No Brain, Sweet Martabak, Blakumuh, Paperclip, dan Syndicat 31, sampai era Neo dan Saykoji yang lagunya bisa didengar hampir setiap hari di radio, televisi, bahkan di loakan-loakan CD bajakan. Namun jika bicara hip hop, ada satu nama yang bukan tidak mungkin bisa membuat banyak rapper gagap mendengar rima dan flow saat mereka merapalkan lirik-lirik lagunya. Homicide. Kolektif hip hop yang sebenarnya tidak berumur panjang ini, namun namanya menjadi begitu identik sebagai kolektif hip hop dengan suara paling lantang, menyoroti banyak ketimpangan yang terjadi di tanah air.

Bicara tentang Homicide mungkin banyak juga yang tidak tahu jika kolektif ini pada awalnya berangkat dari sebuah kompetisi rap, yang uniknya dibuat oleh sebuah restoran cepat saji ternama (baca : kapitalis), dimana hal itu uniknya lagi adalah satu hal yang banyak dikritisi oleh kolektif ini. Mungkin ini jadi guilty pleasure juga untuk mereka, dan selain itu, ada satu hal lagi yang membuat ini menjadi lucu, ketika sang pentolannya, Ucok a.k.a Morgue Vanguard adalah orang yang saat kompetisi itu berlangsung menjadi yang terkena diskualifikasi, karena memakai sendal jepit saat mengikuti kompetisi tersebut. Dia harus merelakan trofi pemenang kepada Aszy a.k.a Sarkasz dan Arian 13, dua orang yang dikemudian hari menjadi karibnya.

Sebagai catatan lagi, Arian 13 yang kini dikenal sebagai vokalis band Seringai, menjadi orang yang memenangkan kompetisi tersebut bersama dengan grupnya, Fear Of Nothing. Namun meski memenangkan kompetisi itu, Arian tidak melanjutkan Fear Of Nothing, dan memilih fokus di Puppen, sampai akhirnya seperti yang kita kenal sekarang, dia menjadi vokalis band Seringai, dan sudah nyaman bermusik dengan Ricky Siahaan, Edy Khemod, dan Sammy Bramantyo, menghasilkan 3 buah album dan satu mini album, yang dampaknya cukup signifikan di ranah musik arus pinggir, terlebih dengan kepiawaian mereka merajut citra yang keren akan ‘brand’ Seringai itu sendiri.

Kembali ke Homicide. Pertemuan Ucok dan Aszy di kompetisi rap itu mungkin sudah bisa ditebak akhirnya, dimana mereka berdua mendirikan Homicide yang juga digawangi oleh Adolf Triasmoro a.k.a Punish dan Kiki Assat a.k.a DJ Kassat, sebelum akhirnya mereka mengundurkan diri dan digantikan oleh Dj E, serta tambahan seorang gitaris bernama Andre Vinsensius (sekarang menjadi gitaris Jeruji). Namun lepas dari itu, ada cerita menarik saat Aszy, salah satu rapper yang menjadi tandem Ucok di Homicide menuturkan jika ada satu nama yang sepertinya penting untuk dituliskan, yakni Henk a.k.a DJ Madrotter. Seorang ‘bule gila’ asal Rotterdam, Belanda. Disebut 'gila', karena Henk punya ketertarikan berlebih dengan hip hop dan punya koleksi piringan hitam dengan jumlah sangat banyak. Sehingga pada masa awal Aszy menjadi rapper, Henk sering memfasilitasinya, bahkan rapper lainnya juga di Bandung, untuk freestyle rapping, dengan sampling yang Henk buat.

Si “bule gila’ ini juga bahkan menarik perhatian Ucok yang sempat mengira Henk intel hingga wartawan asing, mengingat saat itu dia dan beberapa rekannya di Front Anti Fasis baru saja tertipu diinfiltrasi intel yang menyamar menjadi tukang baso tahu. Henk yang saat itu membawa setumpuk CD hip hop dan mengajak berbincang perihal state of art hip hop membuat Ucok tertarik, dan karena ketertarikan itu akhirnya Ucok mengunjungi kediaman Henk di daerah Sukajadi, Bandung, dimana disana Ucok menemukan ‘harta karun’ album-album langka beragam genre. Mulai dari diskografi This Heat (band eksperimental/avant garde asal Inggris) hingga album-album seorang musisi dan aktivis asal Nigeria, Fela Kuti, nyaris lengkap, hingga menemukan album Rondos, Red Attack, dan ngulik lebih dalam tentang skena hardore punk Belanda. (https://gutterspit.com/2018/01/21/rondos-dan-skena-hardcore-punk-merah-belanda/)

Bersambung

BACA JUGA - Peran Passer di Mata Yukie Pas Band

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner